08

4K 313 13
                                    

—mahesa—

terhitung hari setelah kematian ibu hesa, hesa masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ibunya utu sudah tiada, setiap hari marsel selalu bolak balik dari kota ke kampung hanya untuk menemui hesa, sebab dari hari itu hesa belum mau di ajak pulang ke kota, hesa masih ingin menunggu beberapa minggu

"sudahlah jangan menangis, kata ayah kau belum makan, cepat makan, saya tidak mau anak saya kenapa napa didalam karena egomu!" Mau tak mau Hesa membuka mulutnya menerima suapan marsel

dirinya mengunyah tanpa mau menatap marsel yang jelas sekali didepannya

"s sudah"

"sudah katamu? apa kau mau makan sembari terhentak hentak seperti waktu itu?, masih mending kan makan dengan normal dengan disuapi saya? cepat buka mulutmu atau saya suapi dengan mulutku?" Hesa menggeleng lalu membuka lagi mulutnya

"kau ini kenapa tidak mau menerima kenyataan bahwa ibu mu sudah tidak ada? andai saja kau merasakan jadi aku yang langsung kehilangan dua orang tua sekaligus dalam sehari" Hesa tak menjawab ocehan tuannya itu, mau apa pun itu urusan marsel bukan dirinya

Untuk suapan ke 4 hesa sudah tak mau lagi, tiba tiba rasa mual menyerangnya, dirinya langsung berlari keluar kamar sebab kamar mandi berada di sebelah dapur

tentu saja marsel mengikutinya, marsel membawakan nya air hangat dan minyak kayu putih yang selalu menjadi penangan hesa jika kumat mualnya

"sudah?" hesa hanya mengangguk sembari meminum air tersebut

"terlalu panas tuan"

"oh? sorry" Lagi lagi dirinya hanya mengangguk, ia menghirup aroma minyak kayu putih agar rasa mual mereda

"kenapa? muntah lagi?"tanya sang ayah yang diangguki hesa

"buat istirahat saja nak, mukamu pucat sekali"

"mau kerumah sakit?" hesa menggeleng sembari menyamankan dirinya di kasur

"kau simpan dimana obatmu?"

"di laci urutan 2" Marsel berjongkok didepan laci lalu membukanya kemudian mengambil obat milik hesa

"mana yang vitamin?"

"berwarna biru itu" tunjuk hesa kearah obat berwarna biru, marsel mengambil pil tersebut dan memberikannya kepada hesa

—mahesa—

setelah keadaan membaik, hesa terpaksa ikut marsel kembali ke kota.

"mbak?? belum bangun ya??" Hesa berkali kali memencet tombol bell disamping pintu kala tak ada yang membuka pintu rumah itu

ceklek

rumi dengan wajah bantal habis bangun tidur membuka pintu rumah

"loh nyonya sama tuan pagi pagi banget toh pulangnya, saya masih tidur tadi" Ujar rumi sembari membawakan barang barang hesa

"sini" Rumi memberikan koper milik hesa kepada marsel

Mereka berdua langsung naik ke tangga untuk pergi ke kamar

"mbak sebentar" Rumi mengundurkan langkahnya ia menoleh kearah hesa yang berada di tangga

"masakin rendang ya"

"ohh okey siap nyonya"

"b boleh kan tuan?" tanya hesa dengan takut, jawaban yang bikin hesa senang adalah anggukan dari marsel

"saya lelah ayo kekamar" hesa mengangguk dan segera masuk kekamar






























TBC

why me sir?Where stories live. Discover now