END

111 10 2
                                    

Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading!

Safna dan Athar sekarang sedang berjalan - jalan disebuah taman indah tak jauh dari rumah memang hanya beberapa menit untuk sampai kesana, keduanya memang berencana ingin menghabiskan waktu bersama walau mereka memang selalu bersama tapi kali ini Safna yang mengusulkan untuk jalan - jalan, Athar setuju karna dirinya yakin mereka berdua akan baik - baik saja karna Adit dan Aan sudah berada dalam sel yang artinya tak ada lagi pengganggu diantara mereka hanya saja perkataan Ibu Adit masih terngiang dipikiran Safna memang tapi dirinya sudah jarang terlihat entahlah kemana Ibunya itu Athar dan Safna Ber'doa supaya Ibunya tak mengganggunya kembali dan tak bisa melukai Safna lagi,

Tiba - tiba dari arah samping Athar melihat teman Adit mengarahkan pistol kearah Safna langsung saja Athar menarik Safna dan Athar lah yang terkena peluru itu Safna sangat kaget belum sempat berteriak dan melihat siapa yang melakukan dirinya dikejutkan kembali dengan sebuah pisau yang menancap diperutnya,

Safna meringis kesakitan melihat didepannya sudah ada Adit yang menancapkan pisau itu pada perut Safna,

“Ka-ka-mu,” Safna terbata dan meringis lalu mengeluarkan air mata dirinya terjatuh karena pisau itu menusuk perutnya dalam, Athar yang melihat Safna terluka berusaha menghampiri, dirinya tak bisa berkata - kata lagi kejadiannya sangat cepat oleh pandangan matanya.

“Kalo tidak denganmu maka tidak ada yang bisa memiliki dirimu.” Ucap Adit menatap Safna yang kesakitan.

Adit mengelus pipi Safna dirinya menikmati Safna yang kesakitan, Safna melihat kearah Suaminya yang sudah meringis kesakitan karna teman Adit menginjak luka Athar menendang perut Athar berkali - kali.

“To-to-tolong ja-jangan sa-ki-ti A-abang,” Dengan terbata Safna memohon agar Suaminya tak diperlakukan seperti itu, Safna tak memedulikan lukanya.

BUGH!

Adit menendang Athar untuk terakhir kalinya, Safna yang melihat sangat sakit, menangis karena Suaminya yang sudah tak sadarkan diri.

“CABUT!” Ucap Adit, Aan mengangguk meninggalkan mereka berdua.

Adit percaya bahwa Safna tak akan bisa menggapai Athar cepat atau lambat Athar akan mati lebih dulu.

“Abang,” Panggil Safna lirih berusaha berjalan tertatih dan memeluk Suaminya, menggenggam tangan Athar dengan berlinang air mata.

“Dek,” Athar yang masih setengah sadar menggenggam erat tangan Safna.

“Ay-yo ki-kita ba-ba-ngun -”

“D-de-k ka-ka-mu -”

Tak sempat keduanya mengucapkan kata - kata mereka sudah tak sadarkan diri dengan tangan yang saling menggenggam erat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Garis Takdir 📍Selesai📍Where stories live. Discover now