Bab 40

6.9K 368 45
                                    

"Ck, playing victim." Decak Javier sambil kedua tangannya bersedekap di depan dada. Mata hitam anak itu memandang dingin Wina yang nampak membelakanginya.

"Adek heran, dulu ayah suka sama mami karena apa, kok bisa suka cewek modelan kayak gini."

"Tau sih, dia yang lahirin gue. Cuman gue syok aja. Punya ibu kandung kayak dia, gue berasa di anak tiriin selama idup sama dia. Wajar aja kan kalau sekarang gue gak suka sama dia,"

Javier yang sedari tadi diam di belakang memperhatikan sambil menguping, tidak tahan lagi. Dia berujar keras agara ayah dan abangnya itu tau kalau wanita yang ngeahirinnya itu seperti apa.

"Bohong, Yah. Mami yang masakin buat Adek. Buna bahkan belum masak," seru Javier sedikit keras agar perkataanya terdengar kepada ayahnya itu.

Bara di ujung sana dapat mendengar dengan jelas perkataan Javier. Namun, baru saja dia akan berbicara panggilan teleponnya langsung dimatikan oleh Wina.

"Javier, sayang kok kamu ngomong gitu sama Mami?"

Wina perlahan menghampiri sang anak, sambil menegur anaknya itu.

"Loh, bukannya Mami harus berterima kasih sama aku? Karena aku jadinya Mami jujur ke ayah?"

Jawaban Javier jelas sekali membuat Wina tidak menyukainya.

Wina seketika memasang wajah sedih. "Mami tau, Mami udah salah sama Javier sama abang, tapi plis maafin Mami. Mami sayang banget sama kalian berdua, Mami gak mau kamu tinggal sama orang yang salah. Apalagi dia bukan ibu kandung kamu, Javier. Mami gak mau kalian kenapa-kenapa,"

Kening Javier berkerut dalam, tatkala kembali mendengar kalimat sang mami. Apa dia tidak salah mendengar?

"Jadi, Mami salahin, buna? Iya? Kok gitu? Harusnya di sini tuh yang salah Mami! Karena Mami ninggalin kita!"

"Mami tau, makanya Mami mau minta maaf sama kalian. Mami mau menebus semuanya, Mami mau urus kalian lagi, Javier mau maafin Mami kan?"

Hah maksudnya apa?

"Abang udah setuju, dia pengen kayak dulu lagi bareng-bareng berempat. Abang, Javier, Mami dan ayah."

What???

"Maksud Mami? Mami mau rujuk lagi sama ayah?"

Wina mengangguk dengan wajah yang menampilkan binar cerah.

Berbeda dengan Javier yang begitu kaget, apa maminya itu serius? Atau hanya akal-akalan saja.

"Tapi, ayah udah nikah lagi Mami."

"Iya, Mami tau. Tapi apa salahnya? Ayah bisa cerai, atau punya istri dua. Lagi pula, pria punya istri dua itu tidak masalah."

Kali ini Javier bukan lagi kaget, dia sudah tidak bisa berkata-kata, apa ibunya itu sehat? Mengapa enteng sekali berbicara seperti itu.

"Javier benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Mami. Ck, tapi maaf Mami. Javier nggak setuju, Javier udah bahagia hidup berempat seperti ini, tanpa Mami."

Remaja berumur 14 tahun itu sudah muak sepertinya, ia membalikkan tubuhnya hendak pergi, namun perkataan sang mami menghentikannya.

"Javier, kamu kenapa seperti ini sama Mami? Apa salah Mami sama kamu? Kamu kenapa berbeda sekali dengan abang?"

Remaja tanggung itu tersenyum sinis, lihat sejauh mana mami akan membahas ini. Tanpa membalikkan badannya, Javier menjawab.

"Aku bingung harus ceritain dari mana, Mami yang kayaknya gak suka banget sama aku, atau Mami yang emang cuman anggap abang aja anak Mami?"

"Nggak! Mami gak pernah seperti itu!"

"Ck, aku yang rasain di sini. Bukan Mami!"

Wina diam menunduk ketika mendapat balasan seperti itu dari anak bungsunya.

"Udah yah Mami, tolong jangan minta aku jelasin mengapa aku begini, begitu sama Mami. Karena Mami nggak pernah sadar udah lukain aku!"

Setelah mengatakan hal itu, Javier pergi begitu saja menuju lantai atas. Begitu dia sampai di depan pintu kamarnya, di sana sudah ada abangnya yang tengah menunggunya. Namun Javier seolah tidak peduli pada Melvin. Dia membuka pintu lalu masuk ke dalam, begitu dia akan menutup pintunya kembali Melvin mencegahnya.

"Mau apa lagi, lo?!"

"Adek, Abang bener-bener minta maaf."

"Ck."

"Abang bener-bener nyesel, Dek. Abang gak ada niatan untuk tampar kamu."

"Basi!"

"Dek,"

Javier seketika menghunuskan tatapan tajamnya pada Melvin.

"Gue gak tau yah, kenapa bisa punya Abang setolol ini!"

"Javier! Maksud kamu apa bilang gitu sama Abang?!"

"Tolol! Kenapa lo malah dukung mami buat balikan lagi sama ayah? Lo sehat, Bang?!"

Melvin tersentak kaget, dari mana adiknya itu tahu? Apa maminya sendiri yang bercerita? Tapi, kenapa? Bukankah maminya itu akan bercerita nanti? Setelah adiknya itu sudah tenang, dan mulai menerima maminya lagi?

"Lo jangan egois dong, Bang! Gue tau, lo sayang banget sama ibu lo! Tapi, plis pake otak pinter lo itu, masa lo izinin mami rujuk lagi sama ayah? Disaat ayah udah nikah sama buna? Yang bener aja lo, Bang!"

Melvin sedikit terpancing emosinya, apalagi dari kemarin Javier memanggilnya "elo, gue" iya jelas sekali tidak suka, bukan dirinya gila hormat. Namun, dia tahu Javier masih marah padanya.

"Kalau gue egois, terus elo sama ayah apa? Hah?! Lo berdua juga egois! Percuma gue tetep gak setuju, suara gue gak di denger sama kalian! Dari awal gue yakin kalau mami bakal balik lagi sama kita, liat kan sekarang? Mami balik lagi ke kita! Dia mau mulai lagi dari awal semuanya. Gue jelas setuju, karena itu yang gue mau dari dulu!"

Javier menggelengkan kepalanya, ia tertawa.

"Gila! Hahaha. Gue speechless dengernya, kalau itu yang lo mau, Bang. Silakan! Tapi, gue tetep sama pilihan gue! Gue bakalan tetep dukung ayah sama buna!"

"Lo egois!"

"Iya! Gue egois! Karena gue mau juga dapetin perhatian kayak lo, yang dapet perhatian dari mami. Mami gak bisa kasih itu ke gue! Sedangkan buna yang notabene orang asing kasih itu ke gue!"

"Jadi stop, jangan paksa gue buat ikutin apa yang lo mau, Bang!"

Javier membalikkan tubuhnya dan langsung menutup pintu kamarnya itu dengan kasar, tidak peduli jika pintu kamarnya itu mengenai wajah abangnya. Dia benar-benar sudah marah!

Pertengkaran adik dan kakak itu disaksikan oleh dua orang wanita dewasa, yang tentunya tanpa diketahui oleh Javier dan Melvin.

Wina memandang Melvin dengan pandangan berbeda, ia lalu berujar pada Kara yang berada di sampingnya.

"Lihat, ini semua gara-gara ulah kamu, Kara! Kalau saja kamu tidak hadir dan merayu Bara. Mereka tidak akan bertengkar sehebat ini, bahkan Javier berani bertindak tidak sopan dan kasar pada Melvin. Kamu benar-benar membawa pengaruh buruk pada anak-anakku! Benar-benar tidak pantas menjadi ibu sambung mereka!"

🇵🇸
🇵🇸
🇵🇸

Tbc

Yuhuuuu update again 🤣 aku bener-bener kaget, nggak update sehari tapi pembacanya udah naik drastis 🤧 antara terharu dan deg-degan ini akuuu. Jujur aja, aku suka liat view nya beberapa jam sekali. Karena kalau tiap jam berubah drastis, itu artinya aku harus sat-set buat cari ide dan nulis bab selanjutnya 😭 wkwkwk.

Btw bagaimana bab ini kawan? Semakin menegangkan dan seru gak? Atau B aja 🤣 xixixi. Dan aku juga mau tanya dong, judul sama covernya gimana sekarang? Xixixi lebih suka gak?

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Where stories live. Discover now