Episode 11

155 24 1
                                    

Di depan rumah Go Kyuho.

"Kakak sekalian, aku perlu mengingatkanmu suatu hal. Saksi yang kita temui, si Kyuho ini, jago berolahraga dan agak temperamen. Aku takkan heran kalau dia tidak mau membuka mulut, meminta imbalan. Apa rencanamu?"

Watson tidak menjawab, sibuk mengawasi rumah Kyuho. Siapa tahu anaknya ada di luar, sedang menyiram bunga atau apalah. Tapi karena halaman rumahnya sepi, berarti dia ada di dalam. Oke, tidak ada pilihan.

"Kita mengendap masuk nih?"

"Sebaiknya kita datang secara normal saja. Lagi pula kita tidak punya niat jahat."

Aiden menepuk dahi. "Kamu tidak dengar perkataan Dextra, Jer? Begitu kita tanya seputar tentang Sang Hyun dan Honora, jangankan mendengarkan kita, dia pasti akan mengunci pintu. Itu bukan ide bagus."

Selagi teman-temannya berunding, Watson melangkah maju. Tangannya terulur. TENG NONG! Menekan bel di dinding dengan santai.

"Heh, Watson!" Jeremy melotot, menepuk lengan Watson yang memasang wajah tanpa dosa. "Kenapa kamu main pencet aja?!"

"Kalian ini rempong banget deh."

"Kita perlu menyusun rencana, Dan! Antisipasi kalau-kalau dia menolak. Aduh kamu ini!"

Sadia mendongak menatap Dextra. Cowok itu memandang prihatin kakak-kakak kelasnya yang membuli Watson—detektif muram itu hanya menyeringai, cengengesan.

"Apa teman-teman Papa biasa begitu?"

Dextra mendesah pelan. "Yeah, selalu."

"Pergi." Terdengar suara tegas mengusir dari doorbell camera. Suara Kyuho. "Apa pun tujuan kalian, kalian tak diterima di sini."

Aiden, Hellen, dan Jeremy saling tatap. Dextra mengeluh. Memang tidak mudah.

Watson melangkah maju. "Kami hendak menanyakan satu dua hal. Sebentar saja—"

"Pergi sebelum aku memanggil polisi."

"Oke, jika itu maumu." Watson menoleh ke Jeremy. "Kita akan mendobrak... Maksudku, kamu yang mendobrak. Bagaimanapun kita harus mendapatkan pencerahan dan Kyuho memiliki sepotong puzzle."

"Eh? Kita akan memaksanya? Tidak biasanya kamu berambisi begini, Dan. Ada apa?"

"Itu karena aku mencemaskan sesuatu! Yang dikatakan Bari tadi, aku kepikiran. Nasib Honora dan kandungannya. Jika benar dia diusir, dia tak punya tempat tinggal saat ini. Dia bisa menyusul Sang Hyun karena depresi. Jangan banyak tanya dulu. Bari, tendang—"

Pintu rumah terbuka. Kepala Kyuho muncul dari daun pintu. "Aku berubah pikiran. Kalian boleh masuk. Kalau kalian sampai kekeuh begitu, pasti itu penting sekali."

Mereka saling tatap kedua kalinya.

Watson berdecak pelan. Ternyata tidak butuh kekerasan dan pemaksaan. Semuanya berjalan lancar (untuk saat ini).

***

Hellen celingak-celinguk ke sekeliling. Ada berbagai furnitur menarik di rumah Kyuho padahal di luar terlihat minimalis, ternyata di dalamnya cukup mewah. Sepertinya Kyuho suka mengoleksi barang-barang.

"Aduh, kamu tidak perlu repot-repot. Kami sungguh hanya sebentar," kata Aiden segan karena Kyuho menyuguhkan jus segala.

Kyuho tersenyum. Semburat warna merah menghiasi pipinya. "T-tidak masalah. Kalian sepertinya kecapekan. Ini tidak seberapa..."

"Apa kamu tinggal sendiri, Kyuho?" tanya Jeremy. Hanya ada Kyuho di sana.

"Tidak, aku tinggal bersama orangtuaku."

Petualangan WatsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang