SATU SAKIT SEMUA PANIK

185 20 9
                                    

Jam menunjukkan pukul 01.12. Seno yang baru 2 jam tidur tiba-tiba terbangun karena hawa panas yang menyelimuti dirinya.

"Ck, pantesan panas, orang kipasnya mati"

Ia pun berjalan keluar sambil membawa bantalnya. Seno berniat ingin tidur di ruang tamu saja. Tapi baru saja keluar kamar ia salah fokus dengan siluet cahaya dari kamar Jehian.

Tok tok tok!

"Je, belum tidur?"

Ceklek!

"Loh bang Seno. Kenapa bang?"

"Kamu enggak tidur?"

"Udah tadi, cuma kebangun. Yaudah baca baca buku dikit. Abang sendiri ngapain bawa bantal?"

"Niatnya tadi mau tidur diruang tamu. Dikamar abang kipasnya mati, mana panas banget lagi"

Jehian berniat untuk menyuruh Seno tidur di kamarnya saja, tapi mengingat kasur tiap-tiap kamar di kosan tidak muat untuk 2 orang dewasa akhirnya pemuda itu mengurungkan niatnya. Tapi kasian jika Seno tidur sendirian diluar, pikir Jehian.

"Gue ikutan dong" ucap Jehian sambil berjalan mengambil bantalnya juga.

Seno mengerutkan keningnya "Kemana?"

"Tidur diluar"

"Nggak usah. Kamu dikamar aja"

"Gue juga nggak bisa tidur bang. Siapa tau kalau di luar bisa"

Seno pasrah saja kemudian mengajak Jehian ke ruang tamu. Sesampainya diruang tamu mereka menggelar karpet yang lumayan tebal sebagai alas, kemudian mulai merebahkan tubuh masing-masing.

****

"Anjir siapa tuh?!"

Yohan adalah orang pertama yang bangun, betapa terkejutnya dia ketika melihat 2 pria bongsor yang masih berkelana di dunia mimpi. Ia pun berjalan mendekati keduanya.

"Sejak kapan mereka tidur disini. Barengan pula"

Yohan berjalan ke arah saklar lampu dan menekannya.

"Ayo bangun anak-anak!"

"Bang Seno, bangun bang!"

Tanpa menunggu lama Seno terbangun karena panggilan Yohan tadi. Ia pun mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang ada di ruangan itu.

"Bantuin gue bangunin bocah ini dong" ucap Yohan sambil menunjuk Jehian yang masih terlelap.

Sengaja pemuda itu membangunkan Seno dulu karena dia tidak sanggup kalau harus membangunkan Jehian seorang diri.

Seno menengok ke arah Jehian kemudian menggoyangkan tubuh pemuda itu. "Je, bangun!"

Yohan pun melakukan hal yang sama. "Woi bangun!"

"Hmm... 5 menit lagi" ucap Jehian tanpa membuka matanya sama sekali.

"Yang bangun terakhir harus cuci piring selama seminggu" ancam Yohan yang ampuh membuat pemuda itu bangun.

Seno terkekeh pelan. "Giliran diancam baru mau bangun"

"Jam berapa ini?" tanya Jehian sambil menggaruk tengkuknya.

"Jam setengah tujuh" jawab Yohan asal asalan.

Sontak Jehian membelalakkan matanya. "KENAPA NGGAK BANGUNIN DARITADI!"

Dengan kecepatan kilat pemuda itu bangkit dan berlari ke kamarnya untuk mengambil handuk kemudian berlari lagi ke kamar mandi.

"Beneran udah jam setengah tujuh?" tanya Seno ke Yohan.

KOMPLEK NEO HARAPAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang