PERSAHABATAN YANG TAK SAMPAI

26 17 12
                                    

Hari berjalan seperti biasa. Semester dua sudah Gea persiapkan. Kini gadis itu tengah duduk di bangku kelas sambil mengirim pesan pada Afaska. Pagi tadi Gea sengaja berangkat terlebih dahulu lantaran ada kelas pagi yang diubah secara mendadak oleh dosen.
Suara gebrakan meja berhasil menarik perhatian seisi kelas. Gea yang menjadi korban juga terlonjak kaget. Ponsel yang semula ia pegang juga sempat terlempar. Dilihatnya siapa pelaku yang sudah mengagetkan jantungnya.
Netranya menangkap Putri yang sudah dipenuhi amarah. Gea hanya terheran melihatnya. Dengan kasar Putri menarik tangan Gea. seluruh mahasiswa yang melihatnya terkejut melihat aksi Putri. Gea hanya diam. Perempuan itu mengikuti langkah Putri. Andika yang baru saja sampai juga mengikuti dua wanita itu. Ia tidak ingin terjadi hal-hal buruk nantinya.
Putri membawa Gea ke toilet yang sepi. Didorongnya Gea hingga tubuhnya membentur tembok yang keras. Gea merintih kesakitan. Namun gadis itu kembali berdiri dan menghadap Putri dengan tegas. Berusaha mencari kesalahan apa yang sudah dibuat oleh dirinya.

"Gue nggak nyangka bisa punya temen nggak bermoral kayak lo!"
Kalimat pertama yang diucapkan Putri membuat Gea bingung. Maksudnya apa? Gea yang dituduh sembarangan merasa tak terima. Gadis itu masih menahan. Ia ingin tahu kalimat selanjutnya yang dikatakan Putri.

"Setelah ngerebut Afaska, lo nikahin dia juga. Terus masih serakah mau ngedeketin Rengga. Maunya apa sih? Kurang kasih sayang ya, lo?"

Plak!

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Putri. Gea sudah tidak tahan. Seburuk itukah pandangan Putri padanya?

"Aku udah nahan selama ini ya, Put! Justru kamu yang kurang ajar! Mulut kamu yang perlu difilter. Aku nggak nyangka sahabat yang aku anggap baik, tega memperlakukan aku seperti ini!" Putri menyeringai. Gadis itu maju satu langkah untuk dapat lebih dekat lagi dengan Gea.

"Gue yang kurang ajar? Lo tahu alasan gue kayak gini apa? Semua gara-gara lo, Ge!"

"Karena aku ngerebut Afaska? Iya?" Gea sudah mulai tersulut emosi.

"Menurut lo?"

"Sekalipun aku bukan pacar Afaska, Afaska juga nggak bakalan pilih kamu Put. Denger ya! Sebelum aku nerima cinta dia, aku juga sempet nolak. Itu semua aku lakuin demi kamu Put. Sahabat baik aku!" ucap Gea mengeluarkan semua isi hatinya.

"Aku lebih pilih sahabat daripada perasaan. Tapi apa yang kamu berikan ke aku? Aku cuma butuh kesetiaan kamu, aku butuh kebersamaan kita! Dan kamu ... kamu dengan beraninya ambil kesempatan beasiswa luar negeri yang selama ini aku inginkan. Aku pikir dengan kita berjuang bersama, kita bisa pergi ke Tokyo bareng-bareng. Tapi apa? Kamu mengkhianati aku Put. Kamu fitnah aku hingga aku di diskualifikasi sebagai calon siswa penerima beasiswa."

"Aku maklum jika kamu melakukan hal itu padaku. Aku tahu kamu sakit hati karena dimata kamu aku lebih memilih ego diri aku sendiri. Tapi semua itu udah aku pikirin Put. Afaska memang bukan jodoh kamu. Aku yakin akan ada laki-laki di luar sana yang lebih baik dari dia." Gea mengeluarkan semua isi hati yang ia tahan selama ini. Permasalahan antara dirinya dengan Putri tidak sesederhana yang dibayangkan. Gea hanya menceritakan sebagian masalahnya pada Afaska.

Sebagiannya lagi sengaja gadis itu simpan. Andika mendengar itu semua. Laki-laki itu berdiri di depan pintu utama toilet. Andika hanya mematung begitu mendengar pengakuan Gea. Ternyata laki-laki itu juga salah paham pada istri sahabatnya. Gadis yang ia kira egois ternyata menyimpan sejuta luka. Sepertinya Andika salah menghibur orang.
Gea mengusap air matanya kasar. Ia pergi meninggalkan Putri yang masih berdiri mematung. Hati Putri merasa tertampar. Perempuan itu perlahan sadar dengan kesalahannya.


AFASKA {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang