13. act like children [3]

252 50 34
                                    

Bab kemarin kok sepi banget? Ga seru ya:(
Baca pengumuman di bawah ya!
***

Setelah hari itu, count Hart dengan cepat mengabulkan permintaan putra keduanya. Pihak istana yang menerima surat dari keluarga Hart dengan cepat menyetujuinya, walaupun banyak bangsawan yang heran, mengapa keluarga Hart mendukung pangeran ke-9? Namun setelah mengetahui bahwa anak yang dikirim adalah putra ke-2 mereka tidak lagi tertarik.

Sementara Edoardo yang mendengar tentang hal itu hanya terkekeh kecil, entah apa yang akan di lakukan oleh malaikat itu padanya, 'kan?

Beberapa hari yang lalu Edoardo telah bertemu dengan pangeran pertama. Pangeran pertama bersikap sangat baik padanya hampir membuatnya terbuai dalam kasih sayang, dan setelah itu kabar tentang kedatangan putra ke-2 Hart sebagai 'teman' nya terdengar, apakah itu berarti pangeran pertama berpura-pura selama ini? Kalaupun iya betapa sempurnanya aktingnya itu, sangat memabukkan.

Bagi Edoardo yang tak pernah mendapat kasih sayang, kehangatan orang lain begitu sempurna dimatanya, hati kecilnya selalu ingin merengkuh kehangatan itu, walaupun tindakannya selalu menolak keras kasih sayang dari orang lain.

Edoardo selalu waspada sejak kecil, jadi dia dapat mengetahui apakah orang lain tulus atau tidak, meskipun begitu sekarang dia sedang menunggu malaikatnya menghampirinya, padahal dia tau bahwa malaikatnya ini akan menjadi belenggu di lehernya. Itu akan menusuknya suatu saat nanti.

"Yang mulia!" Seorang anak berambut putih dengan cepat turun dari gerbong kereta kuda. "Lama tidak bertemu yang mulia, semoga cahaya kerajaan selalu menyertai anda."

Iya dia tahu, suatu saat nanti anak di depannya ini akan memasangkan belenggu di lehernya, memerasnya hingga tetes darah penghabisan, tapi apa boleh buat 'kan? Edoardo sudah terbuai, biarlah bila keputusannya ini akan mencekiknya sampai mati. Tak apa.

"Ya, sudah lama ya tidak bertemu tuan Malaikat." Edoardo menyambut anak laki-laki di depannya dengan hangat.

"Anda terus memanggil saya 'malaikat', anda tidak mungkin melupakan nama saya kan?" Anak itu melangkah, mengikis jarak antara ia dan Edoardo.

"Entahlah, bukankah itu juga berlaku untukmu," Edoardo tak bisa menghilangkan perasaan geli di hatinya, "kamu juga selalu memanggilku 'yang mulia' apakah kamu bahkan benar-benar tahu namaku?"

Anak di depannya membulatkan matanya sejenak, sebelum terkekeh dengan suara yang lucu. "Mana mungkin ada yang tidak tahu nama anda, yang mulia pangeran ke-9, Edoardo Deserte."

"Begitu yah, kalau begitu sepertinya aku juga ingat namamu, kalau tidak salah orang yang mengaku sebagai malaikat, Deon Hart, 'kan?"

"Anda tidak boleh bilang 'sepertinya aku ingat'." Deon sampai di depan Edoardo, menyisakan jarak satu langkah antara dirinya dan Edoardo "anda harusnya bilang 'Aku sangat ingat'."

Edoardo tertawa mendengar perkataan Deon, "beraninya kamu mengoreksi perkataan pangeran."

"Saya tidak bercanda, itu benar." Deon yang melihat Edoardo tertawa menaikan sebelah alisnya, "saya tidak akan memaafkan anda kalau anda melupakan saya."

"Baiklah, baiklah, mana mungkin aku melupakan malaikat ku kan?" Edoardo berhenti tertawa setelah melihat wajah kesal Deon, "kalau begitu ayo masuk."

Deon mengikut Edoardo masuk kedalam istana miliknya, beberapa pelayan membungkuk sopan saat mereka masuk, dan lebih banyak pelayan yang menatap mereka dengan pandangan menghina. Rasanya Deon ingin menebas mereka semua. Beraninya mereka menatapnya dengan pandangan seperti itu?

"Jadi apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" Edoardo bertanya di sela-sela langkahnya.

"Entahlah, Saya tidak tahu mau melakukan apa."

disaster returnsWhere stories live. Discover now