16. Pangeran Issac Graziano

24 10 18
                                    

Issac Graziano, ia adalah salah satu Pangeran bangsawan yang di kenal seperti bayangan, yang jarang terlihat ataupun nampak oleh orang lain. Kerap pribadinya yang lebih tertutup.

Tugas dan kekuasaannya adalah sebagai pengawas dan pengamatan yang hanya bertindak dalam kegelapan. Akan tetapi, jika disebut pembunuh bayaran, kurasa itu kurang tepat. Ia adalah pembunuh berdarah dingin yang membunuh para penjahat yang mencoba berkolaborasi dengan pejabat tinggi, bertugas seperti penguntit yang mematai dan menandai penghianat dalam mengotori nama dinasti kerajaan ayahnya.

Tidak hanya itu saja, Issac juga adalah salah satu senjata bagi ayahnya, tidak hanya dalam membunuh tapi juga dalam pengendalian. Maka dari itu ayahnya juga kagum pada dirinya sehingga Issac meneruskan perjanjian pernikahan yang di atur oleh ayahnya dengan keluarga Revander. Issac menerima perjanjian itu karena itu adalah perintah ayahnya. Ayahnya pun berharap besar pada putranya satu ini, yaitu Issac Graziano.

Issac tinggal di dataran tinggi di kediamannya, Graziano. Villa favoritnya, yang jauh dari dunia politik milik ayahnya. Tetapi saat ini, ia terlibat dalam tugas yang sedikit merepotkan, membuat ia mempercepat pernikahan dengan keluarga Revander, karena ia membutuhkan keahlian dari keluarga Revander yang terkenal dupa berbahaya. Berharap mempelainya dapat membantunya dalam bertugas sehingga ketenangan kembali lagi di hidupnya.


***

Flashback on

Xia...

Disaat mataku menatap tenang dari balik jendela kamarku, saat melihat beberapa orang-orang sedang berlarian. Aku sangat tau itu terlalu jauh untuk dilihat, mungkin karena mataku yang masih muda sehingga menatap dengan jelas mereka sedang bermain-main di luar sana, aku pun tersenyum senang ketika melihat mereka sedang tertawa bahagia.

Salah satunya yang membuatku bersedih ketika aku melihat seorang anak kecil yang sedang tersesat mencoba mencari orang tuanya, dalam hatiku berdoa dan berharap ia berhasil menemukan orang tuanya, dalam seketika ayah dan ibunya berlari mencoba mengapai anaknya yang sedang menangisi kesesatannya di tengah jalanan kota itu. Dan aku pun tersenyum pulas, seketika kepanikanku menghilang.

Melihat lintasan itu membuat hatiku meringis sedih dalam diam, dalam kehilangan jati diriku yang di penuhi kesulitan tapi terus berharap ada keluarga yang tulus menginginkanku untuk tinggal bersama mereka. Akan tetapi nyatanya aku masih di perjalanan dalam menempuh takdirku, berharap mendapatkan takdir yang baik di masa depan. Sekali lagi aku masih berharap yang terbaik untuk pernikahan yang sekian kalinya, mencoba lari dari keluargaku dengan melakukan pernikahan yang tidak pernah kuharapkan.

Menadah dengan hati yang tersakiti, saat aku mulai tersenyum lagi ketika melihat daun jatuh berguguran satu persatu, tidak terasa musim gugur telah tiba.

"Xia!" terdengar suara ibu Kei memanggilku, membuatku tersadar dari lamunan singkatku.

"Iya, bu!" jawabku.

Ibu Keislyn tiba di kamarku, membawa banyak persiapan yang di bantu oleh para pelayan, banyak sekali.

"Letakan disana saja. Hati-hati menaruhnya atau itu akan rusak," suruh ibu Keislyn memerintahkan pelayannya.

Pelayannya sebaik mungkin meletakan perabotan itu, yaitu persiapan pakaian pernikahan dan beberapa hiasan unik dalam tradisi China, serta riasan berbagai warna dari warna natural sampai warna merona sekalipun.

"Ibu Kei, banyak sekali ini," kataku.

"Tentu saja, ini pernikahan mu dengan seorang pangeran bangsawan. Tidak mungkin tidak mewah ... benar, kan?" celoteh ibu menatap tajam. Aku pun membalas tersenyum kecil padanya.

A XIA FIGHTEROnde as histórias ganham vida. Descobre agora