23] Sekolah

650 50 9
                                    

"Gue tahu ini lebay. Tapi, anjir! Masa iya pagi-pagi gini udah panas, sih? Jauh banget sama Bandung." Liena mengipas wajahnya dengan kedua tangan. Ia menghela nafas ke sekian kalinya saat keringat kembali mengucur di punggungnya.

"Ya Allah, berikan lah aku penyemangat di hari ini. Capek banget ya, Allah. Sekolah juga belum ini," ucap Liena sambil menatap gerbang sekolah nya yang terbuka lebar.

Sepertinya udara di Bandung cukup mempengaruhi hidupnya. Liena lihat teman sebaya atau adik kelasnya tak ada yang mengipas-ngipas wajah mereka. Cuma dia doang yang dari tadi sibuk.

"Huh, capek." Liena menyangga tubuhnya dengan kedua tangan di atas lutut. Getar handphone di saku celananya membuat ia mengeluarkan benda pipih tersebut.

Ada notif dari tempat uang sementaranya. Tak lama pria yang semalam memvideo call nya mengirim pesan.

Om Abiiii Arthur PM

Coba cek dana nya 

Segera Liena tarik ke bawah layar handphonenya. Matanya melotot seketika saat nominal uang yang Arthur transfer sangat besar baginya. Antara mau seneng tapi gak mau. Masa iya uang segini dikirim cuma-cuma sama Liena? Yang bener aja! Enak di Liena dong!

Om Abiiii Arthur PM

Jangan protes

Itu biar kamu kenyang di sekolah

Belajar yang bener

Sekolah yang bener

Jangan bolos

Aku nggak pernah bolos!😤

Terus ini juga apa-apaan 500 ribu

Om, habis ngepet?

Centang satu abu-abu. Artinya percuma Liena mau protes kalo orangnya gak liat.

"Ini laki emang hidupnya gak ada beban apa gimana sih? Mudah banget ngeluarin uang," ucap Liena yang menatap aplikasi biru nya yang kini memiliki saldo 800.000,00. Tiga ratus ribu dari Satia sisanya Arthur. 

Suara gerbang yang di dorong membuat Liena mendongak. Ia langsung berlari saat upacara akan di mulai. "Kampret lah, gak ada yang negur gue," ucap Liena sambil mengambil topi nya di dalam tas lalu menaruh tas nya di depan koridor kantor.

Ia berdiri paling belakang dimana teman-temannya sudah berbaris. Termasuk Isfi yang tengah mengipasi wajahnya dengan topi. Bukan Liena doang yang lebay ternyata.

Upacara berlangsung selama 45 menit lamanya. Semua langsung bubar saat tak ada pengumuman yang disampaikan atau sedikit penyemangat yang biasanya disampaikan oleh kepala sekolah.

Liena mengambil tas nya lalu berjalan ke dalam kelas. Senyumnya mengembang saat melihat teman-temannya yang duduk melingkar lesehan di bawah.

"Halo, semuanya! Apakah kalian rindu pada ku?" Ucap Liena sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Tidak!"

Wajahnya datar seketika saat mendengar teman-temannya serempak menjawab. Liena berbelok dari kumpulan manusia yang akan ia hampiri.

"Jahat. Padahal gue bawa oleh-oleh buat kalian. Awas aja kalo mau." Liena duduk di bangkunya lalu sengaja mengacungkan tote bag yang ia bawa. Seketika semua temannya langsung berbinar.

That Soldier, please!Where stories live. Discover now