Sweet and Sour like a Candy

341 56 7
                                    

Taerae menatap wajahnya yang terpantul dari cermin dihadapannya. Tetes air masih mengalir dari dahinya, dia baru saja selesai keramas. Ekspresinya terlihat optimis. Misi menyenangkan Gunwook dimulai sekarang.

"Haah...." Taerae menyentuh dahinya. Baru dimulai saja rasanya sudah sangat melelahkan.

Kembali ditatapnya refleksi dirinya, "tidak, aku harus semangat. Aku bisa melakukan ini!" Gumannya.

Taerae mengeringkan asal rambutnya kemudian berpakaian. Dia berjalan keluar dari kamar mandi dan melihat Gunwook yang sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya. Mata Taerae berbinar melihat laptop itu. Jika dia membujuk Gunwook, apakah dia akan meminjamkan laptopnya?

Taerae duduk di samping Gunwook.

"Apa?" Tanyanya karena Gunwook menatapnya dengan tatapan aneh.

"Kau salah makan? Atau kepalamu terbentur?"

"Memangnya kenapa?" Taerae mengedikkan bahunya.

"Kau duduk di sampingku tanpa kusuruh? Apa kau sadar dengan yang kau lakukan? Biasanya saja langsung menghindar saat aku dekati sedikit."

Taerae memutar matanya. Rasanya menjengkelkan harus meladeni pria ini tapi dia tidak punya pilihan, dia harus membujuk Gunwook. Misi pertamanya adalah membujuk Gunwook untuk membawanya ke rumah sakit. Dia harus melepas gipsnya, ini sudah lewat dari 6 minggu dan dokter menyarankan untuk segera membuka gipsnya.

Sial, sudah 2 bulan lebih aku terjebak disini. Aku bahkan mulai memaklumi kelakuan brengsek pria ini.

"Jadi... Hm... Apa kau sibuk?" Tanya Taerae setelah hening yang agak panjang.

Gunwook mengalihkan matanya dari laptop pada wajah Taerae, dia tersenyum menggoda, "kenapa? Kau ingin bercinta?"

"Sial! Kenapa hanya seks yang ada dipikiranmu?!" Taerae memukulnya dengan bantal sofa.

Gunwook tertawa. Reaksi Taerae selalu bisa menghiburnya. Gunwook mengusap air mata yang keluar karna tertawa, sepersekian detik wajahnya berubah serius, "berhentilah bersikap aneh, kau membuatku kesal," katanya dingin.

"Kau yang aneh. Kau marah ketika aku bersikap dingin, saat aku mencoba akrab seperti sekarang, kau malah kesal. Sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Gunwook meletakkan laptop di pangkuannya ke atas meja. Beralih pada Taerae dan menatap datar pria dia sebelahnya, "aku juga tidak tau. Perubahan sikapmu selalu membuatku bingung. Aku tidak tau mana yang asli dan mana yang sedang berpura-pura, ini membuatku merasa seperti dipermainkan."

"Ak-aku hanya sedang berusaha menerima takdirku... Maaf jika kau merasa dipermainkan..."

Taerae menunduk sambil menggigit bibirnya kesal karena permintaan maaf keluar dari mulutnya. Ekspresi datarnya itu selalu berhasil membuat Taerae merasa terintimidasi. Orang lain pun akan setuju jika mereka melihatnya.

"Begitu, ya?" Senyuman tersungging di wajah Gunwook, "jadi kau mulai menerima bahwa kau milikku?"

Sial! Bukan begitu... Tapi ya sudahlah, anggap saja begitu.

"Yeah, kata-katamu cukup membuatku senang," senyum diwajahnya semakin melebar.

Aha! Jackpot!

"Jika kau senang, apa kau bisa mengabulkan permintaanku?"

"Mungkin? Katakan, apa itu?"

"Bisakah kau mengizinkanku ke rumah sakit?" Tanya Taerae dengan senyum penuh harap.

Senyuman Gunwook berubah menjadi ekspresi datar lagi, "kenapa? Kau ingin bertemu dengan pria bernama Hajun itu lagi?"

"Tidak! Kenapa juga aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin membuka gips ini. Kumohon... ya?"

LUMINOUS || GunRaeWhere stories live. Discover now