˚。⋆33. be my friend⋆。

Start from the beginning
                                    

"Sering-sering gini, ya, Rafaelluna," pinta Alvian.

"Maksud lo? Lo mau Rafa sama Lunna sering-sering berantem?" tanya Jendra.

"Bukan gitu, tapi sering-sering traktir aja, Jen. Kan mereka sama-sama orkay, lumayan kalau anak kos kayak gue sering dikasih makan gratis."

" Gratisan mulu inceran lo."

"Siapa yang nggak suka gratisan, sih, Jen? Naya aja suka tuh." Alvian melirik ke arah Kanaya yang sedang memainkan gantungan kunci di tangannya.

"Nggak usah ngajak Kanaya makin sesat lo. Kanaya SMP sebelum kenal lo dan Kanaya SMK beda banget, sial," timpal Lunna.

"Masalahnya, Al. Mereka ini nggak bakal mau ngasih traktiran kalau nggak lagi ada sesuatu yang gede banget. Ini aja baru pertama kali, kan mereka traktir," sahut Shakira.

"Iya, sih."

"Tapi kalian abis kesambet apa, sih?" tanya Desta.

Rafael dan Lunna saling pandang dan tersenyum. "Bukan apa-apa," jawab mereka kompak.

Setelah cukup berbincang-bincang, mereka semua pulang, menyisakan Rafael dan Lunna yang memang sengaja untuk duduk lebih lama di kafe itu. Mau deeptalk katanya.

Sebelum deeptalk, mereka berpindah tempat ke rooftop kafe yang menyajikan pemandangan alam sejuk. Sepi karena memang sudah mereka sewa sebelumnya. Ditemani 2 gelas es kelapa muda, Rafael dan Lunna bercerita random tentang apa yang mereka lihat di sekitar kafe. Tak lupa kupu-kupu, burung-burung, dan serangga lain yang lewat di depan mereka pun jadi bahan roasting.

Mereka juga sempat bermain kejar-kejaran. Memetik mangga dari pohon yang tingginya sampai ke rooftop, dan bermain air.

Setelah cukup lelah, mereka duduk beristirahat sambil meminum es pesanan mereka. Sesi deeptalk dimulai.

"Lun, seru banget, ya, kalau kita kayak gini terus nantinya. Bisa pertahanan persahabatan ini, kan?"

"Tentu, siapa sih yang nggak mau sahabatan sama cowo se-asyik lo, Raf."

Rafael tertawa. "Bisa aja lo, cewek gila."

"Nggak apa-apa dikatain cewek gila, karena emang bener kalau gue gila nct."

"Emang udah pernah ketemu? Mereka udah berkali-kali konser di Indonesia, kan?"

Lunna tersenyum. "Gimana mau ketemu kalau Ayah gue nggak ngizinin gue keluar rumah selain buat urusan sekolah atau tugas?"

"Nyesek juga."

"Nggak apa-apa, nanti gue samperin langsung ke negaranya."

"Cewek kelahiran Korea emang beda, ya. Jangan bilang lo mau nikah dan tinggal di Korea nanti?"

Lunna menjentikkan jarinya. "Bener, cenayang, ya?"

"Idih, beneran tinggal di Korea dia. Nanti lo bakal ninggalin gue brarti?"

"Ya lo ikut sekalian lah ke Korea. Nanti kita double date after wedding."

"Enteng banget ngomongnya 'double date after wedding' katanya. Heh? Tak segampang itu. Lo mah udah lampu hijau sama Dika, lah gue? Masih lebih dari lampu merah, nggak tau lampu apa."

Lunna terkekeh ringan.
"Lo masih bisa berjuang, kan?"

"Harus, tapi kalau gue tiba-tiba pengen nyerah gimana?"

"Lo mah suka ovt duluan, jangan gitu lah. Cinta itu harus saling memperjuangkan."

"Emang dia masih perjuangin gue?"

"Bisa jadi."

"Tapi gue nggak mau berharap lebih, Lun."

"Raf, jangan putus asa. Gue dukung lo!"

Rafael tersenyum. "Thanks, sahabat terbaik gue."

Lunna mengibaskan rambut panjangnya. "Iya, dong. Seo Hee Young gitu loh."

Rafael mengernyitkan keningnya. "Seo Hee Young siapa?" tanyanya, kebingungan.

"What the, oh iya ya gue lupa kalau lo belum gue kasih tau."

"Apaan?"

"Nama Korea gue yang dikasih sama Eomma dan Harabeoji."

"Eomma itu Mama/Bunda, kan?"

Lunna mengangguk.

"Harabeoji apaan?"

"Kakek."

"Ohh, baru tau." Rafael mengambil minumannya. "Balik lagi ke masa lalu, gue pengen tau gimana lo bisa kenal sama Dika."

next masih ada 💥💥

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now