[Satu Dari Langit - 1]

7 2 0
                                    

01. Mereka membaik atau memburuk?

.
.

"Kala," panggilnya.

Lelaki itu hanya diam, sepenuhnya abai terhadap perempuan di belakangnya yang tengah memeluk dengan erat. Sekala memandang kosong danau di depan, pancaran dari sinar bulan tampak jelas. Namun sekarang, entah kenapa sesuatu itu tidak lagi istimewa dan mengagumkan.

Sekala merasakan hampa dengan sesak di dada, matanya memanas dan tanpa bisa ditahan air itu meluruh dari sudut. Sekala tidak sekuat seperti yang dipikirkan orang lain, dia terlalu lemah, apalagi tentang semua hal yang berhubungan dengan Sinar Rembulan.

"Aku menyakiti perasaan kamu?" Sinar berbisik lembut.

"Hancur," cetus Sekala.

Sinar menghembuskan nafas, matanya terpejam lelah. Dia menelusupkan wajahnya ke punggung yang terbalut kemeja putih itu, menghirup dalam-dalam wangi khas milik lelaki tercintanya. Sinar sangat rindu, tiga hari tanpa perhatian Sekala membuatnya frustasi.

"Lalu, balas dendam dengan cium perempuan itu?"

Tatapan Sekala berubah dingin, ia membalas tegas, "Enggak ada untungnya aku lakuin itu. Tadi memang murni kesalahan dan aku harus bertanggung jawab."

"Ada untungnya." Sinar berdiri tegap kemudian berjalan ke hadapan Sekala. Dia tatap dalam manik sekelam langit malamnya, yang tampak basah karena air mata. "Kamu berhasil buat aku menahan cemburu di tengah keramaian. Itu benar-benar menyiksa," tuturnya pelan.

"Aku enggak suka kamu disentuh-sentuh dia, pengin rasanya aku hampiri dan seret kamu tadi." Sinar melanjutkan.

Sekala terkekeh kecil, ia maju selangkah lalu merangkul pinggang Sinar. "Jadi, kenapa kamu menahan diri?" tanyanya mendekatkan wajah sembari mengelus pipi Sinar lembut.

"Oh, karena ada Gellan? Lelaki yang keluar kamar hotel sama kamu itu?"

Nafas Sinar tercekat, dia berdiri mematung. Dia tak menyangka Sekala akan membahas hal yang tidak pernah terlintas dalam benak akan diucapkan lelaki itu. Sinar bukan hanya menyakiti, tapi menghancurkan perasaan lelakinya. Dia salah besar kalau mengira Sekala bodoh.

Sinar pikir pengabaian selama tiga hari itu hanya karena Sekala cemburu melihatnya lebih memprioritaskan Gellan. Ternyata dia salah, sangat. Seketika perasaan sakit dan penyesalan menggoroti hati Sinar. Kenapa Sinar baru menyadari kalau lelaki berpakain serba hitam di Hotel Redmoon adalah Sekala?

Sinar tidak mau kehilangan Sekala. Sosok yang selalu berada di sampingnya, menemani dan menyayanginya segenap hati. Dia merasa gagal menjadi Sinarnya Sekala. Faktanya dia malah memberikan kegelapan untuk lelakinya. Sinar tidak bisa membayangkan sehancur apa Sekala hari itu.

Tatapan Sinar menyendu, dia mengusap pelan pipi Sekala yang dibasahi air mata. Semua karenanya. Lelaki tangguh dan tegas ini menangis karena kesalahan fatal yang dia buat. Sinar merasakan penyesalan teramat dalam, yang tidak akan pernah dia lupakan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sekala ; Satu Dari Langit Where stories live. Discover now