2. [ season 2 ]

242 35 12
                                    

Remi itu lemah tapi sok kuat, giliran kena pressure nangis ke Hideki. Kalau gak ke Hideki ya ke abangnya yang lain, contohnya sekarang dia lagi nangis di depan Baska.

Baska menepuk-nepuk ujung kepala Remi sambil mencoba untuk meredakan tangisan Remi yang lumayan kencang di tengah malam ini.

"Haikal diancam sama Hideki, katanya kalo dia temenan sama gue lagi bakalan dihajar."

Mendengar keluh kesah Remi tentang kelakuan Hideki membuat Baska menghela napasnya. "Kenapa bisa kayak begitu, awalnya gimana?"

Remi mengusap air matanya, hidungnya merah dan beringus. "Gue sama Haikal cuma interaksi kek biasa, ngobrol, seru seruan di tongkrongan. Gak tau kenapa ni Hideki cemburu gak jelas."

"Deki mungkin emang tipe manusia yang rasa cemburu nya gede, Rem."

"Ada apa ini?"

Keduanya menoleh pada Haru yang baru saja datang dan duduk di teras. "Kenapa nangis?" tanyanya lagi, sambil menyimpan segelas kopi hitam.

"Gapapa, gue cuma ngeluh," ucap Remi sendiri.

Haru menganggukan kepalanya. "Sini," titahnya. Remi menurut, dia duduk didepan cowok bibir tebal itu. "Kenapa?" tanya Remi.

Haru bukannya menjawab, malah melirik Baska. Baska yang sedang planga plongo pun mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa lu?"

"Bang Bas, beri kita waktu berdua."

"Halah!" Baska memutar bola matanya sambil memakai sandal, kemudian melangkah meninggalkan mereka berdua. Sementara Haru cengengesan. "Makasih Bang!" teriaknya.

Kini menyisakan dirinya dan Remi.

Remi dihadapannya sedang menarik ingus dan menghapus jejak air mata, lantas Haru berdecak. "Gak usah nangis, lu gak berubah dari bocah sampe sekarang kerjaannya nangis mulu."

"Mang napa si?" Remi protes. "Nangis juga bagian dari emosi, emangnya cewek doang yang boleh nangis?"

"Ya gak gitu maksud gue," Haru menggaruk ujung hidungnya.

"Terus tujuan lu apa sekarang?"

Karena Remi yang memulai pertanyaan, maka Haru mulai serius. "Rem, lu penasaran gak sih sama mantan-mantannya Hideki?"

"Apalah, sat!" Remi mengernyitkan dahinya.

"Yeuu, dengerin dulu!"

"Iyaaa."

"Lu baru tau kalo Hideki orangnya cemburuan, 'kan?" Remi mengangguk. "Apa lu gak penasaran gimana Hideki perlakuin mantan-mantannya itu waktu dulu?" lanjut Haru.

Kemudian Remi memutar bola matanya. "Jadi maksud lu, gue harus tanya satu-satu mantan Hideki, gitu?"

"Gak gituuuu."

"Ya terus maksud lu apa, sat!"

"Anjrit lah, galak bener."

"Lu gak jelas, Ru."

Haru menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian meraih gelas kopi dan menyeruputnya.

"Mau lu gimana?" tanya Remi lagi.

"Gue tadinya cuma mau bantu lu, sih."

"Bantuan lu useless, anjir." Remi menepuk pundak Haru yang dimana sang empunya masih menyeruput kopi panas. "Pelan-pelan, bego. Panas nih, ntar tumpah," kata Haru.

"Sorry," balas Remi. "Denger, Ru. Lu kalo ngasih saran atau bantuan itu boleh, tapi kalo udah sangkut paut sama jalan hidup orang, sarannya yang betul-betul, kalau saran lu begini mending keep sendiri aja dah, jangan ikut campur urusan orang, urusin hidup lu sendiri, okay?"

Mendengar petuah dari Remi, membuat Haru terdiam sejenak.

"Gue bukannya gak suka bantuan dari lu atau benci sama lu, tapi gue mau ngingetin lu biar kejadian kemarin gak sampe terulang. Gak mau, 'kan?"

Haru mengangguk pelan, sorotnya menatap Remi memelas. Di sisi lain, Remi malah tertawa. "Gue rasa, elu yang gak berubah dari bocah sampe sekarang, Ru."

"Emang apanya yang gak berubah?"

"Elu, kek bocah." Remi mengusak surai Haru dengan gemas. "Lu harus punya seseorang yang bisa jaga lu, ngingetin lu biar gak ceroboh."

"Siapa? Elu dong?"

"Ya gak gue juga."

Haru memajukan bibir bawahnya, mata sipitnya semakin menyipit. "Pacaran sama gue aja, Rem."

Remi tertawa. "Gila ya lu, kalo Hideki denger pasti elu yang bakal habis."

"Gue gak bakal habis."

Remi berhenti tertawa. "Lu gak serius, 'kan?"













































"Becanda lah tai, HAHAHAHA!"

Kemudian keduanya terbahak, suara gelak tawanya membuat bising. Sampai Jean yang berada di jarak 10 meter hanya diam mematung memperhatikan, mendengar semua percakapan serta gurauan mereka.

Jean berasumsi, Haru suka sama Remi.

Jadi, Jean cemburu sampai refleks melempar sandal ke arah mereka. "Berisik woy!" sambil teriak.

××

Hideki To Remi - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang