4. Comeback

23 3 11
                                    

Meski penuh perjuangan. Pada akhirnya Nana berhasil tiba di Jepang seorang diri. Eiser dan Laura sempat ingin menemaninya, tetapi Nana menolak karena tak ingin lagi menyusahkan. Maka saat tiba di bandara, Nana langsung menghubungi sahabat baiknya yaitu Minzy.

Saat pertama melihat penampilan Nana yang mengenakan masker dan kaca mata hitam, Minzy hampir tak dapat mengenalinya.

"Bagaimana kamu berakhir seperti ini?" Dengan berurai air mata, Minzy pun menangis tersedu sambil memeluk Nana.

"Aku sangat kalut. Aku pikir bisa menangani semuanya. Ternyata aku hanya menyusahkan banyak orang. Minzy....howaaaaa.....!!"

Seperti halnya sahabat lama yang bertemu kembali. Mereka berdua menangis bersama untuk saling meluapkan perasaan. Bagi Nana, Minzy merupakan satu-satunya harapannya.

"Aku akan menjagamu. Takkan aku biarkan kamu menderita lagi." Tepukan tangan Minzy di punggung Nana penuh akan kasih sayang. Nana pun mengangguk penuh haru.

Mereka lantas pergi menuju rumah Minzy. Awalnya Nana menolak karena takut Hideo mengenali dirinya dan melaporkannya kepada Rei. Akan tetapi, Minzy meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.

Setibanya di rumah Minzy, Nana sempat kaget saat bertemu dengan  suami sahabatnya itu. Wajahnya terus tertunduk menghindari tatapan pria itu.

Selain menjadi bawahan, Rei dulu pernah cerita bahwa Hideo memiliki penciuman tajam dalam mengenali target buruan.

"Zaline akan tinggal beberapa hari di sini sebelum menemukan apartemen yang tepat. Tolong perlakukan sepupuku dengan baik," ucap Minzy kepada suaminya yang saat itu tengah bersiap untuk pergi bekerja.

"Ahh, iya. Senang bertemu denganmu. Kebetulan rumah kami sangat sepi. Minzy butuh teman karena kami belum ada anak. Jadi anggap saja rumah sendiri."

Penuturan Hideo dibalas anggukan oleh Nana. Sungguh dirinya tidak pandai berakting. Wajah gugupnya sebenarnya telah dibaca oleh Hideo. Namun, pria itu memilih untuk memikirkannya.




*****


"Aku ingin memastikan bahwa kau tak lagi hidup dalam kegelapan."

Malam itu Rei menemui Yor di apartemen. Mereka berencana untuk makan malam bersama.

"Kau masih peduli padaku, Rei?" Yor tersenyum simpul. Hubungan mereka sebenarnya tak dapat dijelaskan. Semenjak Yor kehilangan bayi yang dikandungnya akibat kecelakaan, Rei memang selalu mengawasinya.

"Terserah bagaimana kau menanggapi hal itu. Aku hanya berniat agar kau memiliki kehidupan yang lebih baik. Dendam itu takkan berguna."

Yor pun mengepalkan tangannya dengan wajah muram. "Bagaimana bisa kau berkata begitu? Setelah banyak penderitaan yang aku lalui. Aku kehilangan bayiku. Loid juga menceraikanku."

"Baiklah. Katakan semua salahku. Aku berusaha untuk bertanggung jawab. Kau tahu bahwa pernikahanku juga hancur."

"Kau ingin aku melupakan kecelakaan itu?! Mantan istrimu yang melakukannya. Aku akan membuatnya membayar atas apa yang dia lakukan terhadapku."

Rei pun menegaskan, "Aku sudah bilang akan menanganinya! Kau tak perlu bertindak apa pun."

"Rei, kau melakukannya karena aku atau karena kau ingin melindunginya?" Sikap diam Rei membuat Yor berjalan mendekat untuk mencari keyakinan dari wajah pria itu. "Kau mencintaiku, bukan? Kalau tidak, kamu takkan sering datang."

The Stranger From Hell ✔️ Where stories live. Discover now