02. lead you to death [1]

357 53 0
                                    

Setelah berjalan cukup jauh, tubuhnya tidak lagi gemetar, akal sehatnya yang sedari tadi menolak mengakuinya perlahan-lahan mulai menerima bagian dirinya yang lain.
Kini Deon sudah sampai di depan kediamannya.

Penjaga yang melihat kedatangan tuanya, segera membukakan pintu diiringi dengan salam singkat kesopanan. Deon tidak memperdulikan itu, dia bergegas masuk dan berjalan menuju kamarnya.

Di kamar, dia duduk di kursi dengan meja bundar di depannya. Tangganya mengetuk-ngetuk pinggiran meja, menandakan dia sedang merencanakan sesuatu.

Remember yang melihat tuanya, pulang dengan berantakan hanya tersenyum ramah, sembari menyodorkan teh hangat di depan tuanya yang sedang berpikir keras.

"Remember," Deon berhenti mengetuk meja, dan bertanya dengan wajah serius kepada pelayannya. "Dimana Duke illuster saat ini?"

"Duke saat ini di kabarkan sedang bersiap menuju selatan." Jawab remember sopan.

Tatapan Deon jatuh, matanya menjadi setajam pisau. "Kapan dia akan pergi?"

"Diperkirakan 2 hari dari sekarang tuan."

Tersenyum, deon tersenyum dengan cara yang paling mengerikan. "Dan bagaimana dengan kaisar?"

"Kaisar saat ini sedang berada di garis depan melawan pasukan iblis."

"Bagus sekali," Deon mengangkat cangkir teh itu kemulutnya.

"Pertama Duke, lalu kaisar, dan kemudian raja iblis, satu persatu akan ku bawa kalian ke neraka." Gumamnya yang tentunya di dengar oleh remember.

"Katakan jika anda butuh bantuan tuan."

***
Pukul tengah hari,

Duke yang baru saja mendengar kabar bahwa Deon telah kembali setelah bertemu dengan pohon dunia, membanting meja dengan keras.

"Apa yang sekarang di rencanakan dunia?!" Teriaknya marah.

Sudah cukup, Duke sudah cukup muak dengan Deon. Muak sekali sampai rasanya ingin mencekik Deon sampai mati.

"Kenapa bocah itu tidak mati saja dengan tenang!" Sekali lagi tangannya membanting meja. "Dia benar-benar bocah yang beruntung, bahkan sekarang dunia ikut campur!"

Sebelum dapat berpikir dengan benar, seorang pengawal tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Duke.

"Gawat Duke! Kita diserang!" Ucap pengawal itu, "Pahlawan kekaisaran Deon Hart menyerang tempat ini!"

"Deon? Hahahaha!" Duke tertawa layaknya orang gila, "ternyata begitu! Dunia sialan itu memberitahu kebenarannya! Bagus! Berarti aku dapat segera membunuhnya!"

Tanpa membuang waktu lagi, Duke segera berjalan menuju Deon, dia ingin segera memenggal kepala Deon.

"Oh Duke, kupikir kau lari layaknya orang gila." Deon tersenyum polos dengan darah di seluruh tubuhnya.

"Bukankah yang gila itu kau, pahlawan kekaisaran Deon Hart." Duke berkata dingin matanya meringkuk geli, "ini bisa di sebut sebagai penghianatan terhadap kekaisaran."

"Pfft- penghianatan? Kekaisaran? Tidak masalah, toh setelah ini tidak akan ada lagi kekaisaran." Ucap Deon dengan suara ceria.

"Kalau begitu jangan salahkan saya, kalau nanti dirimu mati." Duke berujar, segera menyerang Deon dengan pedang yang ia bawa.

"Lucu sekali mendengar itu dari mulut mu Duke." Deon dengan gesit menakis semua serangan Duke.

Pedang Duke tak henti-hentinya mencoba menyerang Deon, sementara Deon melakukan serangan balik mengunakan belatinya.

Satu gores, dua gores, dan seterusnya. Belati Deon terus membuat luka baru di tubuh Duke, sementara pedang Duke sama sekali tak bisa menyentuhnya.

"Sudah cukup main-main nya Duke." Deon memutar tubuhnya, dan segera menancapkan belati nya tepat di jantung Duke.

Darah segar mengalir keluar dari mulut Duke, "dasar bocah kaparat!"

Tidak peduli, dengan cepat Deon memotong lengan Duke yang memegang pedang.

Duke sedikit terkejut dengan itu, tapi itu tidak sampai membuatnya berteriak. Duke hanya bergumam sesuatu yang tak dapat di dengar Deon.

Deon tersenyum kegirangan saat aliran mana gelap bermunculan di tubuh Duke, "benar! Memang seharusnya seperti itu! Penjahat tidak boleh mati dengan mudah!"

***
Gomenasai aku gak terlalu bisa buat adegan pertarungan TwT

Disini aku mau liat Deon jadi psikopat hehehe<3

Jangan lupa tinggalkan jejak!!!

disaster returnsWhere stories live. Discover now