"Nota buat apa?"

"Ya buat gantiin uang Mama yang beli oleh-oleh tadi."

"Enggak usah repot-repot. Kamu gantinya dengan kasih Mama ketemu sama Lean aja cukup, Dis."

Sudibyo yang kembali mengingat tujuannya datang ke tempat ini segera mengedarkan pandangannya untuk mencari anak kecil yang ada di sekitarnya. Sayangnya usahanya ini sia-sia belaka.

"Mana, Dis si Lean? Kok enggak kelihatan batang hidungnya?"

"Lagi sama Gavriel, Pa."

"Suruh ke sini dong. Oma Opanya mau ketemu ini," kata Aryanti yang terdengar mulai tidak sabar.

Gadis mencoba menarik oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitarnya lalu pelan-pelan ia embuskan perlahan. Mau tidak mau ia harus menghubungi Gavriel. Beberapa saat menunggu hingga akhirnya Gavriel mengangkatnya. Tanpa berbasa-basi, Gadis meminta Gavriel dan Lean kembali ke parkiran bus karena kedua orangtuanya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Lean.

Sekitar lima menit menunggu, akhirnya sosok Gavriel bersama Lean sudah tampak terlihat berjalan ke arah Gadis dan orangtuanya. Aryanti yang melihat pemadangan Gavriel menggendong Leander hanya bisa tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Coba dulu kamu kenalin Gavriel aja, Dis bukan Dipta. Pasti Mama langsung setuju tanpa pikir panjang lagi," kata Aryanti pelan di sebelah Gadis.

Gadis memilih diam karena ia tahu jika diantara keluarganya, Mamanya adalah orang yang paling lama memberikan lampu hijau untuknya kala ingin menikah dengan Pradipta. Alasan Mamanya yang mengatakan jika Gadis selama ini tidak tinggal satu kota dengan Pradipta ditambah hubungan mereka yang masih tergolong sebentar membuat mereka belum terlalu saling mengenal. Sikap Gadis yang terus memaksa Aryanti dengan segala bujuk rayu akhirnya membuat Aryanti luluh dan memberikan restunya meskipun setengah hati. Kemarahan Aryanti semakin menjadi-jadi kala ia mengetahui jika anaknya justru dijadikan perawat lansia oleh Pradipta. Sayangnya ia tak bisa marah karena Gadis tidak pernah mengeluhkan perihal rumahtangga yang dijalani. Bahkan Gadis berusaha menutupi setiap keburukan Pradipta.

"Halah, Ma. Kalo sama yang lokal saja Mama banyak overthingking, gimana sama yang bule modelan Gavriel?" kata Sudibyo yang membuat Gadis menelan salivanya.

Kali ini ia akan memasang telinganya baik-baik untuk mendengar pendapat Mamanya tentang sosok mantan rekan kerjanya itu.  Jika Mamanya tidak setuju dengan Gavriel, maka Gadis akan dengan senang hati mengakhiri perasaannya yang baru saja mulai berkembang kepada pria itu. Ia tak akan mau terlalu berjuang untuk membuat Mamanya menyetujui pilihannya seperti dulu karena dirinya takut jika insting Mamanya selalu benar. Bukankah menjadi anak yang berbakti kepada orangtua akan membuat hidup seorang anak lebih diberkati Tuhan? Orangtua juga merupakan kepanjangan tangan Tuhan di dunia?

"Gavriel itu bukan bule, Pa tapi dia mixed alias campuran alias indo. Bagus 'kan Pa buat perbaikan keturunan keluarga kita. Mama dengar dari Eliza, katanya pacarnya si Angi aja bule Jerman. Seenggaknya Gadis jangan sampai kalah gitu, Pa. Kalo enggak dapat yang ori minimal dapat KW-nya."

Astaga...
Gadis tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Gavriel jika tahu dirinya disamakan dengan barang. Bisa-bisa Gavriel yang tidak pernah terima ia panggil Bonobo itu akan melakukan protes yang sama dengan caranya memprotes dirinya dulu. Atau mungkin saja Gavriel hanya menanggapi Mamanya dengan senyuman karena masih beranggapan menentang perkataan orangtua adalah salah satu bentuk ketidaksopanan.

"Jangan cuma lihat casingnya, Ma. Lebih penting mengenal kepribadiannya."

"Dia sudah membuktikan jika dia layak dijadikan menantu Mama, Pa. Lagipula Banyu pun juga sudah setuju. Sekarang semua tergantung Gadis aja," terang Aryanti sambil menatap Gadis yang ada di sebelah kanannya.

From Bully to Love Me (Tamat)Where stories live. Discover now