DIBALIK NIQAB (2)

775 37 8
                                    

Jasmine tiba di masjid At-Takwa terlihat beberapa santri dan beberapa orang sudah berkumpul disana, berbeda dengan akad nikahnya dahulu yang hanya dihadiri oleh keluarga inti Gus Agam, kali ini akad nikah Gus Agam dan Zayna yang akan berlangsung disaksikan oleh banyak mata termasuklah para santri dan beberapa tamu undangan yang mungkin adalah kerabat dari Zayna.

Mata Jasmine segera menelusuri mencari sosok Zayna dan Gus Agam yang tidak terlihat disana padahal jelas disana sudah ada para saksi yang siap untuk menyaksikan akad nikah. Sgera Jasmine mendekati seorang ibu-ibu, "Maaf Bu, calon pengantinya mana ya?" tanya Jasmine sok asik dengan salah satu tamu undangan yang duduk mendekati pintu keluar masjid. "Itu disana lagi proses melihat calon istri katanya", jawab ibu paruh baya itu sambil menunjuk ke arah ruang masjid bagian belakang yang berdiding kain putih. "Oh iya ya Bu, makasih ya Bu" jawab Jasmine segera bangkit dari duduknya, lalu dengan sedikit membungkukkan badan berjalan antara tamu yang duduk rapi menuju ruang yang dimaksud ibu-ibu tadi.

Tangan kanan Jasmine menyikap kain pembatas itu, dilihat ada beberapa orang disana yang lebih didominasi oleh perempuan, sepasang mata indah Jasmine langsung tertuju pada dua insan yang saling berhadapan, salah satunya adalah Gus Agam dengan baju putih yang pastinya sangat Jasmine kenal, sebuah senyum terukir dibalik niqab Jasmine saat melihat suaminya yang begitu tampan menggunakan pakaian serba putih untuk mengucapkan ijab kabul nantinya. Dihadapan Gus Agam terlihat seorang wanita berpakaian serba putih juga, wajahnya tidak bisa dilihat oleh Jasmine karena masih tertutup oleh niqab putihnya.

"Ibu buka niqabmu ya Zayna?" ucap wanita paruh baya yang duduk disamping Zayna yang dipastikan bahwa dia adalah Ibu Zayna sambil menunggu persetujuan Zayna. Jasmine yang menyaksikan itu ikut berdebar-debar karena penasaran bagaimana rupa wanita yang akan menjadi madunya itu. Zayna terdiam hanya sebuah anggukan kepala yang menjawab permintaan ibu paruh baya itu. "Nak Agam siap ya" tanya laki-laki paruh baya disamping Zayna yang bisa dipastikan dia adalah Bapak Zayna. Segera Jasmine mengalihkan pandangan pada Gus Agam, sebuah anggukan dari Gus Agam entah kenapa seperti sebilah pisau yang menyayat hati Jasmine.

Kain putih yang menutup wajah Zayna pun dengan pelan dibuka oleh Ibu Zayna, sama seperti Jasmine beberapa orang yang menyaksikan itu ikut terbengong menunggu ingin melihat rupa dibalik niqab itu. "Masya Allah" sebuah seruan lirih dari beberapa orang terdengar samar oleh Jasmine, tanpa sengaja Jasmine pun mengucapkan hal yang sama saat niqab penutup wajah itu benar-benar lepas dan menunjukkan rupa Zayna yang sebenarnya. "Bagaimana ini ya Allah SWT dia sangat cantik" lirih Jasmine sambil tertunduk karena merasa dirinya kalah jauh dari Zayna. Padahal jika dilihat Jasmine masih lebih cantik daripada Zayna, wajah Jasmine terlihat lebih manis dengan kulit putih, bibir kecil, hidung kecil dan mata indah sedangkan Zayna memiliki wajah lebih tegas dengan bulu-bulu halus disekitarnya, matanya tegas dengan alis tebal, hidungnya mancung dan lebih besar dari Jasmine berikan kesan tegas, bibirnya tidak sekecil bibir Jasmine.

"Bagaimana Nak Agam, apakah mau dilanjutkan?" setelah memberi waktu sekitar lima menit untuk melihat wajah Zayna, Bapak Zaynapun melontarkan pertanya untuk sekali lagi menyakinkan bahwa Gus Agan setuju untuk mengucapkan ijab kabul untuk Zayna. "Mau ya mau" jawab Ummah Maryam sambil memandang Gus Agam seperti menyuruh agar Putranya itu segera menganggukkan kepala tanda setuju. "Insya Allah" jawab Gus Agam tegas sambil diikuti anggukan kepala dihadapan Zayna. Jasmine yang menyaksikan itu sekali lagi merasakan perih dalam hatinya. "Alhamdulillah kalau begitu kita langsungkan ke ijab kabul ya" ucap Bapak Abidin sambil menatap Gus Agam dan orang tuanya, yang diikuti dengan anggukan setuju. Jasmine yang menyadari itu segera keluar terlebih dahulu mencari tempat duduk paling aman agar tidak terlihat oleh Gus Agam dan mertuanya.

Semua sudah duduk pada posisi masing-masing, Gus Agam dan Zayna yang merupakan pemeran utama dalam acara itu duduk paling depan berhadapan dengan Bapak Abidin yang merupakan Ayah kandung Zayna. Semua tamu mulai terdiam ingin mendengar prosesi sakra itu, tidak terkecuali Jasmine yang duduk paling belakang.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq" kalimat Ijab Kabul yang keluar dari mulut Gus Agam terdengar merdu, tiga tahun setengah yang lalu Jasmine juga mendengar kalimat itu dengan jelas dan kali ini dia juga mendengarnya lagi tapi kini dia duduk sebagai saksi buka sebagai mempelai yang duduk di samping Gus Agam. Mendengar kalimat ijab kabul yang diucapkan Gus Agam dengan kompak para tamu mengucapkan sah secara bersamaan, dengan lirih Jasmine pun ikut mengucapkan kalimat sah tersebut meski sepasang matanya indahnya sungguh tidak bisa berbohong tentang hatinya, sebulit air mata jatuh dari mata indah itu.

Jasmine tertunduk lama matanya kini hanya memandang kosong, bulir-bulir air mata jatuh tidak terbendung, hatinya terasa remuk dan perih. Dilihat sekelilingnya para tamu khusus berdoa untuk pernikahan suaminya dengan Zayna Shafiyyah yang kini sudah sah menjadi madunya, kembali Jasmine tertunduk meski dengan rasa yang sangat perih sepasang tangannya tetap dia angkat untuk mendoakan kebaikan untuk pernikahan Gus Agam dan Zayna, sebuah doa singkat dia sisipkan dalam doa itu yaitu semoga keluarga kecil antara mereka bertiga sakinah mawadah warahmah.

Setelah mengucapkan doa dan menyaksikan Gus Agam memegang ubun-ubun Zayna untuk membacakan doa seperti dirinya dahulu, kini para saksi satu persatu keluar dari Masjid At-Takwa sebagian juga masih terduduk menunggu para santri membagikan paper bag yang berisi makanan untuk dibawa pulang. Jasmine yang hadir pada acara itu memang hanya untuk melihat secara langsung rupa Zayna Shafiyyah tanpa menunggu paper bag segera bangkit dari duduknya untuk keluar dari Masjid itu.

Dengan badan sedikit membungkuk Jasmine melewati beberapa tamu yang masih asik duduk, saat hendak melangkah keluar dari pintu Masjid sekali lagi Jasmine menoleh untuk melihat Gus Agam yang merupakan suaminya. Dengan pelan Jasmine menoleh namun sepasang mata indahnya malah bertemu dengan sepasang mata teduh milik Gus Agam, Gus Agam yang tentunya mengenal sepasang mata indah itu dengan spontan bangkit dari duduknya, sedangkan Jasmine yang menyadari bahwa kehadirnya diketahui oleh Gus Agam dengan langka terburu-buru segera keluar dari Masjid At-Takwa.

Gus Agam yang begitu mencintai Jasmine tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, setelah pamit dengan Zayna untuk menjaga perasaan istri barunya itu segera dia melangka cepat mengejar sosok yang dikenali tadi. Tentunya langka Jasmine yang kecil apalagi dengan abaya menghambat kecepatan Jasmine untuk menghindari kejaran Gus Agam yang pastinya jauh lebih cepat daripada Jasmine. "Mau kemana ya Humaira?" tanya Gus Agam sambil meraih tangan kurus Jasmine. Jasmine yang menyadari itu tidak langsung membalikkan badan, selain malu dia juga tidak bisa menyembunyikan sepasang mata indanya yang kini sudah berkaca-kaca. Karena tubuh Jasmine enggak menoleh akhirnya Gus Agam yang melangka dan berdiri tepat di depan Jasmine. "Mustahil Mas tidak mengenali mata indah istri Mas sendiri" ucap Gus Agam mengangkat wajah Jasmine yang kini sudah bertatapan dengan Gus Agam. Jasmine yang sudah bertatapan dengan Gus Agam akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi, segera dia memeluk Gus Agam dan menenggelamkan wajah merona dan mata berairnya didalam pelukan Gus Agam. Gus Agam yang mendapat pelukan dari Jasmine segera menerima pelukan itu tanpa peduli lagi dengan lingkungan Pesantren.

"Bagaimana mungkin engkau ingin menipuku kasih

Sedangkan sepasang mata indahmu saja tidak bisa menipuku"

-Gus Agam Syarif Husein-

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now