Bab 36

7K 343 48
                                    

"Abang, kamu mau dibawain apa nanti sama, Mbak? Adek soalnya mau dibawain sandwich,"

Kara menyiapkan sarapan untuk keluarganya, dia tengah menyiapkan nasi goreng biasa. Request Bara yang sudah rindu masakan sang istri, (cielah rindu, makanya Pak, pulang. Punya bini cantik di anggurin mulu yah)

"Samain aja, Mbak.

" Eh Adek sandwich buah, Abang nggak apa-apa isinya buah juga? Atau mau ganti pake sayur sama ayam?"

"Nggak usah, nggak apa-apa itu aja."

"Oke deh,"

Ia lantas mulai mengalasi piring ketiga keluarganya dengan nasi goreng buatannya. Mereka mulai makan dengan tenang, tanpa ada yang berbicara sampai kemudian. Nasi goreng di atas piring mereka mulai habis, baru lah Javier duluan yang berbicara.

"Buna, nanti siang makan bareng yah."

"Nggak, Buna mau makan siang sama Ayah."

Javier langsung mendelik pada sang ayah.

"Apaan deh, orang Buna udah janji sama Adek."

"Kamu semalem udah tidur sama Buna yah, stop monopoli istri Ayah."

Melvin menatap malas kedua orang di depannya itu.

"Mbak, dari pada sama mereka. Mending sama aku aja makan siangnya, sekalian aku mau nunjukin lagu baru aku,"

Mata Kara berbinar mendengarnya, kapan lagi Melvin mau begini kepadanya. Ini benar-benar hal yang langka.

"Boleh, boleh. Tapi, Mbak nggak ngerti musik."

"Nggak apa-apa, aku cuman pengen tahu aja. Lagu yang aku tulis, cocok nggak buat orang awam kayak Mbak gini."

"Kamu yakin?"

"Seratus persen,"

"Oke deh kalau gitu,"

"Nanti aku kirim alamatnya basecamp aku,"

"Siap!"

"Tolong Ayah sama Adek diem. Percuma kalian rebutan makan siang sama mbak, toh Mbak Kara mau makan siang sama aku," Melvin memecah keributan antara Javier dan Bara.

Keributan yang dilakukan Bara dan Javier seketika terhenti mendengar Melvin yang tiba-tiba saja berbicara seperti itu.

"Ih mana bisa! Abang gak usah ikut-ikutan!"

"Lah, orang Mbak Kara nya juga mau kok,"

"Bohong! Abang pasti paksa, iya kan?!"

"Dih, emang Abang kamu!"

"Sayang, Kara. Yang dibilang Abang bener?"

Bara langsung saja bertanya pada sang istri, meminta penjelasan. Kara bingung, dia takut membuat Javier marah padanya. Tapi, bagaimana yah. Tawaran Melvin menggiurkan, apalagi dirinya memang ingin lebih dekat dengan sang anak sulung, jadi rasanya ini kesempatan yang bagus.

"I-iya," jawab Kara gugup memandang sang suami dan anak bungsu.

Jawaban Kara jelas membuat kedua laki-laki berbeda generasi itu mengerut sebal.

"Adek, kalau ikut mbak aja gimana? Kita makan siang bareng sama Abang."

Javier tidak menjawab, dia memulai aksi kekanakannya. Pundung.

"Mulai deh," cibir Melvin melihat Javier yang kembali ke stelan pabrik kecilnya.

Yah bagaimana yah, semenjak Javier dekat dengan Kara. Jiwa childish anak itu keluar, sifat manja kepada sang ibu sambung keluar begitu saja. Mungkin, karena dulu dia tidak pernah diperhatikan seperti ini oleh sang ibu kandung, jadi dia mendapatkannya dari Kara. Sosok perempuan dewasa ke-ibuan yang di dambakan olehnya sejak dulu.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang