-#4-

129 23 5
                                    

| JIWA dan RAGA |

| JIWA dan RAGA |

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

    Esok hari: Mereka bertiga kini ada kesibukkan masing-masing di kampus.

Seperti, Halilintar yang sibuk dengan debat tentang hukum yang berlaku langsung dengan Menteri kenegaraan.

Taufan, yang sibuk dengan pelajaran seni musik yang akan dia tampilkan.

Dan Gempa, duduk di tengah taman kampus. Sambil mengurus struktur festival yang akan di adakan untuk kampus Brawijaya.

Rerumputan menari-nari terkena derai angin, dedaunan mengembun. Dan suara angin membuat tabrakan dedaunan pohon bersuara.

"Kak Gempa!!"

Terdengar dari kejauhan, ada seseorang yang memanggilnya. Gempa reflek menoleh, dan melihat ke sekeliling taman.

Ah ternyata seorang perempuan, berambut biru keputihan. Dia adalah Adek tingkat Gempa, mahasiswa pindahan. Yang menggunakan jalur beasiswa juga,

"Kenapa Mel??" Jawab Gempa,

Perempuan itu tersenyum, dan memberikan sebuah berkas-berkas.

"Aku dapet ini dari bu Siti, katanya ini berkas-berkas dokumen buat festival yang bakal di adakan musim semi. Sekalian habis pengumpulan skripsi gitu sih"

"Terus kak, bakal ada ajang Penulis berbakat. Aku liat, karya tulis kakak bagus bagus toh! ikut aja sih."

Gempa berfikir sejenak, dan mengambil berkas dokumen itu. Ia tertawa kecil, matahari yang bersinar terik dipagi hari itu membuat wajah Gempa silau terkena cahaya.

Wajahnya yang tampan, dicampur dengan cahaya dunia. Siapapun akan pingsan jika melihat Gempa secerah itu,

"hahaha! iya mel, ntar aku pikirin deh. Doain yang terbaik aja ya mel, makasih btw" Jawab Gempa.

Perempuan itu pergi, bersama kedua temannya. Yah mereka bertiga itu adalah adek tingkat yang terkenal di universitas ini. Tak heran mereka mendapatkan informasi lebih selain aku.

"Ajang bakat ya?? udah lama aku gak ikutan, kesempatan baik kayaknya."

Gempa tersenyum bahagia, yah meski banyak trauma yang ia lalui. Tapi ini sepertinya masa terakhir Gempa untuk bisa mengikuti ajang bakat seperti ini di universitas nya.

JIWA DAN RAGA ― Where stories live. Discover now