42. Minta tanggung jawab

30.3K 1.3K 1K
                                    


Tok tok! Hehe...







Happy reading and enjoying 🤙

***

Tama melihat siluet seseorang di depan. Dari postur dan pakaian yang orang itu kenakan Tama kenal betul dia siapa. Tama dekati orang itu. Selepas jarak mereka mengikis, laki-laki yang sedang menyulut rokok di mulut menepuk pundak orang yang dia temui.

"Sendirian aja."

Orang itu memberi rekasi kaget. Kepalanya tertoleh ke samping melihat orang yang baru saja bicara, "Ngapain lo disini?"

Tama tertawa mendengar lontaran kecil kalimat barusan, "Gue yang harusnya nanya gitu ke lo, Bro. Ngapain disini? Gak masuk ikut pertemuan alumni?"

Bro menggeleng enggan, "Males." jawab laki-laki itu singkat.

"Gak mungkin seorang Bro mau menunggu disini sendirian, kalau ada sesuatu yang lo peduliin makanya milih diam dan nunggu orang itu datang. Right?" Tama menjabarkan fikiran Bro yang bisa laki-laki itu tebak dengan mudah.

"Udah tahu. Diem aja. Jangan ngebacot," Bro berujar sarkas. Membuat si pendengar tertawa kecil menangkap kesarkasan barusan.

Tama menggeleng heran, "Lo terlalu keras,"

"Gak perlu di perjelas. Lo semua juga tahu." Sahut Bro membalas.

Ketika bayangan seseorang yang Bro tunggu terlihat. Ia sedikit merasa lega. Tanpa sadar bibirnya menyinggung senyum tipis yang di tangkap jelas oleh penglihatan Tama.

Arah pandang Tama pun langsung berubah dan mengikuti alur Bro menatap sesuatu yang sampai bisa membuatnya tersenyum begitu.

Siluet gadis dengan yang terlihat imut di mata Tama tertangkap. Jadi.. Bro tersenyum melihat gadis itu? Gadis yang pernah Gabriel paksa untuk berhubungan sex di Bar atas pikiran gila Andra dan Gersa.

"Oh.. Ngeliatin cewek itu bisa sampai bikin lo yang minim ekspresi ini nampak senyumannya, ya?

Bro yang mendengar celotehan Tama langsung kembali merubah rautnya jadi datar. Kepergok cuyyy.

"Ada hubungan apa sih, lo sama dia? Gak Gabriel, gak Andra, gak lo ngebet pengen deket ama tuh cewek. Kalian pacaran, ya?" Tama kepo. Bro itu tipikal laki-laki yang pengertian dan sabar. Perempuan mana yang tidak mau menjalin hubungan dengannya? Tapi, dari kesabaran dan kecintaannya pada satu perempuan waktu itu membuat Bro mudah di bodohi sampai dia pernah di selingkuhi.

"Dia adek gue," Bro menjawab santai. Apa adanya. Tanpa ada yang di tutupi.

Tama mebelalak kaget, "EH BANGSAT LO GELO TEH NGAKU-NGAKU GITU?!!" Histerisnya. Dia kaget. Tangan Tama sampai refleks memukul bahu Bro kencang. Membuat sang empu menuding tajam tatapannya.

"Gila ya lo, pukul-pukul gue?"

Tama cengar-cengir, "Hehe. Replek, Bro. Maap yee," tangannya mengusap-usap pundak Bro yang barusan Tama pukul.

"Bro, serius. Lo jangan ngaku-ngaku." Tama mengubah raut wajah jadi serius. Ini pertimbangkan yang besar. Seakan-akan semua benang merah tersebut menyatu di otaknya. Lalu pada saatnya Tama menyalakan bom waktu tersebut, maka...

Boom!

Meledak. Semua hancur. Semua sakit. Jika harus mengetahui fakta yang sudah Tama tahu.

"Gue jarang bohong, Tam. Diantara Lo bertiga sama yang lain." Bro menuding Gabriel, Andra dan Gersa maksudnya.

Tama pias. Bingung harus bereaksi apa lagi, "Lo tahukan cewek itu jadi budak sexnya Gabr-"

Benefit 21+Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora