˚。⋆34. our past⋆。

Start from the beginning
                                    

Flashback off

"Mulus banget kisah cinta orang, kalau gue mah ...."

"Cerita! Kalau nggak cerita gue lempar lo pakai gelas."

"Lun, Lun, jangan ngamuk. Iya-iya ini mau cerita."

"Sok."

"Dari kecil, gue udah kenal sama Lauren. Kayak lo sama Dika lah kurang lebih. Tapi lebih kecil dikit. Dari dia umur setahun, ini Papa yang cerita. Kata Papa, Bundanya Lauren meninggal waktu ngelahirin dia."

"HAH?" Lunna menutup mulutnya kaget.

Rafael tampak akan menangis. "Dia dirawat sama baby sister. Dan sejak dia lahir itu, Mama sering nyamperin dia ke rumahnya, Mama gue berusaha kasih Lauren gimana rasanya dirawat seorang Ibu. Intinya Mama untuk kayak Ibunya Lauren sendiri. Ngerti, kan?"

Lunna mengangguk.

"Nah, sampai Ashel lahir, Mama jarang ke rumah Lauren, tapi gantian Lauren yang sering main ke rumah gue sama baby sister-nya. Jadinya kami akrab tuh. Nggak kerasa udah usia sekolah. Kami di PAUD, TK, SD, dan SMP yang sama. Karena sering bareng, banyak yang ngira kami pacaran waktu awal masuk kelas 7."

"Brarti belum pacaran tuh?"

"Belum, gue mulai pacaran kelas 7 akhir, mau naik kelas 8."

"Demi? Anak SMP kelas 7 gimana nembaknya? Cara lo nembak Lauren gimana?"

Flashback on

"Eh kalian pacaran, ya? Cocok banget."

"Iya pasti pacaran, kan?"

Karena terus-terusan mendapat pertanyaan yang sama, saat itu Rafael menjawab dengan tegas. "Iya, kita pacaran. Jangan ada yang nyakitin Lauren-nya Rafael," jawab Rafael lalu melenggang pergi meninggalkan 2 teman laki-laki yang belum terlalu dikenalnya itu.

"Rafa, berhenti," pinta Lauren.

"Kenapa, cantik?"

"Maksud kamu apa tadi ngomong gitu di depan Ferdi sama Rajendra?"

"Biar nggak ada yang gangguin Ren. Ren itu cantik, jadi banyak yang suka godain. Rafa nggak suka, Ren punya Rafa."

"Jadi?"

"Mulai hari ini kita pacaran."

"Tapi kita masih kecil, Rafa."

"Ren nggak mau?"

"Eh ... eh. Ren bercanda, Rafa. Siapa yang nggak mau jadi pacar Rafa coba?"

"Serius? Aaaaaa Rafa sayang Mikha."

"Mikha?"

"Mikha Laurencia. Mau panggil yang beda dari yang lain aja, boleh?"

Lauren tersenyum. "Boleh dong, El."

"Lucu banget dipanggil El."

"Cieeeee, Rafael-Lauren. Pj mana pj?" sahut seseorang tiba-tiba.

"Nggak ada pj buat anak usil kayak Alvian," jawab Rafael, bercanda.

"Trus buat aku sama Ferdi ada?" tanya Jendra.

"Ada, ayok ke kantin."

Mereka berlari ke kantin diikuti Alvian yang tantrum dengan ekspresi yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

Flashback off

"Ihh kok lucu, sih. Kenapa gue dulu nggak satu SMP sama kalian, ya? Biar bisa liat kelucuan kalian zaman awal pubertas dulu."

"Orang Korea nggak diajak."

"Sialan lo! eh, ups." Lunna menutup mulutnya.

"Kenapa?"

"Dika nggak suka kalau gue ngomong kasar."

"Mampus, gue aduin Dika nih." Rafael mengeluarkan ponselnya.

Lunna panik dan berusaha meraih ponsel itu, tapi Rafael mempunyai ide licik, ia mengangkat ponsel setinggi-tingginya karena ia tau Lunna tak akan bisa meraihnya.

"Rafael, jangan bilang Dika. Gue bakal berusaha nggak ngomong kasar, kok."

"Beneran?"

"Suer." Lunna mengangkat 2 jarinya.

"Good girl."

"Lanjutin cerita lo tadi."

"Gimana lagi? Pas kurang lebih 2 tahun pacaran, tepatnya waktu abis ujian kelulusan kelas 9, Lauren kecelakaan sampai koma, dan Om Damian memutuskan tali silaturahmi kami."

"Oh, sorry."

"Nggak apa-apa, kan emang kita rencana mau terbuka satu sama lain hari ini."

"Rafa," panggil Lunna.

"Lo masih mau ketemu Lauren, kan?"

"Banget, Lun. Gue pengen Lauren jadi milik gue."

"Ayo."

Rafael mengernyitkan keningnya. "Ayo apa? Ke mana?"

"Kita ke Medan, jelasin semuanya ke Om Damian."

"Jelasin apa lagi? Soal donor darah? Om Damian bisa aja ngasih uang buat pengganti asalkan gue jauhin Lauren."

"Di samping itu, lo tau keadaan Lauren yang sekarang?"

"Tau, dia udah sadar dan sekarang rawat jalan buat pemulihan."

"Bukan itu."

"Terus, apa?"

"Mentalnya, Raf."

".... "

Udah deh cape
💞See you next part💞

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now