Arthur yang berada di seberang mendengar nada mengeluh nya namun entah kenapa dia merasa itu sedikit manja? Apa pikiran nya saja yang terlalu besar?

"Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan ku, aku yakin Dimas sudah menjelaskan nya pada mu." suara datar Arthur terdengar. Entah kenapa dia harus menjelaskan nya pada gadis ini.

Tanpa sadar Tecna mengangguk meski pun pemuda itu tidak akan melihat nya,

"Kau cukup pekerja keras." ucap Tecna dengan menggoda, sangat cocok untuk ku, sambung nya dalam hati.

Arthur menghela nafas, "ada apa menyuruhku menelepon?" ucap pemuda itu pada inti nya, Dia tidak mau berbasa basi.

"Ey... Jangan terburu buru, aku masih mau dengan tenang mendengar suara mu." ucap Tecna sekali lagi menggoda, dia cukup mahir membuat orang kesal.

Gadis itu tersenyum sambil kembali membaringkan tubuh nya dan menatap atap kamarnya menunggu respon.

Arthur yang di goda tidak menunjukkan reaksi apa pun, berani sekali gadis ini, pikir nya.

"Jika tidak ada yang penting, aku akan mematikan telepon nya. Aku ingin segera istirahat." ucap Arthur datar mengembalikan perkataan Tecna tadi.

Tecna memutar mata malas dan mendengus, dasar laki laki pendendam, gerutunya.

"Ini penting, kenapa kau tidak menghubungi ku sejak hari pesta itu." ucap Tecna sedikit mengeluh.

"Padahal aku sudah menunggu mu." lanjut nya tidak puas.

Arthur mendatarkan wajah nya, "Aku sibuk." jawab nya singkat. Dia lelah dan ingin segera beristirahat, lagian dia juga bertanya tanya. Mengapa dia mau menghubungi gadis ini, bahkan di jam dini hari?

Arthur merasa otak nya sedikit terganggu sejak dia mengenal gadis gila ini, pikir nya.

Tecna mendecakkan lidah nya kesal, "Menghubungi ku tidak akan memakan banyak waktu sibuk mu, kau sangat pelit tahu?" balas gadis itu tidak senang.

Arthur yang di bilang pelit oleh anak SMA hanya bisa menipiskan bibir nya dan diam.

"Sudah lah, aku juga ingin tidur." jawab Arthur ingin segera mengakhiri percakapan.

Tentu saja Tecna tidak akan membiarkan nya dengan mudah, "kau boleh tidur, tapi jangan matikan ponsel nya. Aku ingin mendengar saat kau tertidur seperti apa." ucap Tecna sedikit menawar meski sebenarnya dia memaksa.

Ini terlalu singkat. Dia bahkan belum banyak bicara.

Arthur mengerutkan kening nya, "Kenapa aku harus menuruti perkataan mu?" tanya nya bingung.

Boleh kah sekarang dia menyesal karena telah menelepon gadis aneh ini. Dia sudah tahu tidak akan ada yang baik tentang gadis ini. Ayolah, mendengar orang tidur? Untuk apa?

Arthur menggeleng kan kepala nya heran akan isi otak gadis aneh ini.

"Tentu saja harus mendengarkan ku, kalau tidak aku akan terus meneror mu sampai menuruti ku. Aku cukup gigih tau." balas Tecna percaya diri.

Arthur sedikit terkekeh pelan mendengar nada percaya diri itu, bagaimana mungkin gadis kecil seperti diri nya bisa mengganggu nya. Tidak akan, pikir Arthur.

"Berhenti lah membual, aku akan mematikan sambungan nya. Segera lah kembali tidur." ucap Arthur, sungguh dia seperti sedang membujuk anak kecil. .

Tecna cemberut tidak terima, "Jangan matikan." kata nya keras kepala, dia masih ingin menganggu Arthur.

Namun Arthur tidak menuruti nya, "Tidur lah." kata nya sedikit lembut dan segera memutuskan sambungan mereka.

Tecna menatap tercengang pada ponsel nya yang sudah tidak terdengar suara Arthur.

Transmigrasi Ke Dalam Novel  Where stories live. Discover now