Laki-Laki Songong

201 2 0
                                    

"Aku adalah seorang perempuan mandiri yang tidak membutuhkan laki-laki di dalam hidupku." E. L. Nina
Euthisha La Nina merupakan seorang perempuan terpelajar yang saat ini bekerja di salah satu perbankan di Kota Nasalo. Selama ini dia bekerja dengan giat agar bisa mewujudkan obsesinya terhadap kecantikan. Memiliki rambut coklat yang panjang sepinggang, mata besar yang bulat berwarna amber dan kulit putih yang pucat. Dengan penampilan yang luar biasa itu, dia ingin terus menjaganya, menuai semua pujian yang dilontarkan padanya. Namun, setiap laki-laki yang berusaha mendekatinya, dia tau bahwa mereka menginginkan kecantikan dan tubuhnya.

Euthisha La Nina sangat menyukai puisi, pantun, sajak-sajak cinta, dan hal-hal romantis klasik seperti zaman Victoria. Dia sangat ingin hidup menjadi seorang Duchess, mengenakan gaun-gaun yang indah, menjadi perempuan terhormat dan memiliki pelayan. Namun yang bisa dia lakukan adalah menjalani hidup sebagai seorang banker yang harus berhadapan dengan orang-orang yang setiap harinya bertransaksi di bank.

Dia harus menjadi seorang pemimpi sekaligus seorang profesional saat dia bekerja. Orang-orang menganggapnya sebagai Putri Eksentrik. Di umurnya yang sudah mencapai 28 tahun, dia menyadari bahwa kecantikannya selama ini tidak bisa membuatnya bahagia, dia ingin bertemu seseorang yang diinginkannya. Seorang yang kaya raya, menarik, tampan dan juga berkuasa.  Tidak apa-apa jika dia harus menjadi simpanannya, hahaha.

Selama bekerja hampir 3 tahun di perbankan, tidak ada banyak yang berubah. Dia bertemu banyak laki-laki yang kaya raya, tapi tidak cukup menarik. Banyak om-om yang paruh baya mengajaknya berkencan, bahkan ingin mengadopsinya sebagai Sugar Baby sehingga dia tidak perlu bekerja keras lagi. Dia menyadari bahwa uang sangat dibutuhkan untuk bisa bebas dan senantiasa menjaga kecantikannya, tapi dia ingin memilih laki-laki yang menarik. Meskipun bisa saja dengan menyerahkan tubuhnya, tas Channel, cincin Dior, dan barang-barang bermerek lainnya bisa dia peroleh dengan mudah. Namun dia tidak bisa membayangkan memiliki pengalaman bercinta dengan pria bert*t*t kecil atau tidak tahan lama. Apalagi dicumbu oleh om-om yang sebaya dengan ayahnya, dengan kumis yang menggesek dagu lembutnya. Setelah mereka ejakulasi satu atau dua kali kemudian tertidur dan mengorok sampai pagi.
Oh tidak, dia tidak ingin berakhir seperti itu. Walaupun dia pernah ditawar oleh seorang laki-laki yang ingin mengadopsinya dengan harga yang lumayan fantastis, namun dia tolak karena dia sedang tidak kekurangan uang saat ini. Dia cukup sombong dengan keuangannya saat ini yang tidak terlalu buruk, dan cukup untuk hidup foya-foya sesekali.

Dirinya yang terlalu dominan menginginkan laki-laki yang bisa menaklukannya, memberikan pengalaman yang luar biasanya untuknya. Laki-laki yang bisa meredakan ego dan nafsu liarnya, dan lebih bagus lagi jika sampai membuatnya tidak bisa berjalan 3 hari setelah berhubungan (hahaha). Sampai suatu hari, seorang nasabah seperti kriteria yang diinginkannya beneran datang. Seorang nasabah Solitaire yang tidak pernah ditemuinya.

"Saya mau setoran tunai 500 juta. Jangan lama ya, saya sibuk. 30 menit cukup kan?" Kata laki-laki yang sedang melipat kedua tangannya dan duduk menunggu.
"Baik tuan". sahut Euthisha. Dalam hati dia mengeluh karena waktu 30 menit sangat mepet dan memerlukan kecepatan hitung uang yang lumayan tinggi. Satu-satunya hal yang dapat dimaklumi adalah dia seorang nasabah Solitaire, dan cukup tampan tentunya.
"Darimana asal tuan? sepertinya jarang bertransaksi di cabang ya?" tanya Euthisha sambil tersenyum namun dikacangin.
"Kalau kamu punya waktu untuk basa-basi mending kamu gunakan untuk fokus mengikat uang, gerakanmu terlalu lambat" balasnya.
Kemudian Euthisha memilih diam dan meningkatkan kecepatannya dalam menghitung uang agar tidak terlalu lama berurusan dengan orang ini lagi. Transaksi berhasil diselesaikan dengan cepat oleh Euthisha.

"24 menit 7 detik. Lama  banget ya? Bikin ngantuk nunggunya" katanya sambil menyeruput kopi. Setelah beberapa saat, dia meninggalkan konter Euthisha. Mood Euthisha yang langsung menjadi buruk setelahnya harus segera dikendalikan untuk menyambut nasabah setelahnya.
'"Dasar orang kaya songong!" kutuknya. Ia kemudian mengecek kembali transaksinya dan melihat nama nasabah tadi "Norcheux Fernos".
"Sial, bahkan namanya saja sudah sangat tampan." batinnya.
Selama ini dia belum pernah bertemu orang yang sesongong ini dalam hidupnya, namun tetap saja dia harus memakluminya karena statusnya.

"Tetap profesional Tisha, tenangkan pikiranmu, Senyum.. " diucapnya berulang untuk mensugesti pikirannya yang tidak keruan.
Keesokan harinya, laki-laki itu datang kembali. Di saat Euthisha sedang melayani nasabah lain, dia memilih menunggu meskipun Teller lain sudah memanggilnya.
Akhirnya setelah Euthisha menyelesaikan transaksi, dia langsung menuju ke arahnya. Dia kemudian mengeluarkan uang kecil gepokan dalam jumlah 50 juta dengan kondisi yang lecek. Setelah meletakkan uangnya di meja, kemudian memanggil Lousen untuk mengambilkan bantal dan memasang timer 2 jam. Sengaja menaruh smartphone di mejanya untuk menunjukan detik yang bergerak dengan cepat.
Sejenak Euthisha merasa tidak asing dengan laki-laki suruannya itu, pernah ditemuinya entah dimana. Sambil merenung sejenak, tiba-tiba Norcheux Fernos menyeletuk.
"Bank sebesar ZHC  tidak mungkin menolak setoran Solitaire meskipun uang kecil kan?" tanya Norcheux Fernos memancing dengan senyum tipis yang membentuk lesung pipi yang manis.

"Yang penting uang, Tuan." balas Euthisha tersenyum dengan formal.
Dia memang sudah menyiapkan mode senyum formal untuk meladeni nasabah yang kurang ajar seperti ini.
Euthisha berusaha untuk tetap berada di mode profesionalnya dan berusaha menjaga senyumannya. Meskipun dalam hati dia terus mengutuknya.

"Sial, darimana dia mendapatkan kumpulan uang jelek ini? harus banget ya ke konterku padahal di sebelah ada yang kosong". keluhnya di dalam hati. Perlahan dia berusaha merapikan uangnya dan menghitungnya. Hanya saja betapa menyebalkannya menghitung uang kecil yang sudah lecek?!

Verbal AbuseWhere stories live. Discover now