15. don't worry, on to the next plan! [1]

259 47 39
                                    

Menatap langit-langit kamar yang membosankan, Deon mencoba menutup matanya. Sang purnama telah tergantung dengan sangat indah di tengah langit malam, tanpa ada satupun bintang yang mengiringinya, menyebabkan hanya sinar lembutnya lah yang mengisi kekosongan alam.

Berkali-kali mencoba terlelap dalam mimpi, namun pada akhirnya tidak berhasil juga, Deon menyerah, mungkin insomnia nya sedang kambuh sekarang.

Padahal ini sudah tengah malam, tapi rasa kantuk tak kunjung datang menjemput nya. Padahal tubuhnya sudah lelah, tapi otaknya sama sekali tidak mengizinkannya istirahat.

Deon menyibak selimutnya, bangkit dari kasurnya, mungkin malam ini dia akan menelusuri lorong-lorong sepi untuk menjemput ketenangan. Melangkahkan kakinya keluar kamar, visinya menangkap kegelapan dari malam, banyak lentera yang di pasang sudah padam, sehingga tak ada lagi cahaya dalam lorong-lorong yang panjang, bahkan cahaya rembulan pun enggan untuk datang.

Berjalan tanpa arah, Deon membiarkan kakinya membimbingnya. Di tengah keheningan yang damai, Deon mulai teringat tentang kehidupan masa lalunya, masa dimana hanya ada kegilaan.

Di tengah banyaknya lentera yang madam, ternyata sebuah ruangan masih memiliki lentera yang menyala, meskipun cahaya nya redup. Deon melangkah, membuka pintu ruangan itu, di sana seseorang sedang duduk sambil dengan serius membaca buku.

"Buku apa yang sedang kamu baca, kak?" Tanpa sadar sebuah senyum yang tak mengandung apapun muncul di bibir Deon. Ya hanya senyum.

"Kenapa kamu belum tidur Deon?" Sang empu yang di tanya malah balik bertanya, menatap mata adiknya yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Aku tidak bisa tidur." Deon sampai di depan Cruel, menatap bolak-balik antara Cruel dan buku yang terbuka di meja. "Tulisan apa itu?"

Cruel menepuk pahanya, menyuruh Deon untuk duduk di pangkuannya. Disini hanya ada satu kursi, dan Cruel tidak ingin membuat Deon terus berdiri.

Deon mendengus, sebelum akhirnya duduk di pangkuan Cruel. Sudah lama dia tak pernah bersikap sebagai adik yang baik bagi Cruel.

"Ini di baca apa?" Deon menunjuk sebuah kalimat yang ada di buku, tentu saja dia tau kalimat itu, dia hanya ingin Cruel membacakan untuknya, kalimat yang paling ia rindukan.

Cruel menatap kalimat yang di tunjuk Deon, "Noli metuere, una tecum bona mala tolerabimuse." Cruel tersenyum saat membacakan tulisan itu.

Deon menelan gumpalan pahit di tenggorokannya, "apa artinya?" Dia mendongak, netra merahnya menatap iris hijau milik Cruel.

"Jangan khawatir, bersamamu aku akan menanggung suka dan duka." Cruel mengartikan, mengusap rambut adik yang paling ia sayangi.

Deon membuang muka, tanganya tanpa sadar meremas ujung bajunya, dia harap matanya tidak berkaca-kaca sekarang.

"Bagaimana kalau aku seorang pendosa kak?" Tanyanya, mencoba bersikap setenang mungkin, "apakah kakak akan tetap bersamaku?"

Cruel sedikit tersentak mendengar pertanyaan Deon, namun dia dengan cepat menjawab. "Siapapun kamu dan apapun yang kamu lakukan, aku akan tetap bersamamu, karena kamu adalah adikku yang paling berharga." Suaranya halus, terdengar begitu menenangkan namun anehnya hati Deon terasa sakit.

"Kakak tidak mengerti, maksudku bagaimana kalau aku seorang penjahat yang menghancurkan dunia?"

Cruel tersenyum setelah mendengar pertanyaan Deon, dia bisa mengetahui kekhawatiran adiknya dalam suaranya. "Kalau kamu ingin menghancurkan dunia, maka aku akan menghacurkannya untukmu,"

"Yang perlu kamu lakukan hanyalah tetap aman dan sehat, biarkan sisanya aku yang melakukan. Bahkan jika itu adalah kehancuran dunia, ataupun merenggut jantung raja iblis, biarkan aku yang melakukannya untukmu, adikku." Sambungnya.

'pembohong, lalu kenapa kamu membunuhku?'

"Kakak hanya membual, kan? Karena aku anak yang lemah." Deon menggertakan giginya, "Kakak pasti berpikir aku hanyalah anak yang tidak berguna."

"Mana mungkin seperti itu, kamu adalah anak yang berharga, malaikat yang di turunkan Tuhan untukku." Cruel menepuk kepala Deon. "Aku akan memberikan yang terbaik untukmu."

"Jangan berbohong, memangnya kakak tau apa yang aku inginkan?" Hati Deon rasanya sakit sekali, dia tahu, sangat tahu bahwa Cruel benar-benar menyayanginya. "Bagaimana kalau aku menginginkan nyawa kakak?"

Cruel sedikit tersentak, bagaimana bisa adiknya yang polos mengetahui kosa kata yang menyeramkan itu? Sepertinya dia harus memeriksa buku-buku yang di baca Deon nanti.

"Maka aku senang, kalau memang nyawaku yang tak berharga ini bisa berguna untukmu." Malam ini Cruel benar-benar banyak tersenyum.

"Dasar menyebalkan." Deon merasakan air mata berada di ujung matanya, rasanya hanya dia yang tersesat dalam percakapan ini.

"Aku tidak tau apa yang kamu rencanakan, tapi aku tau apa yang bisa aku lakukan untukmu." Cruel mengelus rambut Deon, sudah lama ia tak bersama Deon, karena Deon lebih sering berada di istana. "Aku bisa membuat dunia berlutut di kakimu jika kamu mau, aku akan memberimu seluruh harta yang ada di dunia ini, aku bisa membunuh naga untukmu, bahkan aku bisa memberikanmu mahkota raja, tidak hanya mahkota raja tapi aku juga bisa menjadikan mu kaisar, hanya Deon percayalah padaku, dan tumbuhlah dengan bahagia."

"Pfft- Kakak mengatakannya seolah kakak hanya akan hidup untukku." Deon terkekeh merasakan sedikit kelegaan di hatinya, "wanita kakak akan kecewa nanti."

"Memang hidupku hanya milikmu, aku tidak akan menikah ataupun menjalin hubungan dengan seorang wanita jika itu hanya akan membuatku jauh darimu."

"Hahaha, tidak bisa, kakak kan harus menjadi count, mana mungkin kakak tidak menikah." Deon tertawa kecil, suasana yang tadinya suram kini terasa lebih ringan.

"Tidak perlu menikah untuk menjadi count kan?" Cruel senang suasananya telah berubah, dia diam-diam menyukai interaksi nya dengan Deon.

"Kalau ayah dan ibu tahu mereka pasti akan memarahi kakak."

"Tidak mereka pasti mendukung ku, lagipula Deon apa kamu ingin menikah?"

Deon membulatkan matanya, "apa? Kenapa aku harus menikah?"

"Soalnya kamu terlihat tertarik dengan topik itu."

Deon memanyunkan bibirnya, cemberut menghiasi wajahnya. "Menikah hanya berlaku untuk kakak, kalau aku tidak mau menikah."

"Itu bagus kalau kamu tidak mau menikah, kamu akan tinggal bersama kakak selamanya."

"Kakak mengatakan hal yang mengerikan."

"Hahahaha..." Cruel tertawa, kenapa adiknya ini lucu sekali? Dia akan mengukir malam ini selamanya di hatinya.

***

Gimana agak familiar sama bab ini? Yaps! ada satu dua adegan yang aku ambil dari cerita asli, cuman aku tambahin banyak bumbu biar makin enak(^._.^)ノ

Semoga cocok sama selera kaliannn, sampai jumpa di bab berikutnyaฅ^•ﻌ•^ฅ

Bab berikutnya udah lumayan serius yaa<33

Jangan lupa tinggalkan jejak!!
See ya!!

disaster returnsTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon