44

8.9K 1K 35
                                    

Pagi ini, Naira sudah sibuk di dapur membuat sarapan untuk suami dan anak tercintanya. Sebagai istri yang baik Naira tak lupa membuatkan kopi untuk suaminya.

Dengan senyum lembutnya, Naira membawakan kopi untuk Banu yang tengah duduk santai di ruang keluarga.

"Anka belum bangun?" tanya Naira sambil meletakkan gelas kopi di atas meja.

"Kayanya belum, tumben kamu pagi-pagi gini udah rapi?" ucap Banu menatap istrinya yang sudah siap dengan baju pergi, biasanya istrinya akan bersantai-santai di rumah ketika Anka libur sekolah.

"Kamu lupa? Hari ini kita ada meeting pagi di kantor," ucap Naira menduduki dirinya di sebelah suaminya.

"Kalau kamu sibuk aku bisa urus semuanya di kantor, aku juga udah suruh orang buat beresin barang-barang yang mau di pindahin ke rumah lama,"

"Kamu gak perlu pergi meeting ke kantor, beresin barang-barang buat kita pindah ke rumah lama, aku bisa atur semaunya di kantor sendiri" ucap Banu kembali fokus pada ponselnya.

Naira menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, aku lanjut masak dulu. Kamu nanti makan siang di rumah?"

"Mungkin" balas Banu tanpa mengalihkan perhatiannya.

Naira bangkit dari duduknya, kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak sarapan paginya. Selesai memasak dan menyajikannya di atas meja makan, dia pun memangil suami dan anaknya untuk sarapan pagi bersama.

Naira mengambilkan sarapan untuk anak dan suaminya, lalu mereka mulai sarapannya dengan diam.

"Bu hari ini aku mau pergi sama teman-teman, boleh kan Yah, Bu?" tanya Anka setelah selesai sarapan.

"Mau pergi ke mana?" tanya Naira.

"Ke toko buku, ada buku yang mau aku beli buat sekolah"

"Boleh, kamu boleh pergi" sahut Banu.

"Tapi hari ini gak ada sopir, kamu jajian jam berapa? Biar nanti Ibu yang anterin" ucap Naira.

"Jam sepuluh, aku janjian di rumah teman nanti pergi ke toko barang-barang, Ibu anterin aku sampai rumah teman aja" jawab Anka.

"Aku berangkat dulu, kalian jangan lupa untuk mengemasi barang-barang yang akan di bawa pindah. Aku akan pulang terlambat hari ini," ucap Banu lalu pergi meninggalkan ruang makan.

Setelah Banu pergi dari rumah cukup lama, Naira segera bersiap-siap untuk pergi bersama dengan Anka. "Anka kamu udah siap ayo kita jalan sekarang," ajak Naira menghampiri Anka yang sedang bersantai di ruang keluarga.

"Baru jam sembilan Bu, sebentar lagi aja berangkatnya. Gak jauh kok, paling lima belas menit sampai" ucap Anka tanpa mengalihkan perhatiannya pada Naira, dia sibuk mengirim pesan pada saudara kembarnya yang sejak tadi tidak membalas pesannya satu pun.

"Ibu juga harus pergi ke kantor buat anterin dokome Ayah yang ketinggalan, ayo jalan sekarang," ajak Naira mengambil paksa hp Anka.

"Adek kamu di sana itu lagi belajar, jangan di ganggu terus nanti dia gak fokus. Lagian di sana ada waktu dia boleh pegang hp, gak setiap saat pegang hp," ucpa Naira.

"Habisnya Kara gak pernah mau angkat telpon aku, seringan Zain yang angkat"

"Ayo kita jalan, Ibu tunggu di depan," ucap Naira lalu berjalan keluar lebih dulu.

Anka menghela napasnya. "Cuma mau tanya kabar aja gak boleh, kalau sebulan sekali ke sana kan aku gak sekangen ini sama Kara" monolog Anka lalu bangkit dari duduknya, pergi menyusul Ibu-nya.

..................

Cuca sore ini terlihat begitu mendung, Kara yang sudah selesai dengan semua kegiatan di asrama pun bingung ingin melakukan apa. Karena Zain dan Justin juga belum selesai dengan kegiatan mereka, sedangkan teman-teman sekelasnya banyak  yang pulang ke rumah masing-masing, karena ini sudah hari libur sekolah.

"Gak ada apa yang mau main ke lapangan?" tanyanya pada temannya yang sedang membaca buku.

"Mau hujan Kar, nanti Kakak kamu marah lagi," ucap Zidan teman sekelas Kara.

"Kegiatan malam masih lama, dari tadi udah baca buku gak pada bosan apa. Gue aja malas lihat tulisan setiap hari," ucap Kara merebahkan tubuhnya di atas lantai teras asrama.

"Dulu sih paling enak tuh sore-sore pergi nongkrong sama temen-temen pulang sampai malam, tapi gara-gara itu gue di masukin ke asrama juga." sahut Asep.

"Emang lo nongkrong sampai jam berapa?" tanya Zidan.

"Gak sampai siang, cuma sampai jam dua pagi."

"Pantas, kalau gue udah di gantung sama Ayah. Gak naik kelas dua kali aja masuk sini" ucap Kara.

"Lo lebih parah jir, gak naik kelas dua kali" ucap Zidan. Jika dirinya seperti Kara juga akan bernasib sama, mungkin lebih dari apa yang Kara dapatkan saat ini.

"Kara, kamu di sini? Ada yang mau ketemu kamu tuh di tunggu di ruang pengurus" ucpa seseorang pengurus asrama.

"Siapa Pak?" tanya Kara segera bangun dari tidurannya.

"Ibu kamu"

"Yang benar Pak, gak lagi bercanda kan? Atau Bapak aku yang datang ke sini?" tanya Kara untuk memastikan jika pengurus asrama tidak sedang bercanda pada dirinya.

"Serius, sana buruan ke ruang pengurus. Ibu kamu udah nungguin, kalian berdua ikut saya ke belakang. Bantu-bantu buat masak makanan makanan"

"Siap Pak" ucap kedua anak itu lalu pergi mengikuti senior asrama, sedangkan Kara segera pergi ke ruang pengurus untuk menemui Ibu-nya.

Dengan hati yang setengahnya tidak percaya jika Ibu-nya datang ke asrama, Kara menatap wanita yang berdiri di hadapannya dengan merentangkan kedua tangannya.

Anak itu tetap diam mematung di tempatnya, ia masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, namun ketika tubuh itu mendapatkan sebuah pelukan membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Ibu baru punya waktu datang ke sini, gimana kabar kamu?" tanya Naira dengan lembut mengusap rambut anaknya.

"Aku naik kelas tiga Bu, ikut ujian susulan karena waktu itu kan aku gak ikut ujian sampai selesai," ucap Kara melepaskan pelukan Naira.

Naira tersenyum lembut mengusap pipi anaknya. "Ibu udah izin sama guru kamu, kita boleh jalan-jalan keluar. Mau jalan keluar sama Ibu sebentar?"

"Aku naik kelas nilainya pas-pasan Bu, gak masuk peringkat. Nanti aku belajar lebih baik lagi,"

Naira tersenyum tipis. "Ibu tau kamu udah berusaha dengan baik, ini juga termasuk hasil yang bagus. Ayo kita rayakan, makan di luar berdua sama Ibu"

"Ibu datang sendiri?"

"Iya Ibu datang ke sini sendiri, Ibu pikir libur sekolah bisa ajak kamu keluar buat makan malam. Kamu mau?"

Kara menganggukkan kepalanya. "Sebentar Bu, aku bilang Zain dulu" ucapnya segera lari keluar untuk memberi tahu Zain jika Ibu-nya datang dan ingin mengajaknya pergi keluar.

"ZAIN, ZAIN" seru Kara pada Zain yang baru saja keluar dari ruang lesnya.

"Zain, Zain kamu tau? Hari ini Ibu datang ke sini. Ibu bilang mau ajak aku jalan-jalan keluar," ucapnya sambil meluk Zian dengan erat.

"Ayo kita pergi jalan-jalan bareng, kamu udah selesai kan?" ajaknya dengan semangat.

"Aku masih-" belum sempat Zain menyelesaikan ucapannya, Kara lebih dulu menarik tangannya. Membawanya pergi menemui Ibu-nya.

"Ibu Zain boleh ikut kan?" tanya Kara pada Naira yang menjngu di halaman asrama.

"Boleh, ayo kita jalan sekarang," ajak Naira lalu membawa mereka berdua berjalan-jalan keluar asrama, setelah mereka berpamitan dengan pengurus asrama.






KARA Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin