49] Akhirnya!

762 77 54
                                    

Lantunan ayat suci Al - qur'an terdengar menggema di sebuah rumah yang sudah di sulap menjadi pelaminan yang indah dan mewah. Semua yang hadir nampak diam tak bersuara. Hanya duduk dan diantaranya menggenggam tisu. Tak sedikit dari mereka sudah berlinang air mata. Orang tua, saudara, dan teman. Mereka bahagia hingga air mata yang bicara.

Tak jauh berbeda di dalam kamar. Seorang wanita yang terus menggenggam tangan sang kakak menangis tersedu. Ia bersimpuh di depan sang kakak dengan kepala yang menunduk.

"Teteh," ucapnya dengan tenggorokan yang tersendat-sendat. Ia menengadah dengan isak tangis yang mengiringi.

"Meski Teteh udah nikah, udah ikut sama Abang tolong ingetin aku ngerjain tugas. Omelin aku kalo aku mulai boros. Marahin aku kalo aku males kuliah." Ditatapnya sang kakak yang sangat cantik dengan kebaya putihnya.

"Makasih ya Teh, udah berjuang biar aku jadi sarjana." Ia menunduk. "Arini sayang Teteh," cicitnya lalu kembali menangis.

Liena tersenyum lalu terkekeh dengan air mata yang menumpuk di pelupuknya. Diusap nya pundak Arini lalu membawanya agar duduk kembali di sampingnya. Adiknya itu dari semalam tak mau jauh dengannya. Ada yang mengatakan saja "Yah, Teteh nya mau nikah. Kasian ditinggalin," langsung melow. Liena antara terharu dan ngakak. Biasa adu mulut soalnya.

"Kamu mah lebih sedih mikirin UKT mu siapa yang bayar, Rin," ucapnya sambil menyeka air matanya dengan tisu. "Udah ah. Masa bridesmaids nangis, nanti jelek. Teteh nikah juga bakal satu kota sama kamu," ucapnya sambil menyeka air mata Arini dengan hati-hati.

Arini memberengut. "Aku udah gengsi-gengsi bilang sayang malah bawa-bawa UKT," ucapnya.

Liena hanya terkekeh. Ivany yang di samping kirinya pun ikut terkekeh sambil sesekali menyeka air matanya. Yang sering berantem memang biasanya dia yang paling sedih.

"Udah udah. Mau akad nih," ucap Ivany.

Ketiganya terdiam dengan tangan yang saling menggenggam. Liena meremas tangan-tangan yang menggenggamnya dengan degup jantung yang tak normal. Dapat ia dengar bapaknya berdehem disusul ucapan sakral itu.

"Saudara Bianna Agung Arthur Dirgantara bin Agung Sudjaya saya nikahkan dan saya kawinkan Engkau dengan anak saya yang bernama Liena Auleka dengan mas kawin emas dua puluh dua gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

Tanpa menarik nafas Arthur balas menjabat tangan Arta begitu kuat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Liena Auleka binti Arta dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Sah?"

"Sah!"

"SAAAAAH!!!"

Ucap syukur hamdalah terdengar di sela riuh orang menyahut SAH. Arthur menghela nafas sangat sangat lega. Saat Cahaya yang kini sudah resmi menjadi ibu mertuanya berdiri seketika detak jantung Arthur menggila. Sebentar lagi perempuan yang juga sudah resmi menjadi istrinya akan kembali ia lihat setelah satu minggu hanya saling bertukar pesan singkat.

Di dalam kamar Arini dan Ivany memeluk Liena haru. Mereka menangis namun tak mampu berlama-lama karena Cahaya sudah membuka pintu. Buru-buru Ivany dan Arini menyeka air mata Liena meski mereka masih sibuk menangis.

"Mama," ucap Liena sedih.

Cahaya tersenyum. Diusapnya bahu anak ke tiga nya dengan sayang. "Nanti nangisnya. Sekarang kita ke depan."

That Soldier, please!Where stories live. Discover now