Chapter 19

60 4 1
                                    

'Apa yang dia rencanakan dengan tiba-tiba begini? Tidak mungkin, apa kamu mencoba menarik perhatianku dengan cara seperti ini?'

Saat Deborah tidak bereaksi seperti yang diharapkan, Philap pun kebingungan. Dia adalah wanita yang tidak mau kalah dari siapapun dengan kesombongannya, serta keinginannya untuk pamer itu sangat kuat.

Ini adalah waktu yang tepat untuk pamer, jadi kenapa dia tiba-tiba menjadi pendiam?

Philap yang tanpa sadar memandangi punggung Deborah, kemudian memalingkan wajahnya dan mengernyitkan dahinya. Karena entah mengapa, dia merasa dia harus menghentikan dirinya sendiri.

"Wow"

Saat itu, Mia yang berdiri di sebelahnya, tiba-tiba berseru.

"Apa?"

"Gadis dengan rambut ungu itu sangat cantik. Memang benar ada banyak gadis yang elegan dan berkelas di ibukota"

Elegan?

Kalau saja dia tahu kepribadian Deborah, kata-kata itu tak akan keluar dari mulutnya. Mungkin saja dia benar-benar buta akan dunia ini, karena dia berasal dari keluarga yang miskin.

Yah, memang benar Deborah terlihat berkelas hanya dari penampilannya saja. Mungkin itu karena pakaian yang ia kenakan selalu selaras dengan warna rambutnya. Ada aura tersendiri yang membuatnya menarik perhatian orang.

Leher putih dan jenjang nya makin terlihat tegas berkat kalung mutiara hitamnya, dan tubuhnya juga...

'Sial, apa yang kupikirkan? Apa aku sudah gila?'

Tak peduli seberapa lemah seorang pria terhadap apa yang ia lihat, Philap merasa ia baru saja menusuk matanya sendiri, dan buru-buru berpaling ke arah Mia sambil berbicara.

"Mia, kamu lebih cantik dan elegan. Kamu bahkan tak bisa dibandingkan dengan gadis semacam dia"

"Tolong jangan berkata begitu.."

Mia menggelengkan kepalanya, gugup.

"Kamu bahkan lebih rendah hati dari siapapun"

Philap sengaja tertawa terbahak-bahak, bahkan terlihat dibuat-buat.

**

'Ah, waktu berlalu sangat lambat. Leherku bisa kaku kalau begini'

Saat aku terus menatap keluar jendela, otot leherku menjadi kaku.

'Mereka pasti sudah tak lagi tertarik padaku, kan?'

Saat aku sedikit melirik kearah mereka setelah jeda yang cukup lama, Philap dan Mia masih mengobrol seolah dunia hanya milik mereka berdua.

'Mereka terlihat seperti dimabuk cinta'

Semoga saja mereka berdua bisa hidup bahagia selamanya. 

Kemudian aku mengalihkan pandanganku pada profesor yang ada di depan kelas dan berharap semoga dia tidak menyulitkanku.

Kelas pertama adalah kelas politik. Aku pun mengeluarkan pena bulu dan buku yang berjudul "Pemahaman Politik" dari dalam tas ku.

'Apa-apaan pena bulu bergaya seorang putri ini?'

Pena bulu berwarna merah muda yang terdapat permata di sisinya. Aku penasaran kenapa Deborah membeli alat tulis secantik ini walaupun dia tak pernah belajar.

'Oh? Tapi ini sungguh luar biasa'

Apakah ini karena pena mahal? Rasanya saat menggoreskan tulisan pada buku sungguh tidak biasa. Tak seperti pena yang biasa kupakai untuk belajar, pena ini sangat ringan dan memiliki panjang yang pas. Jadi rasanya juga nyaman saat memegangnya.

Jadi Cewek Jahat Lebih Seru Kan? | What's Wrong with Being the Villainess?Where stories live. Discover now