The Fourth Mission || Ravenloft

Start from the beginning
                                    

"Zeern —akh.. dia menyerangku."

Ungkapan sederhana terlalu tepat untuk menyentak jantung Zeano setengah mati. Hati semakin tidak tenang, mendengar pekikan tertahan bersambung rintihan menyakitkan itu. Sial! Zeano tidak ingin, tetapi hanya dari suara ..Zeano tahu Berlian terluka.

Zeern sungguh melakukan sesuatu untuk menyakiti Berlian? Mengapa?

"Apa yang terjadi?" Tidak pernah terbayang sebelumnya, tangan yang gemetar menandakan ..Zeano sungguh tidak siap dengan situasi buruk ini.

"Aku tidak tahu, Zeern mengamuk —Arghhkk!"

Sontak Zeano terpejam, disela kedua tangan menutup telinga kuat sekali. Sakit, telinganya berdengung keras ..banyak suara dari keributan luar biasa yang memasuki rungu. Seperti sesuatu menabrak dinding dengan keras lalu terhempas pada lantai, percikan api, tendangan kuat, pukulan keras, ..dimana teriakan dan pekikan Berlian melengkapi setiap keributan. Puncaknya, suara Berlian terdengar tercekat ..seperti dicekik.

"Zen, kumohon kemari. Tolong aku! Zeern ingin melenyapkanku."

"TIDAAAK!"

Zeano terlonjak di dalam pejaman, naluri ingin merengkuh tubuh Berlian tuk membawanya melarikan diri. Tetapi sial, faktanya bahkan Zeano tidak tahu dimana keberadaan Berlian saat ini.

"Katakan padaku, kau dimana? Aku akan menyelamatkanmu."

Sungguh berharap akan jawaban, tetapi sama sekali tak direngkuh. Benci sekali, disaat-saat yang diharapkan ..justru Berlian berhenti mengirim telepathy. Ataukah —

Zeern tahu? Lalu sengaja memangkas jarak suara Berlian agar tidak sampai di telinga Zeano?

"Sial! KATAKAN KAU DIMANA, BERLIAN!?"

Jawaban yang nihil didapat, melonjakkan emosi disela cemas. Gemuruh setengah mati di dalam diri mengantarkan berkas panas menjalar di seluruh pembuluh darah. Mode Seeker Soul aktif, tetapi Zeano tidak tahu apa yang perlu dilawan. Tidak tahu bagaimana caranya meluapkan kobaran api yang membakar diri. Menyiksa sekali.

"ZEERN, BERHENTI! Aku tahu kau mendengar suaraku! Berhenti melukainya. Jangan sakiti Berlian! Atau aku —

.. sial! Bahkan aku tidak bisa membunuh Demon, walaupun aku ingin."

Gertakan emosi terlalu cepat disambung ragu, Zeano terlalu sadar diri ..bahwa tidak bisa melakukannya. Lantas, apa yang harus dilakukan sekarang? Tidak ada petunjuk, ditengah keinginan teramat mutlak ..tetapi tujuan telak abu-abu.

Zeano terkesiap, manakala gema kaokan nyaring saling bersahutan ..memenuhi seantero alam Ravenloft. Ah ya, itu gerombolan raven —gagak hitam. Insting Seeker Soul terlalu cepat menarik kepekaan, Zeano lekas menarik lepas sebuah entitas yang ia miliki di belakang tubuh ..busur panah perak, tanpa anak panah.

Tidak perlu bingung ataupun panik, imajinasi telah bekerja dengan baik.

Zeano telah siap sedia dengan busur panahnya, terarah naik pada puluhan gagak hitam yang terbang berputar di atas kepala. Benang yang ditarik, segera menimbulkan bias cahaya biru menyerupai siluet anak panah. Niat hati sudah kuat, tetapi lepasnya anak panah tertahan telak ..manakala beberapa bulu gagak hitam itu lepas, melayang di udara. Lalu melebur menjadi asap hitam, mencipta rentetan huruf membentuk kalimat sederhana.

Ikuti aku.

Tak elak Zeano mengernyit tajam. Aku ..itu artinya merujuk pada satu orang, sementara jumlah burung gagak jelas melebihi. Apakah gerombolan raven itu masih jelmaan Zeern? Bagaimana mungkin? Bukankah Zeern sedang bersama Berlian?

Soul JourneyWhere stories live. Discover now