Episode 10

132 28 1
                                    

"Padahal dia masih remaja, tapi sudah hamil muda. Apa yang dia pikirkan?"

"Biasa, Aiden. Dikendalikan nafsu."

"Tapi, mau sengebet apa mereka melakukan itu, seharusnya mereka tahu batasan. Apa mereka tidak tahu definisi menahan diri?"

Apa yang bisa diharapkan dari dua manusia yang dijerat hawa nafsu? Mereka baru akan berhenti saat nafsunya terpuaskan.

"Sulit melawan birahi, Aiden. Bahkan orang beriman pun bisa tergoda kalau mentalmu benar-benar tidak kuat. Misal, kamu dan Watson dikurung dalam satu ruangan, kamu yakin tidak terangsang dengannya?"

"Harus banget aku contohnya?" Watson mendengus. Padahal masih ada Jeremy atau Hellen bisa memakai nama orang lain.

Aiden menggeleng tegas. "Aku tidak akan seperti itu. Aku tahu batasanku."

"Yakin? Kamu cewek dan Watson cowok? Aku tidak percaya." Hellen menggeleng. "Sekali feromon Watson keluar, kamu pasti juga akan tergoda nantinya."

"Hellen, dengar, perasaanku ke Dan jauh lebih kuat daripada nafsuku. Aku tidak ingin merusaknya, melakukan apa yang dia benci." Aiden berkata sungguh-sungguh.

Watson tersentuh mendengarnya.

"Yah, kecuali kalau Dan memberi izin. Aku sih langsung gas," lanjut Aiden nyengir.

Tidak. Tidak jadi tersentuh deh.

Aduh, kenapa pula Watson menganggap serius percakapan ini? Kan Hellen cuma menjadikan namanya sebagai contoh, bukan betulan. Aiden dan Watson itu teman. Mana mungkin Watson mau melecehkan temannya.

"Hei, hentikan percakapan mesum kalian itu. Kita sudah sampai. Tuh, Dextra."

Benar. Dextra berdiri di depan kapolda, tersenyum melambaikan tangan ke mereka.

"Jadi bagaimana?"

Kepala Hellen tertoleh ke Watson. Astaga, Dextra baru saja menyebrang dan Watson langsung menanyakan penyelidikannya? Paling tidak biarkan anak itu mengambil napas! Dasar Watson tidak sabaran.

"Nama korban Ahn Sang Hyun, 17 tahun. Penyebab kematian adalah pendarahan hebat. Orangtuanya menolak autopsi."

"Lho kenapa? Mereka tidak penasaran sama kematian anak mereka?"

Dextra menggeleng. "Tadi Sadia membantuku berbicara dengan orangtua korban, kami tidak sengaja berpapasan. Orangtua Sang Hyun sudah tahu perbuatannya soal dia telah menghamili pacarnya, Honora Kim."

"Sebentar... maksudmu mereka menerima kasus ini adalah bunuh diri?" simpul Aiden yang dianggukkan oleh Dextra.

"Sang Hyun punya motif melakukannya. Kabur dari pertanggungjawaban."

Melihat Watson tak kunjung bersuara, sibuk berpikir, Hellen ikut bertanya. "Dari mana orangtua Sang Hyun tahu perbuatan tercela yang dia lakukan pada Honora?"

"Korban meninggalkan surat."

Mereka kecuali Watson merapat membaca surat yang difoto Dextra. Isi surat itu pendek sekali, tapi sudah cukup membuat orangtua Sang Hyun mengerti bahwa mental putra mereka di ujung tanduk.

[Ibu, maafkan aku. Aku memilih jalan ini. Aku takut, Bu, aku belum siap menjadi ayah dari janin Honora. Maafkan aku, Ibu, maafkan aku. Tolong jaga Honora untukku. Maafkan putramu yang pengecut ini.]

"Melihatnya seperti ini aku jadi mendadak kasihan pada Sang Hyun..."

"Kenapa harus kasihan? Sang Hyun sendiri yang mau bunuh diri karena tidak mau mempertanggung jawabkan kehamilan Honora. Dia benar. Dia itu pengecut."

Petualangan WatsonWhere stories live. Discover now