[0.2] SIUMAN

15 11 2
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, Aruka selalu pergi ke kebun. Kini gadis itu sedang beristirahat di bawah rindangnya pohon. Ia telah selesai menyirami, sekarang sedang mengisi perutnya dengan Apel sebelum kembali ke rumah.

Sejujurnya Aruka lebih nyaman berada di kebun, di sini ia selalu ditemani oleh kicauan burung yang merdu, dan angin yang selalu meniup kulitnya, di Kebun Aruka merasa lebih tenang.

Bahkan jika hari-hari biasanya Aruka selalu membawa beberapa buku untuk dibaca disini, namun karena ia kedatangan tamu yang harus dirawat jadi dia tidak punya banyak waktu untuk berada disini.

Tangan mungilnya masuk ke dalam keranjang kecil, ia berniat mengambil Apel lagi namun yang tersisa di sana hanya beberapa daun yang tadi ia petik untuk dibawa ke rumah. Aruka berdiri membawa keranjangnya melangkah pergi.

"Kakak Aru!" Baru saja melewati pagar kebun, Aruka mendengar namanya dipanggil dan segera menoleh ke belakang.

Anak kecil berambut panjang itu berlari mendekati Aruka. "Kakak mau pulang? Ayo pulang bersama kami,"

"Boleh saja." Aruka memindah keranjang ke tangan kirinya, lalu tangan kanannya meraih tangan mungil gadis kecil itu. Aruka tersenyum pada Jilya, sang Ibu dari anak kecil yang ia gandeng. Mereka berjalan beriringan.

Gadis kecil itu, Resh adalah teman Joan jadi Aruka sedikit akrab dengannya.

"Resh tidak berangkat Akademi hari ini?" Tanya Aruka.

"Resh ingin menemani Ibu berkebun," jawab Resh dengan tawa diakhir.

"Lama tidak berjumpa, bagaimana kabarmu Aru?"

Aruka mendongak menatap Jilya. "Aku baik, seperti biasa," jawab Aruka sembari terkekeh. "Biasanya Ayah Resh yang datang ke kebun, apa hari ini beliau tidak bisa berkebun?"

"Dia sedang sakit karena kelelahan. Kemarin ia mengurus pesanan dari pusat kota semalaman, jadi hari ini aku yang menggantikannya," jawab Jilya.

"Kebetulan aku bertemu denganmu disini, niatnya aku akan mampir ke rumahmu dan meminta obat untuk suamiku," lanjutnya.

"Eh begitu ya, bagaimana jika nanti sore aku hantarkan? Persediaan obatku sudah habis, aku baru akan meraciknya nanti," jawab Aruka.

"Baiklah tidak apa. Terimakasih Aru." Jilya tersenyum lembut. Aruka mengangguk dengan senyum manis diwajahnya.

Setelah sampai di perbatasan yang terdapat dua arah, mereka berpisah Jilya ke arah kiri dan Aruka ke arah kanan.

Di dalam perjalanan pulang, Aruka tak kunjung menurunkan kedua sudut bibirnya, ia tersenyum senang sepanjang perjalanan. Aruka senang jika ada seseorang yang meminta pertolongan kepadanya, ia merasa dirinya berguna bagi orang lain, Aruka dengan senang hati membantu orang kapanpun jika ia bisa.

Dulu saat Aruka kecil, ia mengambil Akademi tentang kesehatan, dia diajari bagaimana memanfaatkan tanaman herbal dengan cara meraciknya untuk dijadikan obat yang bisa menyembuhkan suatu penyakit. Sampai Aruka dewasa ia selalu rajin mengumpulkan tanaman untuk membuat obat, bahkan di kebunnya terdapat beberapa tumbuhan yang sengaja Aruka tanam untuk membuat racikan Teh yang memiliki banyak manfaat.

Aruka memasuki pagar rumahnya, terlihat Mayla yang sedang menyapu halaman.

"Kak Mayla sudah pulang?" Aruka sedikit terkejut biasanya Mayla menemani Joan pergi ke kota untuk menjalankan Akademi sampai sore, ini masih siang tapi Mayla sudah berada di rumah.

"Iya, Joan merengek minta pulang lebih cepat." Jawab Mayla.

Aruka mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya kembali.

Keneth in Zhephyre Où les histoires vivent. Découvrez maintenant