Chapter Six

92 5 0
                                    

Gwenevie menatap dalam Theodore menyelami iris kehitaman milik pria di hadapannya, untuk pertama kalinya Gwenevie menatap Theodore dalam waktu yang cukup lama, menikmati keheningan yang tanpa sengaja tercipta diantara keduanya. Khusus malam ini saja, Gwenevie membuang perasaan egois, dan rasa malunya. Gwenevie mengulurkan tangannya menggapai sisi wajah Theodore, dan mengehela nafas teramat pelan, membuat suasana agar tetap hening dan damai bagi keduanya.

"Aku tidak pernah membencimu Tuan Theodore, aku yakin Tuan Theodore pasti memliki alasan yang jelas kenapa bertindak seperti itu dan benar saja sesuai dugaanku sejak awal, jika saja Tuan memberitahuku dari awal apa yang sedang terjadi aku pasti bisa mengerti.  Jadi Tuan Theodore tidak perlu mengasingkin diri dan melindungiku dari kejauhan selama ini. Tuan pasti sangat amat tersiksa, dan aku mengerti, aku bisa merasakannya betapa sepinya dirimu selama ini. Berjuang sendiri, menahan segala perasaanmu sendirian."ucap Gwenevie sembari meletakan tangan yang semula berada di sisi wajah Theodore kini beralih pada dada bidang yang sangat keras dan kokoh. Theodore menyentuh dan menyambut tangan Gwenevie yang berada didada bidangnya, dengan nafas yang teratur pelan kemudian menarik gadis dihadapannya untuk masuk kedalam pelukan besar yang hangat dan begitu posesif, dengan Gwenevie yang meletakan kedua tangannya di dada bidang kokoh Theodore. Merasakan pasnya tubuh rapuh dan ramping Gwenevie dalam rengkuhan kokohnya, benar-benar bentuk siluet tubuh yang sempurna begitu pas dan nyaman dalam pelukannya. Theodore lebih merapatkan dirinya dengan Gwenevie agar tidak ada jarak lagi diantara keduanya, Theodore teramat bahagia hari ini pria itu sangat bersyukur karena bisa memeluk erat gadis pujaannya."I miss you... I miss you so much all the time. Day and night my thoughts are always on you, when I fall asleep you are also always in my dreams, I want to hug you tightly and touch you as much as I want until you are sick of what I will do to you my love, you are my soul and my life".

"Tuan Theodore"panggilnya, Gwenevie memandangi Theodore yang sedang melampiaskan rasa rindu padanya. Bukti tertanda dari perjuangannya hari ini, dan pelukannya yang begitu erat. Wajah Theodore yang begitu lebih rileks dan santai saat memeluknya dengan erat lalu memposisikannya pada perpotongan leher jenjangnya, kedua tangannya yang semakin mendekap erat tubuhnya. Membuat Gwenevie sedikit merasakan gelenyar aneh ketika merasakan dengan jelas pahatan wajah sempurna Tuan Theodore pada perpotongan lehernya yang sedang mencium dan menghirup rakus aroma tubuhnya.

"Maafkan aku Gwenevie. Karena sudah bertindak seperti seorang pengecut"sesal Theodore yang masih setia dalam posisinya.

Gwenevie menggeleng pelan,"Sudah kubilang, Tuan Theodore bukan orang seperti itu. Sekali lagi Tuan menyebut dirimu sendiri yang tidak baik, aku tidak akan pernah memaafkan Tuan"

Theodore menarik wajahnya dari perpotongan leher gadis cantiknya untuk melihat langsung ekspresi Gwenevie saat ini, sedikit rona merah menghiasi kedua pipinya, kedua mata yang saling mengerjap indah saat memandang pria sepertinya, bibir dengan warna natural pink alami, hembusan nafas yang begitu wangi, membuat Theodore hilang akal rasanya. Ingin sekali meraup bibir pink yang hanya menjadi miliknya itu dengan rakus, mengecup kedua mata, puncak hidung, menciumi pelipis dan dagu, lalu beralih pada kedua pipi gadisnya. Theodore mendekatkan wajahnya dengan wajah Gwenevie, menatap Gwenevie dengan penuh cinta, damba, obsesi,  dan ingin sekali menguasai Gwenevie.

Gwenevie yang ditatap seperti itu tersipu malu dan secara alami jujur dengan perasaan yang terbelenggu namun bingung apa yang dirasakannya mendekatkan juga wajahnya dengan wajah Theodore hingga kedua hidung mereka saling bersentuhan, sisa 1 cm lagi saja mungkin keduanya sudah bisa saling mengecup dan berciuman. Namum mereka masih setia pada posisi masing-masing hingga bisa merasakan hembusan nafas dari keduanya, didukung dengan waktu yang berjalan lebih lambat disekitarnya.

"Tuan Theodore"panggil Gwenevie pelan sekali nyaris tidak terdengar. Theodore menaruh tangan kirinya untuk merengkuh pinggang Gwenevie agar tetap berdekatan denganya dan tangan kanannya mengusap sisi wajah Gwenevie yang begitu halus, dan putih bak porselen.

The Perfect Jenius Who Obsessed With Me | [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang