VI

164 22 15
                                    

Cahaya yang menghiasi sejumlah gedung beserta jajaran lampu jalan ditambah kerlip lampu kendaraan menambah daya tarik dan memberikan suasana syahdu malam di Ibukota.

Namun kali ini, suasana tersebut tidak berhasil menggubris perhatian sang seniman kecil.

Sejak keluar dari galeri seni, Asahi terus diam termenung, tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya, hanya diam mematung layaknya manusia tanpa jiwa.

Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Jaehyuk. Apa yang sebenarnya terjadi pada Asahi? Setelah usai dengan urusan toiletnya, ia meminta Jaehyuk untuk segera mengantarnya pulang.

Lihatlah, bahkan sekarang tercipta bendungan air di matanya.

Jaehyuk semakin merasa khawatir dan bingung, ia jengah dengan Asahi yang tak menggubris kekhawatirannya.

Roda kemudi di putar ke arah kiri secara kasar, menepi di tempat yang cukup sepi, tubuh keduanya tersentak ke depan akibat mobil yang di rem secara mendadak.

Asahi menoleh, keningnya membentuk kerutan tipis, menatap heran ke arah Jaehyuk. Jaehyuk menyandarkan tubuhnya, menghela nafas dengan kasar, melipat kedua tangan di depan dada lalu menatap Asahi dengan tajam.

Asahi menundukkan kepalanya, ia enggan menatap Jaehyuk, tatapan Jaehyuk cukup menakutkan bagi Asahi.

"Ada apa? Mengapa sejak tadi kau hanya terdiam? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Jaehyuk bertubi-tubi dengan intonasi yang cukup tinggi.

Ia memijat pelipisnya, situasinya sangat rumit, bagaimana pun ia tidak mungkin memulangkan Asahi kepada Yoshi dengan keadaan seperti ini.

Asahi adalah adik kesayangan Yoshi, saudara satu-satunya, Yoshi cukup posesif jika menyangkut apa pun tentang Asahi. Bahkan saat masih kuliah bersama, Yoshi selalu menyelipkan Asahi dalam pembicaraannya dengan Jaehyuk mau pun teman lainnya.

Jaehyuk teringat sesuatu, Asahi keluar dari toilet bersamaan dengan Junkyu, air muka Junkyu pun tak jauh berbeda dengan Asahi, belum sempat Jaehyuk bertanya Junkyu sudah melesat menuju ke parkiran dan pergi dari galeri seni.

Kening Jaehyuk mengerut, "apa jangan-jangan... Junkyu?" monolog Jaehyuk yang masih dapat terdengar oleh Asahi.

Baiklah, kali ini bendungan tersebut sudah tak kokoh lagi, airnya terjun bebas mengalir dengan deras. Asahi menangis.

Jaehyuk panik, dengan segera memundurkan kursi kemudi, membawa Asahi mendekat ke tubuhnya, mendekap tubuh ringkih Asahi yang terus menangis dengan suara yang semakin mengeras,

Asahi pun secara refleks berpindah duduk ke pangkuan Jaehyuk, memeluk erat pinggang Jaehyuk, meredamkan wajahnya pada kaos putih yang Jaehyuk kenakan.

20 menit berlalu, masih dengan posisi yang tak ada ubahnya, kaos putih yang Jaehyuk kenakan sudah sangat lembab, sejak tadi Asahi menangis di dalam dekapan Jaehyuk.

Pelukan pada pinggang Jaehyuk mengendur, Asahi tertidur karena lelah menangis. Keringat membasahi tubuh Asahi terutama pada anak rambutnya. Jaehyuk mengelus kepala Asahi dengan lembut.

"Jangan menangis, itu membuat hatiku sakit," rintih Jaehyuk sembari mengecup pelipis Asahi.

Ting!

Ponsel Jaehyuk berbunyi, menampilkan notifikasi Whatsapp.

"Yoshi?"

Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 23.16. "Anjir, gw kemaleman, bisa diamuk maung nih gw."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HIGHLAND GREEN || ASAHI HAREMWhere stories live. Discover now