Bab 3 - Kamu Itu Semestaku

149 16 46
                                    

Selamat Membaca...

Sabita dan Niko yang telah sampai di rumah, memilih untuk beristirahat sejenak sembari berbincang santai. Mereka mulai meregangkan tubuh yang terasa pegal, setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 16 jam di dalam pesawat. Apalagi saat ini Sabita sedang mengandung janin, sudah dapat dipastikan kalau kondisi wanita itu sangat kelelahan. Beruntung ia memiliki suami yang penuh perhatian dan peka terhadap keadaan istrinya. Semua barang-barang dan buah tangan yang ada di dalam koper langsung dibereskan oleh Niko.

Lelaki itu sama sekali tak mengizinkan istrinya untuk membereskan barang-barang. Semuanya dikerjakan oleh Niko tanpa melibatkan Sabita sedikitpun. Bahkan, setelah semua barangnya telah tertata dengan rapi di tempatnya masing-masing, Niko langsung memijit kaki Sabita yang sedang berselonjor santai di atas sofa.

Melihat perlakuan hangat dan perhatian dari Niko, membuat Sabita mengucapkan rasa syukur berulang kali di dalam hati.

"Mas, kamu ngapain pijitin aku? Mendingan kamu temenin aku tiduran aja sini!" ucap Sabita lembut.

"Aku mau pijitin kamu dulu, abis itu baru deh ikut tiduran di samping kamu."

Bibir Sabita mencebik. "Kamu juga capek, Mas. Kita baru pulang, harusnya istirahat dulu."

"Aku nggak capek, Sayang. Udah kamu tenang aja," jawab Niko yang membuat Sabita menghela napas kasar.

Akhirnya, Sabita menarik ujung baju yang Niko pakai. Menariknya sampai lelaki itu berpindah tempat dan duduk di sampingnya. Setelah itu, Sabita melingkarkan kedua tangannya di pinggang Niko. Tak lupa menyandarkan kepalanya yang mungil di bahu lebar milik lelaki itu.

"Aku capek, mau sandaran bentar di bahu kamu dulu. Boleh, kan?" ucap Sabita dengan mata berbinar.

Niko tersenyum melihat gelagat manja sang istri. "Boleh, kamu mau peluk aku juga boleh."

"Boleh cium juga nggak?"

"Boleh banget, kalo mau anu juga boleh kok."

Sabita meninju pelan lengan Niko, menyembunyikan semburat kemerahan di kedua pipinya.

"Jangan ngomong yang aneh-aneh deh, kita baru sampe di Jakarta nih."

"Loh, emangnya kenapa kalo kita baru sampe di Jakarta?" sahut Niko. "Yang penting kita udah ada di kamar. Nggak ada orang lain yang liat kita mesra-mesraan, semuanya aman terkendali."

"Istirahat dulu, Mas. Aku masih capek tau."

Niko menghela napasnya sembari mengecup singkat kening Sabita. "Yaudah yaudah istirahat dulu. Tapi, kayaknya lebih enak kalo istirahatnya sambil ciuman aja nggak sih?"

Seketika mata Sabita melotot lebar mendengar kalimat yang keluar dari bibir Niko. Ia mencubit kedua telinga Niko sampai memerah.

"Heh, kamu tuh nggak bisa ya sehariiii ajaaa jangan bikin jantung aku jedag-jedug kayak gini?!"

"Nggak," Niko menggeleng kepalanya sambil tertawa pelan. "Aku suka liat kamu salting sampe pipinya merah gitu."

"Muka aku kalo lagi salting langsung berubah jadi kepiting rebus tau!" kata Sabita sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

Niko tak menghiraukan gerutuan yang keluar dari mulut istrinya. Ia malah semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Sabita yang masih memerah. Perlahan Niko mengecup kening, pipi, dan hidung Sabita secara bergantian. Sebelum lanjut menciumi wajah cantik sang istri, Niko menatap Sabita dengan senyum yang merekah sempurna.

Wajah cantik Sabita berhasil membuat Niko bertekuk lutut tanpa ampun.

"Aku mau nyium kamu dulu. Jadi, kamu jangan berisik dulu. Oke?" peringat Niko sembari meletakkan jari telunjuknya di bibir Sabita.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rumah Kedua Season 2 : The Story Never EndsWhere stories live. Discover now