15. Pertemuan Baru

19 9 1
                                    

Disaat sudah berlalunya waktu, tidak terasa bahwa Xia sudah melewati beberapa uji coba yang sederhana, tidak terlalu mengancam nyawanya. Tetapi sudah dalam masa pelatihannya untuk mempelajari cara pembuatan dupa berbahaya dari keluarga Revander.

Terus bergantinya langit, malam dan siang. Ketika matahari sudah terbenam, disitulah Xia beraksi dalam ujiannya untuk mendapatkan hasil yang tidak mengecewakan untuk diberikan kepada ayahnya, Kexin Revander.

~

Di Laboratorium ....

Di sana terdapat Xia yang sudah siap dengan tangannya yang sudah memegang beberapa benda serta alat untuk meracik beberapa dupanya. Membuat dupa yang pernah di ajarkan oleh Kexin.

Tidak terasa dan tidak terbayangkan bahwa Xia sudah mulai terbiasa tinggal di sana, bahkan ia sudah mulai terbiasa saat mencium aroma wewangian tingkat kecil. Seperti wewangian untuk menenangkan jiwa, karena jika belum terbiasa bisa mengakibatkan fatal seketika, tidak dapat bangun lagi tapi bernyawa.

"Ah, sampai kapan aku harus mengulang ini terus-menerus," ucap Xia letih. Melihat talentanya yang kini tidak berhasil dalam membuat dupa racun yang diperintahkan ayahnya.

"Kenapa baunya seperti basi," sambung Xia saat ia mencium aroma yang berada di tangannya.

"Gagal!" celetuk Qian yang tiba-tiba mendatangi Xia dalam diam. Ternyata sedari tadi ia mengawasi Xia dibalik pintu.

Seketika Xia tertegun dan menoleh kearah suara itu, "Kak Qian?"

"Mana, coba lihat?" lirihnya, "aku tidak tau ternyata kau lebih bodoh dari yang ku bayangkan," celoteh Qian yang selalu saja menyebalkan.

Qian menghirup aroma di tangan Xia, menyakupkan kedua alisnya seolah mengatakan itu produk yang sama sekali tidak ada nilainya.

"Ah, apaan ini! Miris sekali," ketus Qian berkomentar.

Xia terhenyak, "aku akan mencobanya lagi."

"Qian!" panggil Longwei dari luar pintu, "ayo keluar, jangan ganggu dia," ajaknya. Qian pun menurutinya tanpa ekspresi dan pergi menyusul Longwei.

"Bagiamana ini? Jika aku tidak bisa membuat ini, apakah harus menerima hukuman lagi?! Oh tidak Tuhan!" batinnya mengeluh.

Xia terkejut dan sekilas menoleh arah pintu saat mendapati ada bayangan hitam melintasi dari pintu belakangnya barusan.

"Kak Qian?" panggil Xia mencoba meyakinkan apakah Qian masih mengawasinya. Tapi tidak ada reaksi saat bayangan itu sudah tidak ada lagi sebelum dia bersuara.

"Aku pasti sudah hampir gila, jika berlarut lama disini," gumam kecil Xia.

Tidak lama itu Johan mendatanginya langsung tanpa mengetuk pintu, membuat kaget Xia yang tadi hampir menjatuhkan benda di tangannya, tapi berhasil di tahan oleh Johan.

"Hati-hati, ini barang berharga milik ayah," ucap Johan memperingati. Xia mengangguk mengerti.

"Ada apa kak Johan datang kesini?" tanya Xia polos.

"Ah iya! Aku hampir lupa," seru Johan sambil menepuk pelan keningnya. "Ayah menyuruhku untuk membawamu ke bawah, tapi sebelum itu bersiaplah lebih cantik, dan jangan gunakan tampilan buruk mu saat ini," jelas Johan saat melihat Xia dalam kekusutan seperti mencari kecoa di dalam sampah.

"Sekarang?" tanyanya, "tapi kak, aku belum berhasil membuat ini," ujar Xia sambil menunjukkan produk gagalnya.

Johan berdeham, "hm baiklah, lanjutkan saja, nanti aku yang akan bicara pada ayah, tapi setelah pekerjaan mu selesai, cepatlah bersiap dan jangan terlalu lama menunda, paham?" jelas Johan, Xia pun mengangguk mengiyakan.

A XIA FIGHTERWhere stories live. Discover now