06 - Tentang Cewek Gila

2K 153 0
                                    

Rajendra terlihat lebih santai setelah melepas jas, vest dan dasi berwarna coklatnya. Kemeja putih yang ia kenakan sudah digulung sampai sebatas siku. Rambutnya yang tertata rapih di pagi hari, kini sudah tidak terlihat bentuknya karena ia terus menjambaknya selama stres dengan pekerjaan.

Aris mengatakan kalau tim dinner dilaksanakan pukul enam sore.

Setelah meeting seharian, Rajendra belum sempat kembali ke rumah padahal sudah sangat ingin mandi. Badannya lengket karena cuaca yang cukup panas, walaupun menurut Aris, Jakarta hari ini jauh lebih adem dari biasanya.

Harus Rajendra akui, ia butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri. Bukan hanya perihal cuaca, tapi etika kerja orang-orang di Indonesia yang jelas berbeda dengan orang Amerika.

"Sore, Pak. Sore, Mas." Sapa beberapa karyawan yang sudah memasuki area restoran di mana team dinner diadakan.

Rajendra hanya mengangguk. Tapi Aris mengarahkan mereka ke tempat duduknya masing-masing. Wellness Team sudah mereservasi empat puluh seat untuk acara malam ini. Rajendra juga meminta acara diadakan di restoran khas Indonesia karena ia merindukan makanan lokal.

"Lo nggak apa-apa kan, Jen?" Aris berjalan mendekati Rajendra

"Emang kenapa?" Ia berdiri mengamati satu per satu karyawannya yang baru datang seraya memasukan satu tangannya di celana.

"Lo nyaman nggak, ada di keramaian begini?"

Rajendra tidak langsung menjawab. Terlalu banyak ketakutan di dirinya. Tapi, sebagai atasan, muncul di hadapan pegawai dan lebih dekat dengan mereka adalah hal yang harus dilakukan sebagai bukti bahwa ia peduli dengan timnya. "Oke lah. Pelan-pelan."

Aris menepuk pundak Rajendra. "Kalau ada apa-apa, let me know. Okay?"

"You know, Ris?"

Aris menoleh dengan tatapan waspada. "Apa?"

"Stop worrying about me day and night. Berhenti mengkhawatirkan gue siang dan malam. Fokus aja sama keluarga lo."

Aris tertawa. Ia menggelengkan kepalanya. "Gue bisa jagain dua-duanya. Khusus untuk elo, gue nurutin mandat dari Om Mahesa aja sih."

Rajendra bersandar di dinding. Tangannya terlipat di depan dada. "Maksud lo?"

Aris mengangkat bahu. "Om Mahesa mungkin kelihatannya keras, Jen. Tapi, beliau peduli dan khawatir sama elo. Apalagi lima tahun terakhir lo bener-bener menghilang. Beliau cuma denger kabar lo dari dokter Zavier atau gue aja."

Rajendra tidak tahu harus berkata apa. Mahesa adalah orang yang paling dibencinya setelah kematian Yusni. Bukan hanya abai dan terlalu fokus bekerja, tapi karena bisnis beliau yang semakin meluas lah Rajendra mengalami kecelakaan fatal. Bahkan sampai lima tahun berlalu pun, Rajendra belum memaafkan pria itu.

"Aliiiii."

Panggilan tersebut begitu nyaring, Rajendra yang sedang berbicara dengan Aris, refleks memutar kepalanya untuk melihat ke arah sumber suara.

Dari jauh, pandangan Rajendra mengikuti pergerakan wanita dengan dress biru tua dan rambut panjang hitam yang tergerai.

Matanya sedikit memicing. Gaya berpakaian wanita itu nampak berbeda, tadi pagi ia terlihat lebih casual dan berantakan. Sekarang sudah lebih rapih, feminine dan siap untuk acara makan malam.

Tentang PilihanWhere stories live. Discover now