Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
-
-
-
Jeongyeon POV
Aku terbangun dengan tangan kiriku yang terasa pegal karena dijadikan bantalan oleh Mina sepanjang malam. Tangannya pun masih melingkar indah di pinggangku dan wajah polos nan teduhnya pun menjadikan pemandangan pertamaku pada pagi ini. Aku hanya terdiam mengamati wajahnya. Wajah polosnya ini terlihat sangat damai ketika sedang tidur seperti ini, yang membuatku semakin gemas melihatnya. Ingin rasanya setiap malam berada di pelukannya dan terbangun dengan melihat wajah cantiknya setiap pagi.
Kecupan kecupan lembut yang aku hujani diwajahnya membuatnya terbangun. Perlahan ia membuka matanya dan sekejap tatapan kami bertemu, ia berusaha mengumpulkan nyawanya dan berakhir membalas senyumanku dan menyapaku. Bukannya bangun dia malah menggeliat dan kembali menutup mata serta semakin menenggelamkan wajahnya diceruk leherku. Dia terlihat lelah tapi tetap cantik. Sungguh, aku tidak menyangka dia akan memberikan semuanya untukku tadi malam.
“ Minari, ini sudah siang. “ Bisikku
“ Ini weekend Jeongie, aku hanya ingin tidur dan tidak ingin melakukan apapun. “ Lirihnya dengan mata yang tertutup.
Dia mengeratkan pelukannya di pinggangku. Aku menggodanya dengan sedikit menurunkan selimut yang menyelimuti tubuh polos kami sampai kebagian perut. Hingga menampakkan setengah dari tubuh kami yang polos tanpa sehelai benangpun. Mina berdecak dan langsung menariknya. Aku menyeringai dan kembali menggodanya dengan meniupkan udara ke telinganya. Mina tiba-tiba bergidik geli dan menatapku tajam. Menutup wajahku dengan kedua telapak tangannya kemudian mendorong jauh wajahku. Aku kembali mendekatinya dengan langsung menyerang lehernya dengan cumbuan-cumbuan lembutku. Dia hanya berteriak kecil meneriaki namaku meminta agar aku menghentikan aksiku ini. Aku pun menarik penuh selimut untuk menutupi keseluruhan tubuh kami dan kembali bergumul didalamnya. Tidak ada yang tahu apa yang kami lakukan didalam. Hanya terdengar suara tawa kecil Mina karena ulahku.
***
Aku tersentak ketika sepasang tangan memelukku dari belakang dengan kepala yang ia sandarkan di punggungku. Aku masih tetap melanjutkan menata peralatan makan dan hidangan untuk kami siang ini. “Kau sudah mandi Minari?” Ucapku. Aku merasakan anggukkan kepala Mina di punggungku ini dan segera membalikkan badan untuk menghadapnya. Kenapa kau meninggalkanku dikamar sendirian? Ucapnya. Aku tidak tega membangunkanmu lagi Mina. Kau terlihat lelah. Jawabku. Itu semua karena ulahmu. Gumamnya. Aku tersenyum, menangkup kedua pipinya. Cantik. Lirihku. Aku menatap Mina dalam, wajahnya yang tampak segar sehabis mandi dengan rambut setengah basah.