Chapter 10

5 1 0
                                    

Happy Reading~


Hari ini weekend dan kebetulan hari ini adalah jadwal chek up Naziva. Ia tengah bersiap untuk pergi ke rumah sakit.

Setelah selesai bersiap, Naziva mengambil tas selempangnya dan tak lupa ia mengambil ponselnya lalu keluar dari kamarnya. Naziva mulai menuruni tangga, ia melihat Ayahnya yang sedang duduk santai di ruang tengah.

"Mau kemana kamu?" tanya Abraham saat melihat Naziva yang sudah rapih.

"Aku ada tugas sekolah." jawab Naziva tentunya ia berbohong.

"Jangan berbohong kepada saya!" ucap Abraham dingin.

"Aku ngga bohong Yah."

"Silahkan pergi kalau bisa jangan balik lagi ke rumah ini."

Naziva menjulurkan tangannya untuk meminta salam, tapi tangannya ditepis begitu saja. "Saya alergi bila harus bersalaman dengan kamu, cepat pergi kamu dari sini. Muak lama-lama saya harus melihat kamu."

"Terserah Ayah, Ziva berangkat dulu."

***

Setibanya di rumah sakit Naziva berjalan sendirian menuju ruang pemeriksaan. Dan ia langsung melakukan pemeriksaan oleh dokter Hanasari.

"Jadi gimana dok keadaan aku sekarang?" tanya Naziva.

"Apa kamu pernah mengalami gejala baru yang mucul?"

Naziva terdiam beberapa saat untuk mengingat, "Pernah dok waktu itu aku mimisan."

"Jika kamu mengalami mimisan berulang kembali segera datangi saya ke rumah sakit ini ya, untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan mencegah pendarahan lebih jauh." jelas Hanasari. "Saya sarankan kamu untuk segera melakukan kemoterapi metode pengobatan ini untuk memberikan obat-obatan secara oral maupun intravena untuk membunuh sel kanker. Selain kemoterapi kamu juga bisa melakukan radioterapi, terapi biologis atau imun, terapi terarah, dan tranpalatansi stem cell. " lanjutnya.

Naziva memejamkan matanya sebentar rasanya kepalanya ingin pecah memikirkan ini semua. Tak pernah terbayangkan ia memiliki penyakit leukimia diusianya yang masih muda. "Baik dok akan saya usahakan." ucapnya.

"Orang tua kamu dimana Ziva? selama kamu melakukan medical chek up saya belum pernah bertemu dengan orang tua kamu. Harusnya mereka mengetahui hal ini."

"Ah, ada dok dirumah aku ngga mau membebankan mereka dengan penyakit ini."

"Bukan begitu Ziva penyakit yang kamu derita ini cukup serius, orang tua kamu perlu tau. Peran mereka itu cukup penting dalam proses penyembuhan kamu."

Peran? batin Naziva.

"Ibu saya udah ngga ada dok." jelas Naziva.

"Mohon maaf saya tidak tau." Hanasari cukup terkejut mendengar pengakuan itu. "Lalu Ayah kamu dimana?" kembali bertanya.

"A-ayah aku kerja dok."

"Yasudah saran saya kamu segera beritahu Ayah kamu Ziva, jangan lupa untuk melakukan olahraga secara teratur." Hanasari menuliskan beberapa resep obat. "Silahkan tebus obat ini di apotik rumah sakit. Saya yakin kamu bisa sembuh semangat terus Ziva jangan menyerah, jadikan masa remaja ini sebagai first impression of your life, masa remaja ngga datang dua kali, cari kebahagiaan dengan mencoba semua hal. Jangan jadikan penyakitmu ini sebagai beban." Hanasari tersenyum hangat membuat Naziva bersemangat untuk bisa sembuh.

NAZIVA [On Going]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें