12

3.2K 233 51
                                    

—mahesa—

usia kehamilan Hesa sudah memasuki bulan ke sembilan, tinggal menunggu satu minggu lagi dirinya mungkin akan melahirkan, namun tetap saja diusia kandungan hesa yang sudah tua ini, marsel tetap meminta hesa untuk melayaninya, marsel memang gila, dirinya menyuruh hesa untuk mempertahankan kandungannya, namun dirinya sendiri penyebabnya.

"m marsel akhh!! c cukup!! perut aku hiks akh!" Marsel tak mempedulikan perkataan Hesa seolah menganggap bahwa hesa itu bercanda

namun beberapa menit kemudian, hesa tak mampu menahan posisinya yang tengah menungging itu, Hesa menangis sesenggukan sembari merintih kesakitan mengadu kepada Marsel bahwa perutnya sangat sakit, ingat itu SANGAT SAKIT.

marsel bejat.

"pertahankan posisimu hesa!"

"t tidak bisa hiks akhh!! s sak... sakit..." pandangan Hesa mulai rabun, dan di sanalah mata hesa mulai terpejam, dirinya tak mampu menahan rasa sakitnya

sedangkan marsel tak berhenti menggagahi hesa di bawah

"bangun sialan! siapa yang menyuruhmu memejamkan matamu?! benarkan posisimu!!" tak ada jawaban dari hesa, ia melihat wajah hesa yang begitu pucat

apakah laki laki itu tidak bercanda?

apa bener perutnya sakit?

setaunya hesa melahirkan masih seminggu lagi

"sialan"

—mahesa—

Yang menemani Hesa dirumah sakit bukan marsel, namun rumi, seperti saat waktu dirinya check up yang menemani juga rumi

Rumi menggendong bayi yang baru melihat dunia itu, sedangkan sang ibu masih terpejam sampai sekarang

"nanti kamu bakalan dikasih nama siapa ya?"

"m mbak?..." samar samar hesa melihat Rumi yang tengah menggendong buah hatinya

"non sudah bangun?, non mau minum?" hesa hanya mengangguk lemas

"d dia?.."

"dedek bayinya nyonya, lucu kaya nyonya ternyata"

hesa menggapai bayi yang digendongan rumi, sontak rumi langsung menaruh bayi tersebut ke gendongan hesa

"c ciyo.."

"ciyo? lucu non!" Hesa tersenyum sembari mengangguk

hesa tadi berharap saat dirinya bangun, marsel lah pandangan pertamanya sembari menggendong bayi yang sudah ia beri nama ciyo itu, namun harapannya salah, rumi lah orang pertama yang ia lihat

"maaf non, tadi kekasihnya tuan marsel juga di bawa kerumah sakit, ranjangnya tepat di sebelah non" ujar rumi membuat hesa langsung menoleh ke samping, ranjangnya dan ranjang sebelahnya hanya terhalang oleh gorden berwarna biru muda

samar samar hesa mendengar suara mereka.

'kenapa bisa sampai kecelakaan?'

'supirnya ngantuk sel!! ih sebel banget aku tuh, lihat badan aku perih semua'

'lain kali telepon saya biar saya jemput'

'bukannya istri kamu lagi lahiran? tempatnya disampingkan?'

'tidak usah membahasnya jika sedang berdua'

Hesa berusaha untuk biasa saja mendengar percakapan mereka yang begitu jelas lama kelamaan seolah sengaja berbicara keras agar dirinya dengar

Oekkkk

*apasi anj masa gitu suara bayi nangis? taulah biasanya di Indosiar gitu.

Hesa dan rumi sontak menoleh kearah Ciyo yang menangis keras bahkan wajahnya sampai memerah

why me sir?Where stories live. Discover now