19. continue with the plan [3]

163 30 2
                                    

Saat kecil Kane pernah membayangkan sosok seperti apa malaikat maut itu, apakah dia akan terlihat menyeramkan seperti yang di bicarakan dalam buku dongeng? Namun Kane tidak pernah menyangka bahwa sosok malaikat maut akan terlihat seperti anak kecil yang tampak imut, bagai Dewi keberuntungan. Kane merasa bahwa anak di depannya ini bukanlah Deon Hart, tetapi seorang malaikat maut yang sedang menyamar, mencoba menipunya untuk berbuat dosa, lantas mencabut nyawanya dan melemparkannya ke dalam neraka.

Kane merasa pikirannya berputar setelah mendengar kata 'balas dendam' dari bibir ranum anak itu.
Deon Hart seorang anak yang keberadaannya tidak diinginkan oleh orang tuanya, sama seperti dirinya yang lahir karena kesalahan.

'Tidak! Tidak sama!' Kane menggeleng, kepalanya terus berpikir hal-hal buruk sepanjang waktu.

"Bukankah kamu juga berpikir begitu Kane?" Deon berucap, suaranya terdengar manis bagai godaan iblis.

"Tidak! Balas dendam hanyalah ke sia-siaan." Kane menggeleng, menutup matanya sejenak saat godaan untuk meraih tangan Deon terus membanjiri isi kepalanya.

"Pfft-siapa yang bilang seperti itu?" Suara tawa yang merdu bagai kicauan burung di pagi hari membuat Kane membuka matanya, "Kane tidakkah kamu tahu alasan aku memilihmu?"

Kane menggeleng, itu juga salah satu hal yang membuatnya penasaran tapi dia baru teringat sekarang, "Kenapa?" Kane bertanya mencoba fokus dalam percakapan.

"Karena aku tahu kamu mampu." Deon berucap dengan senyum cerah, "Aku percaya kamu bisa mewujudkan apa yang aku mau."

"Tapi bagaimana mungkin anda tahu siapa saya? Bahkan saya saja baru bergabung dengan tentara bayaran, bagaimana bisa anda mengetahui bahwa saya mampu?"

Deon bersenandung kecil, tatapan matanya hanya terfokus pada Kane. "Karena aku punya mata yang bagus."

"Itu bukan jawaban yang saya inginkan." Kane berucap sedikit meninggikan suaranya.

"Hahaha... Itu kebenaran." Deon tertawa sama sekali tidak terganggu dengan nada tidak sopan kane, "Aku bisa mengintip masa depan."

"Tidak mungkin!" Pernyataan konyol, selama 18 tahun dia hidup, Kane sama sekali tidak pernah percaya pada takhayul.

"Kane Bukankah kamu merasa binggung tentang hidup?" Deon dengan tenang berbicara, "Bukankah hidup ini membingungkan? Kamu merasa aneh dengan dirimu sendiri Seakan kamu memiliki iblis jahat yang terus mengganggumu menyuruhmu melakukan perbuatan keji? Dan kamu sebenarnya menikmati hal itu kan?"

Kane diam, tidak! Itu tidak benar! Sebuah penyangkalan terus berputar di dalam kepalanya.

"Saat kamu mendidik anak-anak itu bukankah kamu merasa bahwa itu menyenangkan?" Deon terus berucap, mengabaikan ekspresi aneh di wajah Kane.

"Kane, kane-ku, saat kamu tidak tau harus berbuat apa, biarkan aku menjadi matamu." Anjing yang tersesat juga merupakan hal yang mudah di tangkap, Deon tak pernah menyia-nyiakan kesempatan, segala jenis pion akan dia dapatkan bagaimana pun caranya.

"Saat kamu binggung, biarkan aku yang membimbing mu, tutup saja matamu dan cukup dengarkan aku."

"Diam! Memangnya anak kecil seperti mu tau apa!" Kane berucap, mengacak-acak rambutnya.

"Aku tau banyak hal, aku bisa membantumu dalam balas dendam dan memberimu tujuan hidup yang baru." Deon dengan tenang berkata.

"Bagaimana bisa seorang anak kecil seperti mu berbicara tentang balas dendam!?" Akal sehat Kane dengan keras menolak tawaran Deon.

"Bagaimana bisa? Tentu saja aku bisa, memangnya kamu pikir hanya orang dewasa saja yang bisa berpikir untuk balas dendam?" Deon tertawa sinis, "Tidakkah saat kamu kecil, kamu ingin membunuh mereka semua yang merendahkanmu? Kamu benci ibumu yang memilih bunuh diri dan meninggalkan mu sendirian, 'kan? Kamu juga benci ayahmu dan seluruh anggota keluarga Wishlay kan?"

disaster returnsWhere stories live. Discover now