🍒Prolog

41 16 0
                                    

🎶

~Waktu terlampau cepat bergulir. Padahal kadang beberapa dari kita masih terjebak di satu titik waktu tanpa tau cara untuk bebas. Ah, bukan tidak tau, sering kali hanya tidak mau. Rasa-rasanya ingin selamanya ada di titik itu dengan alasan tersendiri.
Padahal semua hal memiliki masa.
Kata selamanya terlalu mustahil untuk kehidupan kita yang hanya sementara.~

🦋
...

Gadis itu menghela napas antara lega dan lelah bercampur menjadi satu. Ia baru saja selesai mengemas koper dan tas yang akan dibawanya pergi lusa.

Ia lantas menatap sekeliling ruangannya. Ada rasa sesak, haru dan bangga hinggap di hatinya. Ruangan ini penuh kenangan, kamar tidur yang beberapa tahun lalu ia rombak menjadi ruang latihan.

Perhatiannya kemudian jatuh pada laci paling bawah meja belajarnya. Ia mendekat lalu membuka laci yang selalu ia kunci itu.

Sebuah kotak kardus usang berukuran tanggung ia keluarkan dari sana. Meski sedikit ragu, gadis itu membuka lipatan atas yang mengunci kotak kardus itu agar tetap tertutup rapat. Sebuah paper bag coklat dan kantong plastik hitam tampak tersimpan rapi di dalamnya.

Tiba-tiba pintu coklat di belakangnya diketuk dari luar. Ia menoleh dengan tangan yang masih memegangi kotak kardus.

Seorang pria muda masuk dan segera duduk di samping gadis itu. Netranya mengamati sedang berkutat dengan apa sebenarnya gadis ini. Sejenak ia mengerjap melihat laci itu akhirnya dibuka lagi.

“Ada apa?” tanyanya pada pria di sampingnya.

“Disuruh mama ngecek kamu udah selesai ngepack barang belum,” jawab pria itu sambil menatap lamat kotak kardus yang ia pernah lihat beberapa tahun lalu.

“Oh, udah kok. Sana keluar kalau nggak ada perlu yang lain,” jawabnya sok angkuh.

Pria itu melirik gadis tersebut sebelum akhirnya mencubit keras pipi si gadis hingga terpekik sakit.

“Ngusir hmm?”

“Enggak! Enggak! Bercanda doang! Lepasin Kak Sean, sakit ini!”

Pria bernama Sean itu terkikik geli dan mengusap-usap pipi yang memerah karena ulahnya.

Sementara gadis itu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Ia mengeluarkan paper bag coklat yang ia tekuk bagian atasnya lantas mengeluarkan seluruh isinya. Setumpuk foto polaroid.

“Aku nggak ada di situ,” gumam Sean menunjuk tumpukan foto tersebut.

Gadis itu tersenyum manis dan menatap Sean di sampingnya.

“Buat apa? Mereka aku abadikan di foto karena sejak awal aku tau mereka cuma hadir sesaat. Beda sama kakak.”

Tampaknya jawaban itu membuat mood pria tersebut membaik. Terbukti dari senyum sumringah yang terpampang di wajahnya.

“Ada apa tiba-tiba buka barang-barang lama?” tanya Sean menyuarakan rasa penasarannya sejak tadi.

Gadis itu memiringkan kepalanya dan menggembungkan sebelah pipinya. Ia sendiri hanya mengikuti hati sebenarnya tadi.

Reine ~ 같은 시간 속의 너 ~Where stories live. Discover now