[0.1] SUNGAI

40 13 5
                                    

Benda putih diatas terus bergerak memenuhi langit biru siang ini. Ditambah semilir angin yang berhembus menyejukkan membuat suasana semakin menyegarkan sehingga orang-orang semakin semangat untuk beraktivitas.

Di sebuah kebun yang luas, terdapat gadis bersurai coklat sedang sibuk menyirami berbagai sayuran yang tertanam disana. Tak hanya menyirami, ia juga mencabuti rumput liar yang mengganggu pertumbuhan sayurannya yang sebentar lagi bisa dipanen.

Dengan mengenakan Dress pendek berwarna cream, membuat beberapa tanah yang menempel disana terlihat semakin jelas.

Setelah menyelesaikan kegiatannya, Aruka Daverllyn menatap kebun dari ayunan dibawah pohon besar, ia mengusap wajahnya yang banjir keringat dengan lengan kanannya.

Sadar akan waktu yang hampir sore, Aruka ingat suatu hal. "Aku lupa!" Ucapnya turun dari ayunan.

Aruka bergegas pulang ke rumah, ia telah membuat janji dengan kakak iparnya untuk pergi ke sungai menangkap ikan siang hari.

Jarak kebun Aruka dari pedesaan terbilang jauh. Tempat itu berada di tengah hutan, walaupun begitu Aruka tidak takut karena banyak warga yang memiliki kebun disana jadi disetiap harinya hutan itu ramai orang.

Sesampainya dirumah, Aruka bersiap kemudian pergi ke rumah sang kakak yang berada disampingnya.

Rumah Aruka dan rumah kakaknya berhadapan, rumah mereka juga dikelilingi pagar yang menyatu seperti satu rumah yang terpisah.

Sang Ayah yang meminta putranya untuk membangun rumah disamping rumah lamanya, karena Ayahnya tidak mau Aruka jauh dari pantauan Mayla selagi ia tidak bersama putrinya.

"Dimana Kak Mayla?" Rumah kakaknya kosong, Aruka bergegas pergi. Gadis itu sedikit khawatir sebab Kakak iparnya sedang tidak enak badan.

Untuk sampai ke sungai ia harus melewati hutan yang penuh dengan pepohonan tinggi, hampir tak ada cahaya yang masuk sehingga tempat itu sedikit gelap. Jalanan yang ia lewati terus menurun hingga suara kemricik air terdengar oleh indra pendengarannya. Setelah itu ia melewati jalan yang diiringi semak-semak liar, ia segera mendapati Mayla bersama anak kecil di sungai.

Aruka mendekati anak kecil yang duduk diatas batu di tepi sungai.

"Joan!" Panggilnya membuat sang pemilik nama menoleh.

"Mengapa kalian tak menungguku?" Tanya Aruka meletakan keranjang kecil di sebelah Joan.

"Nona lama sekali, kami sudah tak sabar lagi untuk menunggumu".

Aruka menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil mendengar jawaban dari Joan. Ia mengeluarkan bambu kecil dari keranjang, sebuah alat yang ia gunakan untuk menangkap ikan.

"Baiklah tetap disini, Nona akan membantu Ibumu." Sebelum beranjak Ia menepuk rambut Joan pelan, anak itupun hanya mengangguk.

"Kak Mayla, kau baik-baik saja?" Teriak Aruka sembari mencelupkan kakinya ke dalam air untuk mendekati Mayla.

Mayla menoleh, "Aku baik-baik saja, sebaiknya kau bantu aku sekarang. Lihatlah beberapa bulan kita tak menangkap ikan, mereka sudah banyak dan bertambah besar." Suara arus yang besar, membuat mereka berteriak satu sama lain.

Melihat Mayla yang sangat bersemangat, Aruka segera menempati posisi dimana ikan berkeliaran, ia mengangkat tangan kanannya yang menggenggam bambu lancip lalu mengincar ikan yang berkeliaran di depan kakinya.

Clak!

"Kak Mayla aku berhasil!" Aru berteriak dengan mengangkat tangan kanannya, bambu lancip itu berhasil menusuk ekor ikan.

Mayla tertawa melihat Aruka kegirangan. Saat mencari ikan sebelumnya, Aruka hanya dapat satu atau dua ikan itu-pun ia mendapatkannya hingga pakaiannya basah kuyup. Dan sekarang ia sangat senang karena tusukan pertama tak meleset, ikannya pun lumayan besar.

"Nona, taruh di keranjang cepat!" Teriak Joan yang melihatnya dari tepi sungai.

Aruka hendak berbalik menuju tepi sungai, namun baru beberapa langkah ikan itu terjatuh ke dalam air.

Aruka terdiam membisu melihat ikan tangkapannya kembali ke air. "Ternyata awal yang manis tidak selalu berakhir manis." Mereka tertawa mendengar tutur kata Aruka yang terlalu dramatis.

Satu demi satu ikan tertangkap, hingga keranjang kecil yang dijaga oleh Joan mulai penuh. Langit pun berubah menjadi Oren karena waktu yang semakin sore.

"Kak Mayla, aku membawa roti selai, sebaiknya kita makan untuk menambah energi sebelum pulang," ajak Aruka sembari menepi mendekati Joan.

"Baiklah, ayo!"

Ditengah-tengah acara memakan roti, tiba-tiba beberapa capung berkeliaran diatas kepala mereka membuat mereka sedikit bermain-main dengan capung itu.

Aruka memperhatikan satu capung yang terbang menjauhinya menuju sebrang sungai. Tak sengaja ia melihat sesuatu disana.

"Kak Mayla, apa kau dapat melihat sesuatu yang aneh di balik bebatuan itu?" Aruka menunjuk tempat itu dengan jari telunjuknya.

Mayla memperhatikan batu itu. "Tunggu, apakah itu... Kaki manusia?" Ia sedikit menjeda perkataannya.

Di seberang sungai terdapat batu besar yang menutupi permukaan pasir dan bebatuan kecil, batu itu seolah menutupi seseorang di belakangnya.

"Akan ku periksa." Aruka berdiri dan mulai berjalan mendekati sungai.

Kakinya kembali menyentuh air, semakin jauh ia melangkah maka semakin dalam air yang mengelilingi kakinya. Ia terus memperhatikan batu besar di sebrang sungai itu, entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak begitu kencang.

Ia kembali menginjak daratan, Aruka berjalan dengan hati-hati menuju batu besar disana. Matanya melotot tatkala melihat apa yang ada di balik batu besar itu. Terdapat seorang pria tak sadarkan diri, tubuhnya terendam air setinggi mata kaki.

Dengan ragu Aruka mendekatkan jari telunjuknya dan menempelkannya ke hidung pria itu untuk mengetahui apakah ia masih bernapas atau tidak.

Setelah Aruka merasakan adanya udara yang masih keluar masuk hidung pria di depannya, ia memegang tangan kiri yang terasa begitu dingin untuk memeriksa denyut nadinya.

"Kak Mayla! Bantu aku!" Teriaknya memanggil Mayla.

Mayla yang mengerti apa maksud dari teriakan Aruka segera berlari menuju sebrang sungai, pakaiannya yang tadi kian mengering sekarang kembali basah.

"Dia masih bernapas, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Aruka panik.

"Kau bisa menolongnya."

•|•

Hai! Salam hangat dariku!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai! Salam hangat dariku!

Terimakasih sudah datang buat baca cerita pertamaku, jika kalian kepo bagaimana kisah Aruka saat merawat pria itu bisa terus ikuti aku ya!

Kira-kira gimana kelanjutannya, apa ada yang bisa nebak? 👀.

Starzzly. 20-04-2024

Keneth in Zhephyre Where stories live. Discover now