Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
-
-
-
Author POV
Yakin tidak mau aku temani, hm? Tanya Jeongyeon. Mina mengangguk. Baiklah. Aku akan mengantarkanmu saja kalau begitu. Balas Jeongyeon. Tidak usah Jeongie, kau juga tidak perlu mengantarku. Aku yang akan kesana sendirian. Ucap Mina. Kenapa? Jeongyeon mengernyitkan dahi nya tidak percaya. Tidak apa-apa. Aku hanya ingin sendiri. Balas Mina. Dengan menyetir sendirian juga maksudmu? Tanya Jeongyeon. Mina kembali mengangguk. Hey, honey kau kenapa? Jeongyeon menangkup kedua pipi Mina. Aku tidak apa-apa. Jangan mengkhawatirkanku, Jeongie. Lirih Mina. Baiklah. Jeongyeon mengangguk. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku, ne? Iya. Ucap Mina masuk kedalam pelukan Jeongyeon.
***
Mina POV
Apa aku salah alamat? Gumamku dalam hati. Setelah memarkirkan mobilku didepan sebuah bangunan rumah berlantai dua. Aku kembali mengecek pesan dari dokter Suzy. Ternyata alamat serta nomor rumah yang diberikannya benar. Dihalaman rumah ini terdapat kolam ikan kecil yang bersih serta diberi ornamen air mancur dan disekitarnya juga terdapat beberapa tanaman dari berbagai macam jenis tumbuhan. Jauh dari kesan sebuah tempat konsultasi psikolog pada umumnya. Setelah beberapa menit aku hanya berdiri dihalaman, seorang perempuan yang aku duga asisten psikolog menghampiriku lalu membawaku kedalam.
Saudari Mina, anda sudah ditunggu didalam. Ucapnya kepadaku. Terima kasih. Aku mengangguk dan melangkah kedalam ruangan yang dimaksud. Dan benar, imajinasiku tentang tempat konsultasi seketika buyar. Tempat ini nyaman sekali, seperti ruangan relaksasi yang menjanjikan kehangatan, kenyamanan, serta kedamaian sebelum tidur. Juga terdapat sofa panjang yang menghadap ke jendela yang terbuka dengan lebar. Angin sepoi-sepoi yang masuk nyaris hampir membuatku mengantuk.
Halo Mina, sapa perempuan yang kalau dilihat-lihat sepertinya umurnya tidak jauh berbeda denganku ini mengulurkan tangannya. Saya Yoona, senang sekali akhirnya kita bisa bertemu. Dr. Suzy banyak bercerita tentang dirimu kepadaku, Mina. Ucapnya. Oh, ya. Dr. Suzy bercerita tentangku, dok? Sahutku berbasa-basi. Bisa dibilang begitu, itupun juga usul dari temanmu, Jeongyeon. Oh iya. Kau boleh memanggilku dengan panggilan eonnie atau nama. Terserah kamu, senyamanmu saja. Tuturnya dengan senyuman lembut. Ah iya, baik eonnie. Ucapku. Aku baru ingat bahwasannya psikolog bukanlah dokter, jadi panggilan dok yang aku sematkan barusan sangat tidak tepat. Batinku
“ Bagaimana kabarmu hari ini, Mina? “ Tanyanya
“ Baik. “ Ucapku mengangguk kaku. Katakanlah ini pertama kali aku berhadapan dengan psikolog, jadi aku tidak tau harus berbuat seperti apa.