PULKAM

119 19 10
                                    


Pukul 16.30 Seno mengajak Raka dan Yohan untuk berjalan santai menikmati suasana komplek di sore hari, mumpung tidak ada kerjaan. Banyak sekali bocah seumuran Rio dan Setya sedang bermain disekitar rumah mereka.

"Padahal disini banyak anak seumuran kita, udah kenal terus sering ketemu tapi kok susah buat akrab" ucap Raka.

"Iya juga si. Mungkin karena kitanya aja yang nolep" ucap Yohan.

"Emang kitanya aja yang sibuk. Buktinya udah berapa tahun ngekost baru kali ini kita ikutan gotong royong kayak tadi" sambung Seno.

"Semua berkat pak Jamal yang ngajak kita"

"Sumpah ya, pas masih SMA gue overthinking perkara ngekost. Takutnya dapat kosan yang nggak bagus terus yang punya kosan juga galak. Untungnya gue dapat kosan bagus terus yang punya juga ramah banget" curhat Yohan.

Raka ikut menimpali. "Gue juga beruntung bisa ngekost disini, walaupun sederhana tapi yang punya kosan ramah terus dapat bonus pacarin anaknya pula"

"Yeu cewek mulu lo!" protes Yohan sambil mendorong pelan bahu Raka.

Seno terkekeh pelan melihat keduanya. "Dulu abang juga sempat overthinking pas senior abang yang ngekost disitu udah lulus. Abang takut penghuni baru nggak sebaik mereka. Sampai akhirnya kalian sama Jehian datang satu persatu yang bikin abang bersyukur karena kalian sama baiknya kayak senior abang dulu"

"Gue inget banget waktu Yohan pertama kali datang ke kosan. Awalnya malu malu, nggak banyak ngomong, manggil gue ada embel embel 'bang' juga. Sekarang mah boro boro, malah keliatan astagfirullah nya"

"Ya nggak mungkin gue baru datang langsung tantrum. Yang ada gue langsung dipindahin ke RSJ" jawab Yohan sambil menatap Raka dengan tatapan datar.

"Halah kamu pas baru datang juga gitu, Ka. Nggak ada bedanya sama Yohan" ucap Seno yang membuat Yohan tertawa.

Ketiga pemuda itu kembali berjalan santai sembari menikmati angin sore yang menerpa tubuh mereka.

"Abang udah ngomong sama pak Jamal kita mau pulkam" ucap Seno.

"Kapan lo ngomongnya, bang?" tanya Yohan.

"Tadi siang si. Oh iya, soal motor Jehian katanya udah ada orang suruhan papanya yang bakal datang buat ambil ke kosan"

"Gue nggak siap buat ldr sebenarnya, tapi gue kangen rumah" ucap Raka dengan raut sedih.

"Kali ini gue sependapat sama lo" ucap Yohan, pemuda itu juga tidak siap harus berjauhan dengan Citra tapi di sisi lain dia juga rindu dengan keluarganya.

"Aduh bucin kalian nih. Kan besok kalian bisa quality time bareng"

"Iya si, gue juga udah ajak Citra buat jalan jalan besok"

"Bejir, gercep juga lo"

"Jangan mau kalah, Ka" ledek Seno.

"Oh pasti itu"

Mereka melanjutkan menikmati pemandangan hingga waktu magrib tiba.

****

"Anak anak beneren mau pulang, pak?" tanya bu Widya.

Pak Jamal yang sedang asik memainkan ponselnya sontak menoleh. "Iya bu, tadi siang Seno udah ngomong ke bapak"

"Hah semuanya? Berarti kak Raka juga?" tanya Sheryl.

"Iya, kamu nggak dikasih tau emang?" tanya bu Widya yang dibalas gelengan pelan dari Sheryl.

Dengan cepat Sheryl mengambil ponselnya kemudian mengetikkan sesuatu di room chatnya dengan Raka.

KOMPLEK NEO HARAPAN [END]Where stories live. Discover now