Cio pun memerintahkan anak buahnya untuk segera mencari keberadaan Christy yang hilang entah kemana.

Sedangkan Shani hanya bisa berdiam diri di rumah itu tanpa bisa melakukan apapun. Saat ia mencoba untuk menelfon anaknya lagi, senyuman manis mengukir di bibirnya kala telfonnya itu tersambung.

"Plis angkat sayang pliss" Gumam Shani dengan terus memandangi layar handphone nya

Christy pov on

Aku yang sedari tadi udah ngelakuin banyak hal buat ga mikirin permasalahan itu tapi tetep aja gabisa. Apalagi soal bunda.

"Ck, tuhannn kenapa sih ini kepala gamau berhenti mikirin itu ish" Ucapku dengan kesal

Lalu aku beranjak untuk duduk disofa. Baru beberapa menit aku duduk, tiba-tiba handphone ku berdering di atas meja.

Aku sedikit melirik kontak siapa yang menelfon ku.

Mata ku langsung membelalak kaget ketika nama bunda yang tertera di layar itu.

Aku mengambil handphone itu dan menimang apakah aku harus mengangkatnya atau tidak.

"Kalo aku angkat, aku harus bilang apa sama bunda? Aku harus bersikap gimana? Tapi kalo aku ga angkat... takut bunda mikirin aku terus, lagian aku juga kangen sih sama bunda. Ck, gimana dongg" Monolog ku dengan mengetuk-ngetuk handphone itu ke dagu

Setelah cukup lama berpikir, akhirnya aku memilih untuk mengangkat panggilan telfon tersebut.

Aku menempelkan layar ponselku ke sebelah telinga ku.

"Halo bunda"

Tidak ada sahutan untuk beberapa saat dari si penelfon. Aku pun memanggilnya lagi.

"Bundaa.. Halooow, bunda bunda bunda" Rindu sekali memanggilnya bunda padahal belum terhitung sehari aku berpisah dengannya

Terdengar kekehan pelan dari bunda yang sepertinya tadi ia sempat menangis.

"Halo sayang.. Kamu baik-baik aja kan? Dede kemana sih, hum? Ko ninggalin bunda sendiri"

Aku tersenyum tipis mendengar suara dan ucapannya.

"Dede baik-baik aja ko bun.. Tapi dede ga bisa kasih tau bunda dimana dede sekarang" Ucapku dengan memilin ujung bantal sofa

Bunda diem lagi. Aku bingung harus bilang apa ke bunda. Tapi rasanya aku masih butuh waktu sendiri untuk saat ini.

"Bunda jangan khawatirin aku yaa.. Dede gamau bunda sakit, pokonya bunda percaya aja sama dede kalau dede akan baik-baik aja meskipun dede sendirian"

"Kamu pasti kepikiran sama ucapan papa Cio kan?"

Ucapan bunda membuat ku mengatupkan bibir ku dan tidak menjawab pertanyannya.

"Hei, denger bunda baik-baik.. Ucapan papa itu ga bener sayang, kamu anak kandung bunda. Bunda yang ngelahirin kamu, bunda yang merasakan ikatan batin antara kita berdua, jadi dede gausa mikir yang macem-macem yaa. Bunda kangen sama kamu, cepet kembali dan temuin bunda plis"

Aku mengangguk walaupun bunda ga melihatnya.

"Iyaa bunda. Aku juga kangen bunda"

Setelah itu suasana kembali hening lagi antara aku dan bunda.

"Bun.." Panggilku dengan lirih

"Hum?"

Aku tersenyum mendengar sahutan lembutnya.

"Bunda pernah bilang kan kalau aku itu udah jadi sebagian dari hidupnya bunda. Apa yang bunda rasakan itu sama seperti yang aku rasain juga. Aku gabisa jauh dari bunda, aku bukan apa-apa tanpa bunda, aku gabisa hidup tanpa bunda. Tapi bun, jika tuhan akan mengambil aku lebih dulu daripada bunda, aku minta satu hal sama bunda. Jangan menyerah untuk tetap melanjutkan hidup bunda yang masih panjang yaa"

DIA, BUNDAKU? [END]Where stories live. Discover now