Pelayan pria

27 4 0
                                    

  Sesuai janji Wulan, Sela bekerja di pub, dia mengantarkan pesanan makanan dan minuman pada tamu-tamu pub di lantai atas, Wulan memaksa pacarnya untuk menempatkan Sela di ruang VIP supaya sahabatnya itu nggak jadi bulan-bulanan cowok mata keranjang di pub.
 
  "Wah, cantik, seksi, mulus." Bisik salah satu pemuda tampan yang menghisap rokok dalam dalam, dia melepaskan wanita dalam rangkulannya pas melihat Sela masuk membawa minuman pesanan mereka.
 
  "Baru lihat, sepertinya pelayan baru ya. Gile, mulus, seksi lagi!" Temannya menimpali.
 
  "Dih, bagian gue tuh. Lu pakai aja yang ada!" Pemuda pertama mendorong temannya hingga terjerembab dan menabrak baki di tangan Sela.
 
  Prang!
 
  "Ah ya ampun!" Sela terkejut, dua pemuda itu sepertinya udah setengah mabuk.
 
  Semua minuman tumpah bahkan gelas pecah hampir mengenai kaki Sela.
 
  "Ck, matilah, ini baru hari pertama kerja tapi apa yang terjadi!" Wajah Sela meringis melihat dua pemuda yang berantem karena memperebutkan dia tanpa dia sadari.
 
  "Gue bilang dia bagian gue!"
 
  "Memangnya lu siapa! Seenak udel lu kalo ngomong! Banci!"
 
  "Sialan lu!"
 
  Buk!
 
  Buk!
 
  "Hei, hentikan!" Para gadis berpakaian seksi yang menemani mereka sebelumya mencoba menghentikan, tapi perkelahian malah makin sengit.
 
  "Duh gimana nih!"
 
  "Aaakh!" Mereka cuma bisa menjerit histeris ketika dua pemuda itu hampir menabrak mereka sementara Sela menepuk dahi kesal.
 
  "Kacau deh!"
 
  Dua pria itu saling tonjok, hingga keduanya terjerembab di lantai dan masih saling pukul.
 
  "Panggil keamanan!" Sela menunjuk salah satu gadis yang dekat dengan tombol keamanan. Tapi seblum hari itu menekan tombol seseorang membuka pintu.
 
 
  ****
 
 
  Diruangan lain.
 
 
  "Letakkan semua file di meja. Dia yang akan periksa!" Kata pria itu menunjuk asisten yang berdiri di sampingnya. "Vino periksa semua surat menyuratnya lalu cicipi sampelnya!"
 
  Vino membungkuk sopan, mulai mengambil file dan membuka kotak sample produk yang terlihat seperti tepung, vino mencicipi dengan ujung jari lalu menjilat ujung jarinya.
 
  Hening sesaat.
 
  "80%!" Jawab Vino kemudian.
 
  "Beri tawaran harga!" Kata pemuda yang duduk lagi dengan gaya dominan dan dingin.
 
 
  "Sesuai kesepakatan kita, ini tawaran harga tertinggi dari kami." Vino menyodorkan tablet ke arah pria paruh baya yang tampak seperti mafia itu.
 
  Pria itu tersenyum senang. "sepak—"
 
  Prang!
 
  "SIALAN!"
 
  Buk!
 
  Buk-Buk!!
 
 
  Suara berisik dari luar membuat dahi Vino berkerut.
 
  "Aku akan tutup pintunya." Kata dia kemudian hendak pergi ke arah pintu dimana ada 4 petugas mereka yang berjaga.
 
  "Nggak usah!" Kata pria itu mengangkat tangan. "Aku malas me pub murahan seperti ini, mereka orang orang miskin suka cari ribut dan perhatian. Vino, kamu urusi semua itu! Aku mau pulang!"
 
  Pria itu berdiri menyimpan dua tanga di saku, meninggalkan ruangan lebih dulu.
 
 
  Pria paruh baya dan orang orangnya membungkuk sopan sebagai salam.
 
  Keluar dari ruangan itu, pria berwajah misterius itu melewati keributan di dalam ruang kaca tanpa pengedap suara.
 
  Dia menoleh dan alisnya berjingkrak melihat wajah tak asing yang memakai pakaian minim.
 
  "Cih, dia sok jual mahal pas aku beri tawaran tapi apa yang dia lakukan disini!" Desisnya menyeringai sinis.
 
  "Gadis itu punya gue!"
 
  "Hah, siapa bilang! Dia milik gue, dia tipe gue!"
 
  Dua pria yang berkelahi menunjuk arah Sela yang stress dibuat mereka.
 
  Pria misterius itu makin tertarik dan mendekat, dia membuka pintu lebih lebar hingga semua orang menoleh padanya.
 
  Tidak ada kata-kata melainkan seringai jelas di wajahnya, di mendekati Sela lalu membopong tubuh itu ke atas pundaknya yang kokoh.
 
  "Heh! Lepaskan aku!" Sela berontak.
 
  "Hey, dia punya gue. Mau lu bawa kemana!" Salah satu pemuda yang sudah hampir babak belur itu mengejar Sela yang digendong oleh pria tinggi misterius itu menjauh dari ruang kaca.
 
  Hap! Pemuda itu berhasil menangkap pundak pria yang membawa Sela seperti membawa kambing kecil di bahu.
 
 
  "Hey! Gue ngomong sama lu!"
 
  Pri itu berhenti berjalan, berbalik badan dan...
 
  Duk!
 
  Tendangannya tepat diperut membuat pemuda itu terpelanting sejauh lima meter di lorong.
 
 
  "Aaakkhh!!" Sela berteriak ketakutan dan semakin kuat memberontak. Tapi cengkraman lengan pria itu di pahanya semakin kuat.
 
  Jangankan tendangan, Sela bahkan pernah melihat pria ini membakar anak buah Asheng hidup hidup.
 
  Sela merinding membayangkan banyak kriminal yang sudah pria ini lakukan.
 
  "Lepasin aku!" Berontak Sela tapi tetap sia sia.
 
  Sampai pada lobby, dan mereka menjadi pusat perhatian, apalagi pakaian Sela malam ini minim. Di luar lobi sudah ada mobil parkir menunggu, pria itu melemparkan tubuh Sela ke mobil SUV modifikasi yang tampak mahal.
 
  Bruk!
 
  Sela langsung duduk dan merapikan pakaiannya yang tersingkap.
 
  Pria itu menyusul masuk. "Jalan! Ke mansion!" Katanya memberi perintah.
 
  Supir dan mereka dibatasi tirai tebal.
 
  Pria itu melipat kaki, sibuk dengan tablet di tangannya sementara Sela gemetar ketakutan. Mau dibawa kemana dia sekarang, padahal dia harus kerja.
 
  Ketakutan Sela menchricuri lirik, sampai pria itu meletakkan Ipad-nya dan bersandar sambil meregangkan otot lengan.
 
  Dia menoleh pada Sela.
 
  Deg! Jantung Sela terasa mau copot.
 
  "Kenapa?" Tanyanya dengan suara berat yang dingin membuat Sela merinding, atau mungkin dia kedinginan karena bajunya minim dan ketat, maklum ini baju selera Wulan banget.
 
  "Ke, kenapa! Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu bawa aku. Aku– aku lagi kerja!" Jawab gugup Sela tapi dia harus tegas dan meninggikan suara supaya kesannya dia nggak takut, padahal jantungnya udah mau copot.
 
  "Oh, jadi itu pekerjaanmu." Sinis si pria itu menatap ujung rambut hingga ujung kaki tampilan murahan Sela.
 
  Sela langsung menyilangkan tangan di dada lalu di paha, ah bingung bagian mana yang harus ditutupi.
 
  "Jangan salah paham. Aku cuma jadi pelayan!"
 
  Malah ucapan Sela semakin membuat salah paham. "Pelayan? Melayani para pria!" Pria itu makin sinis.
 
  "Jangan salah paham. Turunkan aku!"
 
  "Nggak semudah itu dong." Katanya melonggarkan ikatan dasi. "Kamu bilang kamu itu pelayan, aku juga mau dong dilayani sama kamu." Dia melemparkan dasinya.
 
  "Apa maunya!" Sela terdesak ke pintu mobil. "Kamu jangan kurang ajar ya!" Ancam Sela gemetar.
 
  "Kalau malam itu kamu bisa melarikan diri karena mobilku terbuka tapi sekarang, apa kamu bisa melarikan diri?" Pria itu merangkak, makin dekat dengan posisi wajah Sela.
 
  "Menjauh!" Ancam Sela dengan telunjuknya.
 
  Pria itu malah semakin senang melihat wajah pucat Sela, dia menatap bibir Sela yang gemetar, bibirnya sigap dan cepat mengatup bibir gemetar sela, dia menarik nafas dalam dalam, menghisap kuat bibir Sela, dadanya bergetar hebat, darahnya berdesir panas, dia biasa mencium wanita manapun tapi pada Sela, hatinya merespons apalagi tubuhnya.
 
 
  "Umm... ughh!"
 
  Sela makin berontak, dia mengangkat dua tangan hendak mendorong pria itu tapi kedua tangannya di cengkram kuat kuat dan disimpan di pinggang pria itu, Sela menarik tangannya, dia nggak mau memeluk pria yang melecehkannya tapi nggak bisa, tenaga pria ini terlalu kuat dan Sela harus pasrah mencengkram jadi hitam yang dikenakan pria ini.
 
 
  "Ugh... emmm..." ciuman pria itu makin dalam dan panas sampai Sela kehilangan nafas dan keseimbangan tubuhnya.
 
  Dia terjatuh di jok mobil dengan posisi ditindih oleh tubuh tegap itu.
 
  Gundukan kenyal dirasakan oleh pria misterius itu, dia menarik kepalanya, tersenyum senang melihat ekspresi pucat Sela.
 
  Sekali lagi dia membuka mulutnya, menjulurkan lidah, ingin kembali menjelajahi isi rongga mulut Sela yang membuatnya mabuk.
 
  Grauk!
 
  Belum sempat dia mencium bibir Sela, gadis itu menggigit bibirnya hingga keluar darah, refleks dia melepaskan tangan Sela dan mengelus bibirnya, darah mengotori ujung kemeja putihnya.
 
  Sela yang ketakutan langsung meringkuk di pojok kursi.
 
 
  Pria itu bukannya marah malah tertawa histeris.
 
 
  "Hahahaaaa... baru kali ini ada wanita yang kejam padaku! Menarik!" Katanya menatap dalam wajah Sela.
 
  Sela merinding ketakutan. Kali inirasa takutnya berkali-kali lipat.
 
  "Kalau sudah begini, aku nggak akan pernah melepaskan kamu!"
 
  Tangannya menarik kencang tangan Sela hingga tubuh Sela terjerembab dan terantuk dada pria itu.
 
  "Lepaskan aku, pria brengsek!" Berontak Sela.
 
  "Max, namaku Max, Maximilian tidak pernah tidak mendapatkan apa yang dia mau. Dan sekarang kamu yang aku mau!"
 
 
  Sreet!
 
  Max menarik paksa pakaian Sela hingga tercabik-cabik,  bra renda cantik warna pink membuat Max tersenyum lebar.
 
  "Woah, nice!" Seringainya semakin jelas.
 
 
 
 
 

Dikejar Mafia GantengWhere stories live. Discover now