Kisah sederhana tentang sepasang insan yang saling melabuhkan hati. Dengan perasaan yang senantiasa bertambah walau terhalang jarak dan keadaan. Hingga doa cinta yang kian dilangitkan melahirkan sebuah pertemuan yang menakjubkan. [Lauhul Mahfudzku / 12:5:24]
“Perasaan suci itu masih tetap sama, tapi maaf karena aku telah menodainya.” —Shafiyya Annisa.
Shafiyya Annisa, putri seorang pemilik pondok pesantren yang dikenal ramah, lembut dan pemalu. Tak hanya cantik, kepintarannya juga bukan menjadi rahasia umum lagi, sehingga dirinya mampu membuat siapapun menyukainya. Namun setelah dirinya memutuskan untuk mengenyam pendidikan di kota, banyak perubahan yang terjadi pada Nisa. Bukan hanya penampilan, ilmu, tapi juga sikap.
Hal yang membuat orang tua Nisa terpaksa menjodohkannya dengan Ahmad.
***
“Siapapun dan bagaimanapun kamu, kamu tetap lauhul mahfudzku.” — Ahmad Firdaus Mustafa.
Ahmad Firdaus Mustafa, gus muda yang namanya tak asing di kalangan para santri nusantra. Bukan hanya fisiknya yang rupawan, tetapi ilmu dan akhlaknya yang juga begitu terjaga membuatnya banyak dicintai oleh kalangan santriwati hingga ibu-ibu yang berharap ia menjadi mantunya.
Namun, setelah rasa cintanya kepada Allah dan Rasulnya hingga orang tua yang selama ini mendidiknya, ada satu nama yang entah kenapa tak pernah tergeser di hatinya. Nama yang senantiasa tersimpan baik di relung jiwanya. Nama yang terkadang menjadi alasan resah dan rindunya hingga ia melangitkan nama tersebut dalam bait doanya.
Shafiyya Annisa.
Thanks For Reading ❤
YOU ARE READING
Lauhul Mahfudzku
RomanceBegini rasanya menikah dengan seseorang yang menjadi cinta pertama sejak lama? *** "Perasaan suci itu masih tetap sama, tapi maaf karena aku telah menodainya." -Shafiyya Annisa. Shafiyya Annisa, putri seorang pemilik pondok pesantren yang di...