Lie: 3' Perangkap Tikus

100 55 15
                                    

"Si Supri ngapain sih? Lama banget, keburu panas." Mahesa yang sedang duduk di depan kelas terus mengeluh dengan kesal.

"Siapa coba?" tanya Harsa yang mulai jengah dengan ocehan cowok berbibir tebal di sebelahnya.

"Friday lah, amnesia lo?"

Felix hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar panggilan spesial tersebut. Ngomong-ngomong, panggilan Supri itu merupakan ide sialan dari Mahesa. Tentunya diambil dari nama Friday yaitu; 'fri', lalu diplesetkan menjadi Supri.

"Palingan masih ngerjain sisa tugas, maklum si paling ambis," sahut Felix yang juga sedang menunggu. Memang sih, Friday itu saingannya Sean si peringkat satu di kelas.

"Cie, nungguin gue?"

Mahesa melirik sinis ke arah Friday. "Heh, Supri! Gue blender mata lo kalau nanya begitu lagi!" protesnya. Dia semakin kesal ketika melihat reaksi Friday yang tertawa lepas.

"Coba aja, nggak takut. Mau pakai blender merek apa?" Si ambisius justru semakin menantang Mahesa.

"Stop! Ayo pulang, nyet. Gue pegel." Harsa berjalan mendahului mereka bertiga.

"Ar, lo udah join mafia?" tanya Felix usai mengecek ponselnya.

"Oh iya, lupa. Emang harus banget, ya?"

"Katanya semua yang di grup wajib gabung. Gue sama Mahes sih udah, mau balas dendam soalnya semalam dibunuh si Ray," tutur Felix seraya merangkul bahu Harsa.

Harsa menengok jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 11:30. Yang berarti setengah jam lagi waktu pendaftaran permainan akan berakhir.

"Kalian penasaran nggak sih siapa yang ngirim pesan itu?" Friday bertanya. "Udah gitu tiba-tiba banget mewajibkan kita semua main," sambungnya meskipun dia baru saja bergabung ke permainan mafia tersebut.

"Itu yang bikin gue penasaran."

"Gue juga penasaran, Lix. Tapi kayaknya gue nggak ikutan kali ini," kata Harsa usai mematikan ponselnya.

"Arsa? Lo serius?" Friday menatap Harsa dengan kedua alis yang bertaut. Sang empu mengangguk. Bukan karena apapun, Harsa hanya sedang malas untuk bermain.

"Kata gue mah, mending lo ikut, Ar. Soalnya gue kepikiran ucapan Nathan yang tadi," sahut Mahesa.

"Apa?"

Mahesa menatap Harsa yang menoleh kepadanya. "Yang katanya kita bakalan main mafia secara nyata."

***

"Gimana, Ji? Jadi join mafia?" tanya Arjun kepada Aji di sebelahnya.

"Jadi dong, gue berharap kali ini bisa dapat peran polisi."

"Kalau lo jadi polisi nggak becus ntar, yang ada semua orang dibunuh asal," komentar Ray yang dibalas lirikan sinis oleh Aji.

Saat ini mereka bertiga sedang nongkrong di kantin. Mentang-mentang jam pulang sekolah dimajukan, bukannya langsung pulang malah memanfaatkannya untuk mengobrol ria di tempat berbau sedap tersebut. Tentunya tidak hanya mereka bertiga. Ada Jeano, Heaven, dan Yoshiro juga.

Ngomong-ngomong, Yoshiro sebenarnya tidak mau ikut-ikutan. Selaku anak paling introver di kelas, lebih baik dia pulang dan mengerjakan PR di rumah. Salahkan saja Aji yang menyogoknya dengan segelas es teh.

"Suka-suka gue lah. Lo ikutan nggak?" tanya Aji kepada Ray.

"Bingung. Evan, mending join atau nggak usah?"

The Dead Friendship - 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang