Chapter 11

130 30 9
                                    

Tak seperti biasanya, kali ini Yechan pulang disuguhi Jaehan yang masih belum tidur.

"Belum tidur sayang" Ujar Yechan, seraya mendekat.

Jaehan tersenyum dan menerima dengan hangat kecupan singkat di keningnya.

"Aku merindukan kekasih tampan ku"

Yechan terkekeh pelan.

"Mau ku siapkan air hangat? Lebih enak kau mandi dulu"

"Tak perlu biar aku siapkan sendiri"

"Baiklah, aku siapkan pakaian mu saja. Sana mandi dulu"

"Umm" Yechan menurut, ia langsung menuju kamar mandi. Senang sekali melihat kekasihnya terlihat sangat baik dan sehat hari ini.

.

Keduanya duduk di balkon kamar Yechan, malam ini semilir angin tak terlalu dingin. Jadi mereka memutuskan mengobrol di luar. Yechan juga tak terlalu khawatir akan mengganggu kesehatan Jaehan.

Jaehan bersandar sambil memeluk Yechan, terlihat sangat nyaman. Saling berbagi kehangatan.

"Besok apa kau sudah siap untuk penyelidikan hyung?" Tanya Yechan. Ia teringat jika besok proses penyelidikan kasus pelecehan kekasihnya akan mulai di proses.

Jaehan terdiam sejenak, tadinya ia ingin bilang soal dirinya yang mimisan siang tadi, mendengar pertanyaan Yechan jadi ia urungkan. Jika dia bilang, ia yakin besok dirinya malah di bawa ke rumah sakit.

"Umm aku sudah siap"

"Kau masih mengingatnya?"

Jaehan mengangguk. Dia pun tak paham, beberapa hari ini ia merasa ingatannya cukup baik. Namun tidak dengan tubuhnya.

Mengeratkan pelukannya, Jaehan memejamkan matanya. Berdo'a, mengharap pada Tuhan yang terbaik.

Untuknya dan Shin Yechan.


***




Jaehan tak mengalami kesulitan pada awalnya, ia dapat menjelaskan gambaran yang bisa ia berikan tentang orang itu yang ia lihat di mimpi. Namun seperti yang di jelaskan dokter Xen. Sebenarnya ia sudah tidak boleh terlalu memaksakan diri mengingat sesuatu. Itu bisa mengganggu kesehatannya, makanya Jaehan merasa pusing sekarang.

Saat konsultasi sebenarnya dokter Xen tidak terlalu setuju. Karena bisa dipastikan Jaehan harus berusaha mengingat bagaimana wajah si pelaku yang hanya muncul dalam mimpinya.

Namun dokter Xen melihat ada keinginan mendalam pada mata Jaehan. Iapun paham pasti masih ada rasa sakit yang ingin sekali dibayarkan dengan hukuman. Bagaimanapun Jaehan pasti sangat tersakiti dengan pengalaman kelam itu. Dia belum mendapat keadilan, atau bahkan orang itu sudah melakukan aksi nya ke lebih banyak korban seperti Jaehan.

Akhirnya, dokter Xen membolehkan dengan catatan tak boleh dipaksakan, jika memang Jaehan sudah tidak sanggup menangkap ingatannya, ia harus menyudahi proses pembuatan ilustrasi pelaku itu.

Jaehan sudah bukan di ruangan khusus penyelidik yang dapat menggambar ilustrasi. Karena kondisinya menjadi kurang baik, dirinya dibawa ke ruangan atasan penyelidik, setidaknya disana lebih baik. Jaehan lemas, jadi Yechan menenangkannya dulu. Setelah ini mereka langsung ke rumah sakit.

Jaehan di baringkan di sofa. Wajahnya mulai pucat. Sudah pasti Yechan pun semakin cemas. Namun ia mencoba mengontrol ekspresi nya.

"Merasa lebih baik?"

Jaehan mengangguk lalu tersenyum.

"Gwenchana. Maaf ya membuat mu cemas lagi"

Yechan menggeleng sambil tersenyum.

"Tidak, tidak apa-apa. Setelah ini kita ke rumah sakit ya"

Jaehan hanya mengangguk setuju.

Tentunya dalam hati ia merasa sedih, bahkan berjuang untuk dirinya sendiri pun ia tak mampu.


Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.










Tbc.

✔The Last Letter - Yechan JaehanOnde as histórias ganham vida. Descobre agora