Extra Chapter 1

68 21 6
                                    

Eomma dan Appa Yechan datang mengunjungi rumah abu. Tempat dimana abu milik seseorang paling berharga bagi putra semata wayangnya disimpan.

Menjadi bagian terpenting dalam hidup Yechan namun pergi begitu cepat.

Tak ada yang bisa menggambarkan betapa menyesalnya mereka yang sempat memperlakukan Jaehan dengan ucapan yang tidak menyenangkan.

Bahkan meski begitu, Jaehan tetap bersikap seakan tidak terjadi apapun. Ia tetap menjadi seseorang yang bisa mengubah Yechan dengan begitu baik. Membuat sifat dingin pada diri Yechan perlahan mencair terutama pada kedua orang tua nya.

Jaehan sukses membuat Yechan dan kedua orang tua nya kembali berbaikan dan menjalani kehidupan layaknya keluarga harmonis pada umumnya.

Tapi apa yang mereka lakukan  dahulu rasanya membuat malu dan rasa bersalah pada diri mereka tak bisa hilang.

Mencoba untuk memisahkan Yechan dan Jaehan adalah hal terbodoh yang pernah mereka lakukan dulu.

Namun beruntungnya Jaehan tak pernah mengadu apapun, jika ia mengatakan apa yang ia rasakan dahulu, mungkin Yechan memilih kembali menjahui kedua orang tua nya.

Pemikiran kolot, egois dan kurangnya perhatian yang diberikan oleh kedua orang tua nya membuat Yechan berubah menjadi anak yang pendiam, dingin dan tak ingin bersosialisasi. Bahkan kepada orang tua nya saja ia enggan bertegur sapa.

Sekarang tak ada yang bisa mereka lakukan selain menangis menatap kendi kecil berisi abu tak bernyawa.

"Maafkan kami Jaehanie."

***

Cukup lama sampai akhirnya Yechan mau menguatkan dirinya mendatangi Apartemen milik kekasihnya. Terlalu banyak kenangan disana.

Yechan begitu lemah, ia masih tak mampu menerima dengan lapang dada atas kepergian Jaehan. Terhitung sudah hampir tiga minggu dan Yechan berakhir seperti mayat hidup.

Ia benar-benar tak bersemangat menjalani hidupnya yang lagi-lagi terasa hampa.

Kembali menjadi Shin Yechan penyendiri dan dingin. Bahkan kali ini prdikat bertambah menjadi pria menyedihkan yang mungkin tak memiliki semangat hidup.

Sampai di dalam Apartemen berukuran sedang itu, Yechan menghampiri kasur milik Almarhum. Ditangannya ia membawa box kotak berisi barang-barang pilihan yang sangat berharga bagi Jaehan.

Yechan sendiri tak pernah berani melihat atau bahkan sekedar menanyakan apa saja isi di dalamnya.

Yang pernah Yechan lihat hanya sebuah buku catatan yang seringkali Jaehan gunakan untuk menulis sesuatu yang tak pernah Yechan baca. Yechan sangat menghargai privasi kekasihnya. Ia tak akan berusaha mencaritahu sesuatu yang tidak ingin Jaehan bagi dengan nya. Biarkan waktu dan Jaehan sendiri yang mau memberitahu nya.

Sampai pada hari ini. Yechan mendatangi kediaman satu-satu nya milik Jaehan untuk sekaligus meminta izin melihat apa saja yang ada di dalam kotak rahasia itu.

Yechan mendudukan dirinya di tengah kasur, bersandar sambil menekuk kedua kaki nya.

Panjang kakinya dapat menyangga kotak itu. Dengan tangan yang sedikit bergetar ia membukanya.

Bisa ia lihat ada beberapa foto kenangan Jaehan dan Appa nya, adapula foto mereka berdua yang Yechan tidak tau ternyata Jaehan mencetaknya menjadi foto kenangan.

Itu foto saat pertama kali mereka menjadi sepasang kekasih. Mereka menghabiskan waktu kencan pertama itu di sungai Han. Tempat yang sangat sederhana untuk menghabiskan waktu bersama.

✔The Last Letter - Yechan JaehanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora