APAKAH INI CINTA

178 49 31
                                    

          Keadaan kantin terlihat sangat ramai. Kehadiran Afaska beserta kawan-kawannya merupakan salah satu faktor penyebabnya. Banyak pasang mata yang melirik bahkan terang-terangan mendekati sang idola sekolah. Namun semua mendapat perlakuan sama. Afaska mengusir mereka.

"Gue salut sama tuh cowok. Udah dideketin seribu cewek cantik tetep aja nggak mau. Gue penasaran sama tipe cewek kesukaannya. Atau jangan-jangan tipenya kayak gue?" Dora nyeletuk asal di meja makannya. Belum sempat ia melanjutkan kembali kata khayalannya, kepalanya sudah tertimpuk oleh benda kecil berbentuk cekung.
"Sekali lagi lo ngomong halu, gue timpuk pake mangkok bakso!"

           Gea yang sudah tidak tahan mendengar ocehan tidak penting Dora akhirnya menyahut juga. Ia sebenarnya agak risih melihat banyak orang berlalu lalang di depannya. Ditambah dengan sorak sorai penggemar Afaska di belakang mejanya. Tidak bisakah laki-laki itu pergi dari sini? Sungguh mengganggu sekali.
          Berbeda dengan Afaska, ia sibuk memandang gadis cuek yang sudah menimpuk teman di sebelahnya dengan sendok. Dia wanita yang sama dengan gadis yang sudah menghiburnya saat malam itu. Ia tahu persis. Tak jarang ia tertawa kecil begitu mendengar gadis itu berbicara. Gadis itu terlalu irit bicara.
Sekalinya bicara sungguh
menggemaskan.Melihat kawannya seperti orang gila, Virdy refleks menengok ke arah yang sama dengan Afaska. Raut emosi ia berikan saat dirinya melihat gadis berkucir kuda tengah tertawa lepas bersama temannya yang lain. Bukan gadis itu yang membuatnya naik darah. Namun hoodie yang gadis itu kenakan yang membuat dirinya marah. Setelah adegan drama udang balado itu, Virdy harus merelakan hoodie kesayangannya untuk ia gunakan sebagai baju ganti gadis itu.
        Galih yang paham situasi melihat arah pandang Afaska dan Virdy. Mendadak kejahilan Galih berfungsi. Dengan spontan ia menepuk kedua bahu laki-laki itu dengan keras dan disambut oleh raut terkejut oleh keduanya. Galih yang melihat itu tertawa keras dibuatnya. Perlakuan Galih mengundang perhatian Andika, Fardhan, Tomy, dan Fero yang semula sibuk dengan makanannya.

"Ada apa sih Lih? Ganggu makan gue aja!" Fardhan menggerutu melihat ulah Galih.
"Si komandan lagi lihat bidadari noh di meja depan. Terus si Virdy lagi lihat mak lampir kali, serem amat mukanya."

           Perkataan Galih sukses membuat keempat temannya melihat ke arah Afaska dan Virdy. Merasa diperhatikan, Afaska dan Virdy mengalihkan pandangannya secara bersamaan.

"Namanya Gea Fatimah Desiyah anak kelas XII MIPA 2. Anaknya emang nggak terlalu suka bergaul sama temen yang lain. Tuh cewek juga irit bicara. Dia cuman mau ngomong dan nongkrong sama circle-nya aja." Tomy berucap sambil menunjuk kumpulan gadis-gadis cantik itu. Sebagai seorang penyandang predikat Badan Intelijen geng motor Phoenix, sudah bukan menjadi alasan mengapa laki-laki itu mengetahui banyak hal, termasuk wanita.

         Bahkan tak jarang laki-laki itu mencoba secara langsung mengenai segala teori yang ia ketahui. Benar sekali! Selain mendapat julukan sang intelijen, Tomy juga mendapat predikat laki-laki playboy seantero anggota Geng Phoenix.


***


         Afaska mendapat panggilan dari guru kesayangannya lagi. Siapa kalau bukan Ibu Ratna? Guru BK yang terkenal galak di seluruh SMA Anaraksa. Meski demikian, mungkin hanya Afaska yang tidak takut akan informasi itu. Setiap dua minggu sekali dirinya pasti mendapat panggilan. Entah karena mencontek ataupun menjahili teman kelasnya.
         Setelah mendengar ocehan Bu Ratna sekitar lima belas menit, akhirnya Afaska diperbolehkan untuk memasuki kelas kembali. Tepat ketika laki-laki itu melewati kelas XII MIPA 1, ia melihat Gea berjalan seorang diri sembari membawa beberapa buku paket.
         Anehnya tidak ada tatapan tertarik atau memuja seperti yang dilakukan oleh cewek lain padanya. Dia terlihat cuek dan tidak peduli dengan keberadaan Afaska di sana. Ia merasa tidak istimewa di mata gadis itu. Sungguh gadis berbeda. Dia luar biasa.
Naluri Afaska berkata untuk membantu gadis itu sebagai ajang percobaan PDKT-nya. Namun lidah Afaska kelu untuk berbicara. Alhasil ia hanya melihat saja gadis itu melewatinya tanpa mengucapkan kata apapun. Setelah tiga langkah Gea melewati laki-laki itu, dengan berani Afaska bersuara. Ia tidak ingin kesempatan ini terlewat begitu saja.

"Hey!"

Gea menghentikan langkahnya. Gadis itu berbalik dan menatap Afaska yang berdiri tak jauh darinya. Tatapan Gea sukses membuat laki-laki itu grogi sekujur tubuh. Tapi syukurlah laki-laki itu berhasil mengontrol dirinya.

"Tali sepatu lo copot!"

Setelah mengucapkan kata aneh itu, Afaska melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan gadis itu. Entah pikiran macam apa yang masuk ke dalam otaknya hingga keluarlah kata aneh itu. Afaska yakin tidak ada orang bodoh yang melakukan PDKT seperti dirinya.


***


       Bel pulang sekolah berdentang. Semua siswa bersorak ramai, dan berhamburan ke luar kelas. Teman-teman Afaska juga langsung mendatangi area parkir untuk segera menuju markas mereka. Berbeda dengan Gea dan teman-temannya yang harus menunggu angkot di halte depan sekolah.
Afaska sengaja ke luar kelas paling belakang. Ia harus menyelesaikan tugas sekolahnya dulu agar tidak lupa. Laki-laki itu memang sangat pelupa. Itulah mengapa ia sering mendapat panggilan BK tiap kali ada mata pelajaran yang memberikan tugas rumah untuk siswa-siswanya. Afaska benci itu.
Baru saja Afaska ke luar kelas, dirinya melihat sebuah genting sekolah yang hendak jatuh ke bawah. Awalnya ia hiraukan. Namun begitu ia melihat siapa siswa yang tengah berdiri tepat di bawah genting itu, dengan cepat laki-laki itu berlari.

"Awas!"


Brukk!



Pyaarrr!


         Afaska tak sempat untuk menolong gadis itu. Alhasil dia hanya bisa melindungi gadis itu dengan tubuhnya. Pecahan genting berhasil meluncur tepat di kepala laki-laki itu. Fero dan lainnya yang melihat aksi Afaska tak kalah terkejut.
Mendengar tak ada pecahan yang jatuh kembali, Gea segera membalikkan badannya. Dilihatnya Afaska yang tengah meringis menahan sakit akibat melindunginya. Dengan cepat gadis itu memapah Afaska untuk duduk di tempat yang aman.

"Lo nggak apa-apa?"
Pertanyaan Gea dijawab gelengan kepala oleh Afaska. Laki-laki itu hanya tersenyum. Berbeda dengan Gea yang dilanda panik begitu ia melihat respon Afaska. Gadis itu meraba kepala belakang Afaska dan benar saja! Ada darah di sana. Tanpa pikir panjang, Gea segera membawa Afaska ke UKS dengan dibantu oleh teman-temannya yang lain.

"Makasih udah nolong gue tadi. Mungkin gue yang ada di posisi lo kalau seandainya aja lo nggak ada di sana."
"Its Okay."
"Emmm ... gue boleh minta nomer WhatsApp lo? Gue takut nanti ada apa-apa sama kepala lo. Nanti lo tinggal kabari gue aja!"
Perkataan Gea membuat seisi UKS terkejut. Baru kali ini gadis itu meminta nomor seseorang. Putri, Mutiara, dan Dora dibuat melongo dengan penuturan temannya itu.

         Berbeda dengan Afaska yang sudah menahan rasa bahagianya. Setelah mereka saling bertukar nomor, Gea pamit pulang karena ada kepentingan mendesak. Walau rasa khawatir masih terlihat di wajah gadis itu, Afaska berusaha mengatakan baik-baik saja lewat tatapan lembut dan menenangkan.

"Boleh juga idenya," goda Tomy.
Tanpa dosa Fero menyentil kepala Afaska yang masih terperban itu. Perbuatan Fero mendapat tatapan tajam dari sang leader. Nyali Fero mendadak ciut melihat tatapan itu. Dengan cepat dia berlari ke belakang punggung Andika.

"Kapan-kapan gue minta tips and trick cara ngedapetin perhatian cewek ya, Ska."
Tomy tak habis-habisnya menggoda komandannya ini. Wajah tersipu saat Afaska memberikan nomornya pada gadis tadi dapat ditangkap jelas oleh Tomy. Leadernya sedang jatuh cinta.

AFASKA {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now